2. Blaire secret

4.6K 335 23
                                    

            Julianne terbangun ketika cahaya matahari menerangi kamarnya, pelayan wanitanya yang bernama Pippa telah mempersiapkan gaun berwarna merah muda panjang dengan renda dan pita yang berada di belakang gaun itu.

“Halo Pippa” sapa Julianne hangat.

“Selamat pagi putri, bagaimana tidur anda semalam?”

“Umm, tidurku baik-baik saja, dimana Daniel?” tanya Julianne sambil bangkit dari tempat tidur.

“Pangeran masih berada di kamarnya putri” jawab Pippa dengan hormat, Julianne hanya mengangguk lalu berjalan memasuki kamar mandinya, Pippa segera mengikuti sang putri untuk membantu sang putri mengawali aktivitasnya.

Setelah Julianne selesai dengan mandinya, dia kembali memasuki kamarnya dan dibantu dengan dua pelayan lainnya yang mempersiapkan Julianne dengan gaun, rambut dan sepatunya.

Setelah Julianne telah siap, dia segera berjalan ke kamar kakaknya untuk, belum sempat mengetuk dia telah dikagetkan dengan suara pintu yang terbuka dari dalam.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Daniel

“Ya, aku hanya sedikit terkejut”

“Maafkan aku, kau mau berjalan bersamaku?” tanya Daniel lagi

“Ya”

Mereka berjalan menyusuri koridor istana dengan tenang, tanpa seorang pelayanpun dibelakang mereka.

“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Julianne mengawali pembicaraan setelah sekian lama mereka hanya terdiam sambil berjalan

“Kupikir cepat atau lambat kau akan mengetahuinya, raja dan ratu sudah merencanakan pernikahanmu, aku hanya ingin menjadi orang pertama yang memberitahumu”

“Terima kasih sudah memberitahuku” jawab Julianne sambil tersenyum hangat kearah Daniel.

“Kau menginginkan pernikahan ini?” tanya Daniel bingung dengan reaksiku setelah dia memberitahukan berita ini padaku.

“Jujur saja aku belum siap, tapi bagaimanapun juga tidak ada cara untuk menolaknya, aku akan tetap menikah, tapi aku merasa aneh kenapa mereka repot-repot menyiapkan perjodohan ini, kau bahkan belum menikah”

“Itu karena para pangeran yang ingin melamarmu sudah memenuhi aula besar”

“Mereka bahkan belum pernah melihatku, bagaimana mungkin mereka bisa melamarku,perjodohan ini benar-benar konyol”

“Ya, perjodohan ini sangat bodoh”

***

“Julianne!, apa yang sedang kau lakukan disini!?” kata Blaire terkejut ketika mendapati Julianne datang ke gereja tempatnya tinggal saat ini sendirian, tanpa seorang pengawalpun.

“Blaire, aku ingin memberitahumu, perang sebentar lagi akan terjadi, kau harus ikut ke istana bersamaku, para pengawal bisa melindungi kita jika kita berada di istana” kaa Julianne sambil menarik tangan kakaknya untuk duduk, kemudian dia menceritakan segala apa yang telah ia dengar ketika dia sedang menguping di tenda para jendral perang yang dekat dengan kadang kuda, dan membujuk Blaire untuk ikut bersamanya.

“Tidak bisa, aku tidak akan kembali ke istana lagi”

“Apa maksudmu, tentu saja kau bisa Blaire, kau adalah anggota kerajaan” buku Julianne sekali lagi

“Kau tahu, aku begitu iri kepadamu, kau memiliki segala semuatu untuk dirimu sendiri, kau cantik, berhati lembut, berani dan kau bisa mengambil hati orang-orang disekitarmu dengan mudah, kau adalah pusat perhatian” Blaire menatap Julianne lekat-lekat saat dia mengatakannya.

“Blaire…”

“Aku tidak pernah menjadi diriku sendiri, tapi kau bisa menjadi apapun yang kau mau, karena kau sempurna, selamanya aku akan menjadi bayanganmu”

Julianne menutup mulutnya dengan kedua tangannya tidak percaya dengan apa yang telah Blaire katakan kepadanya, setitik air mata membasahi pipinya, diikuti dengan air mata lainnya yang semakin menderas keluar dari kelopak mata Julianne.

“Aku marah, aku sangat marah kepada diriku sendiri karena aku tidak bisa menjadi sesempurna dirimu, ayah, ibu dan Daniel, semuanya terarah kepadamu, tapi tidak ada satupun yang perduli kepadaku” Blaire menjelaskan

“Itu karena kau memilih tinggal disini Blaire, kau tidak membiarkan mereka untuk lebih mengenalmu, kau menjauh dari kami”

“Memilih kau bilang?, kau mau tahu kenapa aku tinggal digereja ini?, itu karena kau Julianne, semuanya karena kau!, kau ingat saat usiamu 12 tahun kau dan aku berlarian di taman istana, lalu kau terpeleset dan jatuh kedalam kolam istana, aku berusaha menarikmu keluar dan membuat tanganmu memar, tapi sesudah itu aku dicaci maki oleh ibu dan ayah, mereka melarangku kembali ke istana dan menempatkanku di gereja ini selama 5 tahun” jelas Blaire dengan berurai air mata.

“Blaire aku…”

“Begitu banyak kenangan buruk dalam hidupku, bahkan dari keluargaku sendiri, tapi hanya satu yang menghancurkanku, ketika kau menangis mungkin akan ada ayah, ibu atau Daniel yang menghiburmu, tapi apa kau tahu siapa yang menghiburku saat aku menangis, dia adalah Pippa, pelayanmu”

"Kenapa...kenapa kau tidak pernah mengatakannya Blaire?"

"Karena aku terlalu menyayangimu untuk mengatakan bahwa aku sangat marah padamu, aku benci kau selalu jadi yang pertama dimanat ayah, ibu dan Daniel, aku benci Daniel selalu membelamu dan bukan aku padahal aku juga adiknya, selama ini penderitaan yang kurasakan hanyalah karenamu, berhentilah menyiksaku dengan kesempurnaanmu, karena aku lelah mencoba untuk mengimbanginya, aku muak dengan semuanya!!!" bentak Blaire.

Bunyi pintu terbuka dengan keras mengagetkan mereka berdua terutama Blaire saat dia melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan itu.

"Hentikan semua ini!, dan kau Blaire, kau pikir siapa dirimu dengan berbicara hal yang tidak pantas itu kepada adikmu sendiri!, kau seharusnya malu pada dirimu sendiri!" kata Daniel dengan nada tajam dan ketus, sementara Blaire hanya menangis lirih sambil menundukkan kepalanya.

"Hentikan Daniel, ini semua salahku" kata Julianne sambil memohon kepada Daniel, dalam hidupnya dia tidak pernah melihat Daniel semarah itu.

"Kuharap kau tidak pernah menginjakkan kaki ke dalam istana lagi!, dan mulai saat ini satu-satunya adikku adalah Julianne, jadi jangan repot-repot memanggilku kakak lagi, dan ingat ini baik-baik, aku tidak akan membiarkanmu melukai Julianne lagi!" Daniel menyeret Julianne keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Blaire yang masih menangis.

 Sepeninggal Daniel dan Julianne Blaire seakan tidak dapat menopang tubuhnya lagi dan yang bisa dia lakukan saat itu hanyalah menangis keras-keras, dadanya terasa sakit dan sesak, tangannya gemetaran mencengkeram ujung gaunnya.

Violet CormwellWo Geschichten leben. Entdecke jetzt