TUJUHPULUH

6.8K 510 18
                                    

Assalamualaikum cuyy

"Di paksa melepaskan padahal tak sempat menggenggam nya,"

-Tegar Maulana Thabrani

***************

"Mau ke dalam, atau masih mau disini, hm?"tanya Gus Azlan yang masih memeluk Abila. Namun sang Istri tak merespon apapun, ia masih menenggelamkan wajahnya di dada bidang Gus Azlan.

"It's oke, apa yang Nerham katakan itu benar, 'Mendung takkan selamanya singgah di langit'. Aku pernah baca salah satu postingan, yang lewat disalah satu akun media sosialku, ada kalimat kayak gini, 'Jangan melihat lagi ke belakang untuk hal yang sudah Allah jauhkan'. Kamu udah hebat banget loh, sudah melewati fase terberat kamu."tutur Gus Azlan terdengar tulus, sembari mengusap punggung Abila.

"Keadaan itu memang cukup sulit dan mungkin banyak air mata yang sudah kamu keluarkan untuk melewati masa-masa tersulit kamu itu. Tapi percayalah, dibalik itu semua akan ada hal yang luar biasa. Kita kan tidak tahu, kapan Allah memberikan hal yang luar biasa indahnya buat kamu,"

Abila terus sesegukan di dalam pelukan Gus Azlan. "It's oke, nangis aja nggak apa-apa, selagi itu bisa buat kamu merasa jauh lebih lega. Kamu nggak selalu harus jadi Abila yang ceria kok."Gus Azlan terus mengusap punggung Abila.

Beberapa menit kemudian, tangis Abila sedikit mereda, ia melepaskan pelukan itu, Gus Azlan pun sama halnya, "Makasih ya,"ucap Abila dengan suara serak. 

Gus Azlan tersenyum, ia mengusap kedua pipi Abila dengan ibu jarinya. "Kalau ada apa-apa, kamu cerita sama aku, oke? Aku siap kok mendengarkannya,"ucapan Gus Azlan terjeda. Ia mengusap kedua mata Abila yang terlihat sembab, "Jangan merasa kamu ini sendirian, ada Allah, ada aku, ada Ayah Bunda, ada Umi Abi, ada Abang, dan sepupu kamu, ada teman-teman kamu juga. Semuanya Sayang kamu,"

Abila mengangguk, "Mau masuk?"tanya Gus Azlan. Abila mengangguk, "Hidungnya sampai merah gini,"sahut Gus Azlan sembari mencolek hidung Abila. "Jelek ya?"tanya Abila. "Gemes yang ada,"jawab Gus Azlan, ia merangkul Abila, "Yu masuk,"ajaknya.

Mereka berjalan memasuki kembali villa tersebut, tak lupa Gus Azlan menutup pintu itu kembali. "Gue itu sebenarnya beruntung, cuman kurang bersyukur aja,"batin Abila.

Di perjalanan menuju ruang keluarga, Gus Azlan terus mengusap pundak Abila menggunakan ibu jarinya. "Eh inces, gue nyariin,"panggil Rayen. Sepertinya setengah keluarga Pratama sudah berkumpul.

Abila dan Gus Azlan mencium lengan dan meminta maaf kepada orang tua dari, kakak beradik Rayen dan Jefni, dari Afif, Ari, dan Istiqlal juga.  Namun Gus Azlan merapatkan kedua tangannya di depan dada, saat bersalaman dengan Ibu dari pjk..

Mereka duduk di lantai yang dilapisi karpet, sebab jika di sofa bakal tak tertampung. "Tinggal Mangki ama Pamanli aja nih yang belum dateng,"kata Ari.

"Kakak ipar makin cakep aja, udah lama kita nggak ketemu ya,"tegur Istiqlal kepada Gus Azlan, mereka memang duduk samping-sampingan, "Allahumma tsabit hamdaki,"batin Gus Azlan.

Istiqlal menepuk pundak Gus Azlan, "Gimana... ade di sono sehat?"tanya Istiqlal. "Heh satu lawan satu dulu ayo ama gue,"sahut Afif. "Meributkan hal yang itu-itu saja,"ucap Jefni, eh iya disana ada Cilla juga loh.

"Suttt diem. Aiza lebih suka cowok cool dan ganteng kayak gue,"kata Istiqlal, "Sorry, jangan ngaku ganteng, kalo lu belum di bilang ganteng ama setan,"balas Afif.

Jefni tertawa. "Dia bilang, Ganteng, sambil di toel, ngakak banget siah eta,

Siah eta=hayo itu. 

My Cold GusWhere stories live. Discover now