24

5.9K 386 98
                                    

بسم اللّه الرٌحمن الرّحيم



_____________________________

"Ketidakpastian membuatku jatuh dalam penantian dan aku terjebak dalam dua pilihan: bertahan atau melepaskan."

_Hati Yang Terluka_
________


"ASAL KAMU TAHU FATIH! BUNDA MENITIPKAN PUTRI BUNDA UNTUK KAMU JAGA! BUKAN MALAH KAMU SIKSA!"

Mendengar Ibu Mertuanya yang murka membuat Gus Fatih kembali menangis histeris sembari bangkit dan kembali memeluk kaki dari Bunda Faridda. 

"Nggak, Bun! Maafkan aku, Bun!" racau Gus Fatih menyesal sembari terus memeluk kaki wanita paru baya yang tengah sangat terluka.

"Lepas! Lepasin kaki, Bunda!" Gus Fatih terus menggeleng enggan melepaskan  kaki dari Ibu Mertuanya.

"Lepasin Fatih! Bunda mau ketemu putri Bunda!" rintih Bunda Faridda dengan tangisan yang membuat siapa saja yang mendengar terasa menyayat  hati setiap orang.

"Lepasin Bunda, Fatih!"

"Nggak, Bun! Fatih nggak mau lepasin Bunda! Maafkan Fatih, Bunda!" Bunda Faridda terus memberontak dan menangis lirih mengingat putrinya yang sangat kesakitan tanpa siapa pun.

Melihat Bunda Faridda yang sangat kacau, Gus Fatih pun langsung memeluk Ibu Mertuanya itu dengan sangat erat. Air mata pun membanjiri keduanya termasuk ketiga sahabat Syakila.

"Bunda ... maafkan Fatih! Maafkan Fatih ..." Bunda Faridda terus menggeleng tanpa membalas pelukan dari menantunya.

Rasanya hatinya sangatlah terluka melebihi apa pun. Untuk kedua kalinya putri kecilnya mendapat luka dari dua sosok laki-laki yang amat penting bagi dirinya.

"Hiksh ... Bunda mau ketemu putri Bunda ..." lirih Bunda Faridda menatap kecewa kepada semua orang termasuk dirinya yang tidak bisa menjaga putrinya sendiri.

"Bunda mau ketemu Syakila ... B-Bunda mau ketemu pu-putri Bunda ... " Bunda Faridda terus meraung memohon agar ia bisa ketemu dengan putri bungsunya.

Mendengar permintaan Ibu Mertuanya yang berulang-ulang lantas kepala Gus Fatih pun mengangguk.

"Iya. Kita akan pergi ke rumah sakit!" Mendengar menantunya berucap seperti itu membuat Bunda Faridda sedikit kesal dan juga jengkel.

"Lepas, Fatih! Bunda akan pergi sendiri!" sentak Bunda Faridda tiba-tiba kemudian langsung bangkit dan sedikit mendorong pelukan antara ia dan juga Gus Fatih.

Gus Fatih pun sedikit terhuyung ke belakang. "Bun! Maafkan Fatih, Bundaaa!" teriak Gus Fatih karena melihat Bunda Faridda yang langsung pergi dari pemakaman menuju rumah sakit yang telah diberitahukan oleh sahabat Syakila. 

Dari jarak yang sedikit jauh dari tempat Gus Fatih, ternyata seorang perempuan bercadar mendengarkan pembicaraan mereka semua.

Tanpa rasa iba ataupun kasihan, perempuan bercadar itu yang tidak lain adalah Ning Tazkia pun menghampiri Gus Fatih yang  menangis tertunduk tanpa siapa pun yang menemaninya.

HATI YANG TERLUKAWhere stories live. Discover now