17. Rumah Pohon dan Cerita Masa Remaja

96 18 8
                                    

"Hana."

Hana menoleh dari buku yang sedang dibacanya, kepala Seungheon muncul dari bawah rumah pohon. "Oppa."

"Aku bawa bantal dan selimut," Seungheon meletakkan bantal dan tas yang dibawanya lalu memanjat masuk.

Hana dan Seungheon harusnya tidur di kamar lama Seungheon, tapi sebelum acara malam, tiba-tiba beberapa saudara Seungheon datang, semuanya membawa anak kecil, jadi Hana dan Seungheon menawarkan diri untuk tidur di luar saja. Kakak ipar Seungheon meminta Hana dan Seungheon tidur di rumah pohon, tapi Seungheon bilang dia akan tidur di ruang tamu bersama bapak-bapak lainnya.

Hana menghampiri Seungheon. "Terima kasih, Oppa," Hana mengambil bantal dan tas yang dibawa Seungheon lalu mereka berjalan ke dalam.

"Sedang baca apa?" tanya Seungheon sambil mengeluarkan alas tidur dari dalam tas.

"Buku tahunan milik oppa," Hana membantu Seungheon menata alas tidurnya.

"Ah... gaya rambutku di situ..."

Hana tertawa sambil duduk di atas alas tidur dan mengambil kembali buku tahuan SMP Seungheon. "Tapi di sini tulisan gelarnya manusia paling tampan satu angkatan."

Seungheon menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, duduk di samping Hana, mendekatkan matanya pada buku yang dipegang Hana, lalu bergidik geli sendiri, membuat Hana kembali tertawa.

"Norak sekali aku di sini," ucap Seungheon.

"Bukannya gaya rambut seperti ini sedang trend saat itu?"

"Aku yang mulai gaya rambut itu karena lihat anak sekolah lain banyak yang rambutnya seperti itu," Seungheon membalik halamannya.

"Trendsetter..." goda Hana.

Seungheon menggeleng dan menunjuk satu gambar. "Dulu aku ikut klub ini."

"Filateli?" mata Hana melebar. "Apa koleksi perangkonya masih ada?"

Seungheon mengangguk. "Pasti ada di sini, tapi tidak tahu yang mana," jawab Seungheon sambil menatap tumpukan buku-buku usang di depan dinding rumah pohon.

Hana berdiri dan mulai membuka buku-buku yang ada.

"Kamu di sini saja, aku yang cari."

"Apa oppa khawatir aku akan menemukan buku-buku terlarang milik oppa?"

Seungheon terbatuk dan berdehem dengan gugup. Hana tertawa. "Tenang saja, Oppa. Buku-buku itu sudah aku pisahkan sejak sore."

"Ya???" Seungheon berkata agak keras karena kaget. Hana hanya tertawa.

"Kamu sudah baca?"

Mata Hana melebar. "Kenapa aku harus baca buku seperti itu???"

Seungheon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Benar juga..."

"Oh! Tadi aku baca ini," Hana tertawa sambil kembali duduk di samping Seungheon dengan sebuah buku catatan usang.

"Ini bagus sekali, Oppa," kata Hana sambil membuka bukunya.

Seungheon dengan cepat merebut buku itu dari Hana. "Kamu sudah baca?"

Hana mengangguk. "Puisi-puisinya bagus sekali. Siapa perempuan beruntung itu?"

"Kamu bilang enggak kamu baca?" Seungheon protes pada Hana.

Kening Hana berkerut. "Kapan aku bilang begitu?"

"Barusan..."

Hana memiringkan kepalanya bingung, mereka saling diam beberapa saat sampai Hana tersadar. "Oh... maksudnya buku ini buku terlarangnya?"

Comfortable With You | Seungheon × HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang