Bab 2. #Pacar Sewaan 1

989 195 17
                                    

Note : Kita ganti latar. Selamat membaca teman-teman ♥️

*

Musik klasik mengalun lembut di sebuah restoran mewah yang berada di dalam sebuah hotel ternama di pusat kota Jakarta. Hotel yang pernah nge hits karena pernah terjadi bom bunuh diri itu sepertinya sudah beranjak dari masa lalu yang kelam. Sudah pulih sepenuhnya dan kembali pada jati dirinya sebagai hotel kelas atas.

”Frankie? Nama yang unik. Apa ayah kamu menyukai musik jazz?”

Pertanyaan yang entah sudah berapa puluh kali Frankie dengar setiap kali dia sedang menjalankan pekerjaannya.

”Iya Tante. Papa saya menyukai musik jazz.”

”Pantas saja. Papanya Richie juga suka musik jazz. Pasti cocok deh nanti kalau bisa ketemu."

”Iya Tante.”

”Ya sudah. Nanti Tante atur waktu pertemuan. Menyesuaikan dengan jadwal papanya Richie ya.”

Senyum manis mengembang tanda setuju. Tangan dengan jari lentik membenahi anak rambut yang jatuh ke dahi. Sesaat kemudian tubuhnya condong ke arah pria dewasa yang menekuni daftar menu. Tangan lentik itu beralih ke kancing tangan jas pria itu. Memegangnya dengan senyuman manis. Jawaban pasti keluar alih-alih kata samakan saja dengan kamu, yang enak apa ya, atau terserah.

Setiap kalimat seperti keluar dengan alami tanpa dibuat-buat. Gesture tubuh dua anak manusia yang sedang kasmaran terlihat nyata. Gadis itu tidak mendongak menatap seorang ibu yang terlihat senang dengan situasi itu. Emak-emak yang berbahagia karena anak laki-lakinya berhasil memiliki pacar cantik dan santun.

Makan malam yang sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya, berlangsung dengan sangat baik. Ajang penilaian diam-diam berlangsung tanpa mengganggu acara itu. Sang ibu, terlihat puas dengan pilihan anaknya. Bahkan karena saking puasnya, wanita itu memastikan berkali-kali agar mereka mengadakan pertemuan lagi dalam waktu dekat.

”Selamat malam, Tante. Hati-hati di jalan...”

Salam perpisahan di lobby hotel. Wanita bernama Yunita Wijaya, ibu sang pria, masuk ke mobil mewahnya dan melambai.

”Bayaran kamu sudah aku transfer ya.”

”Okay. Terima kasih banyak. Aku pergi sekarang.”

”Frankie...”

”Ya?”

”Kalau mamaku...sepertinya aku butuh nomor hape kamu deh.”

”Kakak tahu lah peraturannya. Kita akan bicarakan deal dari awal kalau kakak membutuhkan jasaku lagi. Good night.”

Melambai sekali lagi lalu naik dengan gesit ke atas sebuah motor Honda yang menunggunya di depan hotel. Pemandangan yang sangat aneh untuk orang-orang yang hendak keluar atau masuk ke hotel itu.

”Yailah Preng...lama banget dah.”

Logat medok Betawi kota terdengar dari pengendara motor yang membonceng Frankie. Layaknya orang Sunda, cowok Betawi itu juga kesulitan melafalkan huruf F.

”Yailah...kaya biasa ini. Ayo buruan. Mampir warkop ya.”

”Bujug buneng...lu kapan sih ngajak gue ke kape-kape gitu Preng...”

"Jangan lu ternodai dengan pergaulan-pergaulan anak muda yang tongkrongannya di Starbuk, Maul...”

Honda Beat Maulana terseok-seok di jalanan mulus menuju ke pinggiran. Mereka terus bercakap-cakap dengan suara yang mencoba mengalahkan deru kendaraan di sepanjang jalan. Tidak sepenuhnya menuju pinggiran, mereka berhenti di depan sebuah warkop estetik. Menyapa beberapa orang yang mereka kenal dan masuk ke warkop lalu meluncurkan beberapa pesanan dari mulut mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PACAR SEWAAN Where stories live. Discover now