9. Terbawa Suasana

66 7 0
                                    

Berteman dengan lelaki humoris tidak pernah kehabisan topik pembicaraan, yang awalnya biasa saja, kini menjadi luar biasa. Seseorang harus mendekat jika ingin mengetahui siapa lawan bicaranya, mendekat agar tahu latar belakang sosok yang didekati. Kedua remaja yang sudah jatuh dalam obrolan, sama-sama ingin tahu satu sama lain. Stella dan Erik, memancing sesama agar ada hal yang menarik perhatian dalam percakapan.

Mengenal Erik, Stella jadi tahu bahwa mantan pacar Stella yang lama pergi meninggalkannya karena bosan. Itu semua, disebabkan oleh tingkah Stella sendiri. Stella yang cuek, ditelepon tidak pernah diangkat, dikirim pesan jarang dibalas. Akhirnya, Stella menyengir lebar kala Erik terus mengomel ini-itu membahas mantan Stella yang memutuskan hubungan begitu saja.

Kakak kelasnya ini sangat pintar kalau membahas mantan pacar, Stella juga yakin kalau Erik pernah memutuskan hubungan hanya sepihak saja. Dari tampang bicara Erik, lelaki itu tak main-main membahas persoalan ini. Stella sampai bosan mendengarnya, kata perkata terulang kembali Erik lontarkan.

Masih jam istirahat, sedari tadi Stella duduk bersama Erik tanpa ada kecanggungan seperti biasanya. Sedangkan Rere, gadis itu masih nyaman berada dalam lingkungan pergaulan Rangga. Siska juga Abel, terus memperhatikan Rere. Stella tahu, Stella lihat sendiri karena punya mata. Mereka duduk tidak terlalu jauh, dan Rere masih dalam pengawasan Stella.

"Lo ada tisu enggak?" tanya Erik.

"Enggak ada, lo pikir gue jualan tisu apa? Sampe-sampe lo nanya ke gue, jelas-jelas lo duduk di deket gue. Ya lo liat sendirilah, ada enggak tisu di sini?" celetoh Stella membalas sarkas.

"Ya, ampun... lo berisik banget sumpah. Enggak usah judes gitu kalo enggak mau pantat lo manjang," dumel Erik.

Stella tertawa pelan, semakin dekat dengan si ketua osis senyum Stella terus terlihat. "Gila, mana ada pantat manjang. Coba lo bayangin gimana pantat lo sendiri manjang," sembur Stella.

"Palingan entar tinggal potong jadi pendek lagi, enggak panjang," balas Erik.

Stella menggelengkan kepala sebagai respon, "Sumpah, enggak lucu banget. Dan anehnya gue bisa ketawa terus kalo lo tetap stay di sini," decit Stella membuat Erik tidak bisa menahan tawa.

"Gue kira lo kayak ketua osis yang ada dikebanyakan novel, cuek dan dingin. Ternyata... oh, waw. Kaget banget gue pas tau tingkah lo," kata Stella.

"Sebenarnya orang cuek dan dingin seperti yang lo bilang, itu enggak akan bertahan lama. Bakal luluh sendiri kalo udah ketemu orang yang pas," jelas Erik.

"Hm," deham Stella.

"Dan gue kira, lo kayak salah satu tokoh di film dengan judul Dragon kalo enggak salah. Lo Mira, cewek cantik yang awalnya cuek. Ketemu sama Armand, si cowok Naga yang susah senyum tapi perhatian." Erik beralih menatap arah lain, membiarkan Stella menunggu kelanjutan perkatannya.

"Kelamaan bersama, keduanya sama-sama jatuh cinta. Jodoh enggak ada yang tahu 'kan? Manusia bisa bersama karena jodoh dan keputusan masing-masing," lanjut Erik.

"Tapi 'kan Armand-Armand itu Naga," celetuk Stella.

"Yakali kawin sama Naga, kagak lucu," sambung Stella.

"Lo nonton aja sendiri, njing. Susah jelasinnya ke orang ketinggalan cerita lama," geram Erik.

"Misalkan gue Mira, dan lo Armand. Lo mau endingnya gimana? Lo makan gue gitu? Lo bakar gue pake api dari mulut lo? Atau lo robekkin badan gue pake cakar lo? Trus, lo buang gue ke tengah laut? Apa malah lo kasih daging gue ke Naga yang lainnya?" cemooh Stella.

Erik menarik napas panjang, lalu dihembuskan perlahan. "Gue mau salah satu endingnya, diambil dari adegan ending film tersebut," jawab Erik menatap Stella lekat-lekat.

He's ArrogantWhere stories live. Discover now