19. Hati yang hancur

59K 2.3K 74
                                    

Ini sudah kelima harinya Adira tidak berkabar dengan keluarga Gundono. Perempuan itu memutuskan kontak dengan memblokir semua akun yang tersambung dengan mereka. Beberapa kali juga Adira melihat Bu Sera datang kerumahnya tapi Adira sama sekali tidak menemuinya.

Gema?

Laki-laki itu sepertinya benar-benar tidak perduli dengan Adira bahkan Anaknya. Iyalah, Gema kan sama sekali tidak memiliki perasaan apapun dengan Adira, dan malah Gema memanfaatkan Adira.

Adira menatap kosong kearah depan, sekarang dia duduk di pinggir kasur dengan memegang perutnya yang buncit. Kandungannya sudah memasuki tujuh bulan, disaat-saat ini seharusnya Gema menemaninya. Tapi apalah daya, Gema hanya terpaksa melakukan itu.

Rumahnya sangat terasa sepi, setelah ditinggal oleh Adira dan papahnya itu. Bohong jika Adira tidak merindukan kebahagiaan dalam rumah itu.

Gadis itu keluar dari kamar dan bersiap untuk makan, karena kebetulan Seorang satpam didepan memberikan Adira satu bungkus nasi karena merasa kasihan dengannya.

Adira duduk dimeja makan dseorang diri. Dia makan tapi air matanya ikut mengalir.

"Gue kenapa sih, kesel banget" gumam Adira mengusap kasar air matanya.

Beberapa suapan Adira telan, dan tiba dimana hatinya berdenyut sakit dan mengharuskan Adira menangis sesenggukan dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Papah hiks hiks.. Adira butuh papah" Adira terus menangis seorang diri.

"Semuanya jahat sama Adira, Adira benci pah hikss hikss"

Di lain sisi, tepatnya di depan pintu Rumah Adira. Gema sangat ragu untuk mengetuknya. Dia mengurungkan niatnya tidak jadi bertemu dengan Adira.

"Gema Alam positif terkena DBD, Trombosit sangat rendah 67,6 jauh dari angka normal. Jika ada keluhan lebih parah, Silahkan datang kerumah sakit untuk melakukan perawatan intensif"

Pak Gundono mendapatkan pesan itu dari seorang dokter suruhannya di Bali. Orang tua mana yang tidak khawatir dengan anaknya, meskipun saat ini hubungan keluarganya tidak baik-baik saja. Orang tua Gema membawa Gema ke rumah sakit untuk perawatan intensif.

Itu sebabnya Gema tidak datang untuk menemui Adira.

Saat kondisi Gema membaik, dia memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan menemui Adira. Tapi Gema merasa jika dirinya tidak pantas untuk meminta maaf, karena kesalahan Gema cukup besar kepada Adira.

Gema menghela nafasnya berat lalu bergegas pergi meninggalkan rumah Adira itu.

****

Berhari-hari telah dilewati, Adira tidak ingin berlama-lama menangisi kesedihan itu. Dia harus menunjukkan pada dunia jika dirinya adalah wanita kuat. Walaupun sendiri, Adira pasti bisa.

Adira masih ikut kelas online, dirinya juga terkadang mengajak Gabriel untuk menemaninya mengerjakan tugas. Yaps, Gabriel sudah mengetahui kehamilan Adira.

Awalnya Gabriel syok, tapi perlahan dia dapat menerimanya dan membuat Adira melupakan semua masalahnya.

"Gak mau, kan tadi aku bilang rasa coklat, kenapa jadi vanilla" kesal Adira karena Gabriel membawa es krim pesanan Adira yang salah.

"Adira, listen to me" Gabriel berjongkok dihadapan Adira yang merajuk. Adira menoleh kearah Gabriel.

"Tadi tuh aku udah bilang sama pelayannya rasa coklat. But, dia kasih aku rasa Vanilla. Tadi aku sampe berantem gara-gara es krim ini doang. Sialan emang pelayan itu"

Adira membulatkan matanya sempurna mendengar umpatan yang keluar dari mulut Gabriel.

"Diajarin siapa ngomong kasar?" Tegur Adira penasaran.

GEMA: MY DOSEN HUSBAND  [Sudah Terbit]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon