Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Laki-laki itu berlalu setelah meluruskan punggungnya dengan sentuhan pada kanan dan kiri pundak.
Sentuhannya tidak lagi di sana, namun perasaannya, masih tertinggal entah sudah berapa kian lama.
Maraka bukan cinta pertamanya, bukan pula kekasihnya; namun Maraka ialah sosok yang selalu ia selipkan namanya dalam doa dan pada setiap cerita pada rekan yang disengaja mau pun tidak. Maraka ialah nama yang selalu membuatnya tersenyum hingga tersipu malu, juga nama yang membuat jantungnya mampu berdebar berkali lipat lebih cepat dari biasanya. Maraka juga nama yang entah bagaimana ceritanya, selalu muncul pertama saat ia membuka mata, dan pergi terakhir ketika ia akan terlelap.
"Besok mau bareng?" Satu pesan dari Maraka membuat Andira senang luar biasa.
"Bolehh. Gak repot?" Tanyanya, memastikan bahwa Maraka tidak dalam keadaan terpaksa.
"Nggak, kok. Sekalian lewat juga. Aman, lah."
"Okayy. Besok kabarin aja kalau mau berangkat, ya."
"Siiip."
Andira melihat jam pada ponsel, hampir pukul 1 pagi; aha! Saat yang tepat untuk memperpanjang percakapan.
"Kok belum tidur?" Ia langsung menekan tombol kunci, menaruh ekspektasi di bawah tanah, mungkin Maraka tidak akan memberikan balasan lagi.
Namun rupanya ia salah, tidak sampai satu menit, balasan yang ditunggu langsung datang.
"Iya nihh belum ngantuk."
"Tidur lahhh, besok kan kita harus berangkat pagi-pagi."
"Ngomong sama diri sendiriii hahaha kenapa blm tidur?"
Dear God, bukankah itu pertanyaan yang biasa saja? Kenapa juga Andira mesam-mesem sendirian sambil menendang selimut seperti orang kesetanan?
"Hahahaha belum ngantuk jugaa... lagi ngapain emg?" Nice try.
"Gak ngapa-ngapain sih, bengong ajaa nunggu ngantuk."
