meshers ; putri patah hati

105 10 0
                                    

meshers (fuwa minato; mayuzumi kai; saegusa akina) × reader

»»»

Senin. Hari pertama dalam seminggu. Waktu di mana orang-orang kembali beraktivitas setelah dua hari libur. Awal pekan yang disambut sebagian murid sekolah dengan semangat, dan sebagian murid lainnya lagi dengan rasa malas. Fuwa Minato adalah salah satu dari kategori kedua.

Bukan hal aneh kalau mengingat motivasinya berangkat selain sebagai rutinitas adalah untuk mendapat uang saku, tetapi hari itu, ada satu hal yang membuat Senin-nya tidak seindah hari-hari biasanya.

Nama salah satu kawannya sejak kelas satu belum muncul pada notifikasi chat sejak semalam. Padahal, Fuwa berencana mengajaknya bermain bersama malam ini, berhubung dia akhirnya dapat membeli Switch setelah menabung sejak setahun silam.

Saat melewati koridor di depan kelasnya pun, melirik ke balik jendela, kawan yang dimaksud sedang duduk di tempatnya. Tidak ada hal yang berbeda, kecuali absennya ekspresi riang yang biasanya menghiasi wajah itu. Seolah awan mendung yang semula di langit berpindah ke atas kepalanya, menyisakan langit biru terang-benderang sementara dia menjadi gadis yang muram.

Padahal, melihat senyum [y/n] adalah alasan lain bagi Fuwa untuk berangkat sekolah.

Maka, setelah jam pelajaran pertama dan kedua dihabiskan laki-laki remaja itu dengan hati tidak tenang, begitu bel istirahat berbunyi, dia segera beranjak dari tempat duduknya dan berlari ke kelas [y/n], tidak menggubris sebangkunya yang mengajak pergi ke kantin. Fuwa lagi-lagi mengintip dari balik jendela, memfokuskan pandangan pada tempat duduk [y/n] di mana seorang gadis sedang duduk, kini dengan kepala terkulai di atas meja.

"Kira-kira dia kenapa, ya?"

"UWAAAH!"

Fuwa berjengit, mendelik pada pemuda yang mendadak ada di sampingnya, menghadap ke jendela yang sama. Sementara yang dipelototi hanya balas menatap datar, sebelum kembali mengalihkan perhatiannya pada gadis yang duduk sendirian di kelas, berkata, "Dari tadi pagi juga sama tidak semangatnya."

"Mayu! Sejak kapan di sini?!" tanya Fuwa dengan sisa keterkejutan tersirat jelas pada intonasi bicaranya.

"Belum lama, kok," dijawab datar.

"Akina mana?"

"Tidak ada di kelasnya. Katanya sedang ke perpustakaan."

"Eh? Perpustakaan?"

"Aneh, 'kan? Aku juga tidak bisa membayangkan Akina sebagai murid rajin yang membaca buku."

Tentu saja aneh. Fuwa Minato, Mayuzumi Kai, Saegusa Akina, tiga serangkai yang terkenal seantero sekolah karena tingkah laku mereka yang sedikit gila. Di depan kelas [y/n], biasanya, mereka saling jongkok bertiga, mendiskusikan ke mana mereka akan menghabiskan waktu sepulang sekolah, kemudian berebut siapa yang akan mengajak [y/n] duluan. Biasanya, mereka akan berpapasan dengan [y/n] yang baru kembali dari kantin sambil asyik mengobrol dengan Shiina, teman sebangkunya.

Teman sebangku yang dibicarakan itu baru saja lewat di belakang mereka, hendak masuk ke kelasnya. Fuwa cepat-cepat beraksi, menarik gadis berambut putih itu dan membuatnya ikutan jongkok bersama.

"Apー"

Sebelum protes, mulutnya dibekap duluan. "Ssst! Ini penting. Ada yang mau kita tanyakan."

Tangan Fuwa buru-buru ditarik kembali sebelum memberi kesempatan bagi Shiina untuk menggigitnya, barangkali tidak sudi wajahnya sembarangan disentuh olehnya yang belum cuci tangan. Gadis itu cuma melihat dua orang di depannya dengan mata safir merah mudanya yang sebegitu skeptis, membuat Fuwa dan Mayuzumi menelan ludah di tempat.

Loto Cat ーNijisanjiWhere stories live. Discover now