Part 1

32 1 0
                                    

Setahun yang lalu, kabar bahagia sampai ke ponsel Park Soyoung lewat sebuah pesan singkat, "Jerome melamarku hari ini!!!"

Meski tak melihat wajah sahabatnya, Soyoung tahu Tiffany Davies sangat bersemangat. Tiffany mengirimkan rentetan emoticon lucu dan gambar hati.

"Biar ku tebak," tulis Soyoung membalas pesan sahabatnya, "kau bilang, iya."

Tak sampai berapa lama, Tiffany membalas, "tentu saja. Pokoknya kau harus datang ke pernikahanku tahun depan. Kalian harus berkenalan langsung! Pokoknya kau harus datang, Youngie!!!"

Sejak hari itu, Soyoung berjanji, dia tidak akan melewatkan hari bahagia sahabatnya. Lagi pula, Tiffany selalu ada untuknya, mendengarkan keluh kesahnya, dan menjaga semua rahasianya. Dia tak tahu bagaimana cara membalas kebaikan Tiffany untuknya selain menepati janji.

Tepat setelah tur solonya di Eropa usai, Soyoung tak langsung pulang ke Seoul, dia berangkat ke Bali bersama Penata Rias, Jung, dan manager sekaligus pamannya, Lee.

Kedatangannya di Bandara sempat membuat heboh. Banyak orang berbondong-bondong datang hanya untuk melihatnya. Wartawan dengan kamera dan perlengkapan dokumentasi berjejer rapi di pintu masuk, meliput kehadirannya. Para penggemar berjejal dan berdesakkan di pintu keluar, membuat para penjaga keamanan cukup kewalahan.

"Kau sudah siap?" Tanya Manajer Lee.

Setelah menelan obat penenang, Soyoung menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya. Serangan panik dan kecemasan, merupakan hal terakhir yang Soyoung ingin penggemarnya lihat. Dia tak ingin mereka khawatir. Itu saja. Dia tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada tubuhnya setiap berada dalam kerumunan besar. Dia tak pernah siap, dan kadang, Soyoung marah karena tak mampu mengendalikan dirinya sendiri.

"Ayo," ajak Soyoung.

Satu langkah keluar dari tempat pengambilan bagasi, sekejap suasana berubah semakin ricuh. Suara penggemar berteriak memanggil nama Soyoung, memohon perhatian darinya. Para wartawan mengambil foto dan merekam momen kedatangan superstar kelas dunia di bandara itu.

Soyoung tersenyum dan melambai ke arah penggemar sambil terus berjalan ke mobil yang sudah menunggu di seberang pintu keluar bandara. Dia tak boleh berhenti di saat-saat seperti itu. Tapi tangannya berusaha meraih beberapa surat dan hadiah dari penggemar yang disodorkan ke arahnya. Dengan rendah hati, Soyoung mengucapkan terima kasih, dan terus berjalan, hingga, akhirnya, dia masuk dalam mobil sedan hitam.

Begitu Soyoung duduk dan mobil mulai melaju, dia menarik nafas dalam, lalu menghembus panjang. Dia berhasil bertahan. Mungkin obat dari dokternya kali ini benar-benar bekerja.

"Kau hebat Soyoung," ucap penata riasnya yang sudah lebih dulu masuk ke mobil.

"Ya, entah bagaimana," gumam Soyoung pada dirinya sendiri. Ia tertunduk melihat surat-surat dan sebuket bunga mawar merah muda di tangannya.

Kadang ia merasa bersalah setiap melihat kehangatan penggemarnya. Seseorang di antara kerumunan itu tahu dia menyukai mawar merah jambu, karena warnanya yang lembut dan hangat. Seandainya dia punya kekuatan ajaib untuk mengingat setiap wajah dan mendengar semua nama, dia menginginkan kekuatan itu.

"Apa Jihyoon jadi datang?" tanya Manajer Lee, mengaburkan lamunan Soyoung.

Dengan lemah, Soyoung mengangguk mengiyakan. Dalam hati, dia berharap pria itu tak perlu datang. Tapi apa daya, dia harus membuat pertunjukan asmara di antara mereka berdua terlihat meyakinkan.

Kim Jihyoon hanya kekasih bohongannya. Pria itu seorang aktor yang terkenal di Korea Selatan. Mereka sudah berpura-pura menjadi sepasang kekasih selama setahun terakhir. Segalanya Soyoung lakukan demi menjaga perasaan penggemarnya, sekaligus membungkam prasangka orang lain tentang jati dirinya.

Looks Like A Real Thing: RetoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang