Padang rumput hijau membentang. Sementara itu angin lembut musim semi turut menerpa, membelai lembut wajahku yang kini sedang terpejam dan berbaring di atasnya.
Sungguh, tempat ini memang tempat yang tepat untuk melepas penat sesaat. Jelas, bukan sekali dua kali aku berada di sini. Dari siang menjelang sore di akhir pekan cukup untuk membuat rasa penatku hilang.
Padahal tempat ini berbatasan dengan tempat terlarang yang dapat ditembus manusia. Ya, setidaknya itu yang aku dengar―dan beberapa kali kusaksikan.
Sebab, bukan sesekali aku melihat orang pergi ke perbatasan sungai di siang hari. Lantas tak pernah kembali.
Memang, berada di sini penuh dengan godaan harum masakan yang mungkin bisa membuatmu ingin mencari secepatnya. Membelinya. Namun, cukup dengan apa yang pernah kulihat. Aku tak akan melanggarnya.
Kalau memang tergoda, setidaknya, aku masih bisa memakan bekalku di padang rumput ini. Sesekali mencium semilir masakan enak dan di saat yang bersamaan aku memakan makananku sendiri.
Di sisi lain, ada kalanya aku harus mulai berhenti datang ke sini. Sebab, tak akan pernah ada yang tahu kapan ketidakberuntunganmu tiba.
Buktinya sekarang, semilir masakan yang memggoda itu mulai tercium.
Bahaya.
***
Latar: Padang Rumput Spirited Away
Bogor, 25 Juni 2023
BINABASA MO ANG
Jibun no Marionette - NPC 30 Days Writing Challenge 2023
RandomKau yang tenggelam di hari lalu itu masih bergerak. Meski tak mencari jalan keluar. Tali tak terlihat itu masih menggenggam hidupmu erat-erat. Menuntunmu perlahan. Sama halnya dengan sosok menggiring ke dalam kegelapan itu. Lantas membawamu kembali...