11 : Heart Beat

68K 5.6K 134
                                    

11 : Heart Beat

Ini sudah berlalu hampir dua jam, dan pemilik saham terbesar di perusahaan raksasa yang bergerak dalam bidang properti itu masih terlihat begitu segar bahkan meski sudah habiskan setidaknya enam gelas vodka. Entah dalam minuman itu kadar alkoholnya terlalu sedikit atau bagaimana.

Mulai bergerak tak nyaman, Jemima yang sudah ingin pulang apalagi ekspresi bosan di wajah Abyasa terlihat jelas dan ia takut itu dapat mempengaruhi kerjasama di antara mereka, lalu menyenggol lengan Edzhar dengan sikunya.

Pria yang duduk di samping kirinya sedang Abyasa di sisi kanan, menoleh pada Jemima dengan kening mengernyit.

"Kasih minum lagi," bisik Jemima di tengah-tengah suara keras lagu bernada sumbang yang dinyanyikan oleh seorang wanita yang ia tahu betul merupakan seorang beuty blogger yang namanya melejit begitu cepat.

Wanita itu dibawa oleh pihak calon investor yang kini sedang asyik menggerayangi wanita yang terlihat masih begitu muda itu.

Entah dunia ini yang terlalu keras atau memang orang yang enggan berusaha. Hingga demi sebuah popularitas, rela jual tubuh pada bangkot tua yang pasti sudah memberikan jaminan yang nilainya masih bisa dihitung dengan jari.

Miris, bukan?

Mengangguk, Edzhar yang sebenarnya agak ngeri dengan pertemuan kali ini mendekati Gading Nandana yang pipinya sudah mendarat ke dada setengah terbuka milik wanita yang ia tahu memiliki panggilan Kiara itu.

Edzhar membawa sebuah botol berisi cairan Vodka yang masih tersisa setengah, lalu tampak berbinjang dengan Gading yang benar-benar menghancurkan suasana hati Abyasa.

"Maaf ibu Mima, pak Yasa. Saya tidak memiliki daya jika bapak sudah memaksa untuk membawa wanitanya."

Jemima tersenyum tipis pada asisten pribadi Gading yang juga datang bersama wanita lain yang tadi memperkenalkan diri sebagai sekretaris Gading. Tapi dari tatapan tak suka wanita bernama Ruri itu, Jemima tahu ada hubungan spesial antara Gading dan Ruri.

"Kita tidak bisa mengendalikan hal seperti ini, pak Wita," jawab Jemima profesional namun itu berbanding terbalik dengan kekhawatirannya terlebih saat ia dengar hela berat dari pria di sampingnya.

Demi proyek besar dengan Uraga Company, Jemima harus bisa menahan Abyasa untuk tak sudahi pertemuan ini sebelum dapatkan tandatangan Gading Nandana. "Sebentar lagi, pak," bisik Jemima kemudian pada pria yang sudah tak lagi bisa bersikap ramah.

Tadi tentunya Abyasa tak begini. Pria yang meski selalu bersikap ketus ini bisa menempatkan posisi ketika berbicara khususnya dengan orang yang memberi ia keuntungan. Tapi itu tak berlaku jika sepanjang perbincangan, Abyasa malah terganggu dengan beberapa hal, salah satunya rencana Gading yang tadi mengatakan akan menyiapkan wanita untuk Abyasa di pertemuan berikutnya.

Di sini Abyasa lah yang harus berhasil meluluhkan Gading tapi malah pria berkacamata ini yang terus disodori pelbagai bujukan dari Gading Nandana.

"Pak Yasa, ayo bersenang-senang." Pria usia enam puluh tahun dengan tubuh yang masih bugar itu tampaknya sudah mulai oleng.

Berjalan dengan botol di tangannya, ia hampiri Abyasa. "Satu teguk untuk merayakan kerjasama di antara kita."

Sebelah alis Jemima terangkat. Ucapan Gading barusan apakah pertanda jika pria tua ini sudah setuju untuk menjadi investor dalam proyek besar Century Giant?

Kebahagiaan terasa seimbang dengan pertemuan yang cukup buruk ini, Jemima lalu berdiri menerima gelas berisi Vodka yang Gading sodorkan pada Abyasa. "Terimakasih untuk kepercayaan bapak. Andai saja kami memiliki daya tahan tubuh sebaik bapak, kami pasti akan ikut bersenang-senang. Sayangnya, satu teguk saja sudah bisa hilangkan kesadaran kami, maka kami mohon maaf untuk kondisi tidak menyenangkan ini." Jemima berdecak penuh penyesalan. "Tapi melihat bapak terlihat puas dengan pertemuan ini, itu menjadi kado terbaik untuk kami." Jemima lalu kerlingkan mata pada Edzhar yang langsung menangkap kode tersebut.

Personal Assistant : WIFE!Where stories live. Discover now