satu

5 1 0
                                    

Shanghai Pudong Airport, 2023.

Mentari baru saja menampakkan wujudnya. Angin pagi memberikan udara sejuk bagi siapapun yang menghirupnya. Banyak orang berlalu lalang sambil menggeret kopernya, entah baru saja datang atau akan pergi dari tempat ini.

Seorang wanita menatap jendela besar di hadapannya. Tampak berbagai macam pesawat dari berbagai maskapai tengah berjejer menanti datangnya penumpang yang akan terbang ke destinasinya masing-masing. Pukul 7 pagi ini, ia bertolak kembali ke tanah air setelah hampir dua minggu berada di negeri Tiongkok.

Indira Janitra, akrab disapa Indi, seorang wanita dengan lesung pipi khas pada sudut bibir kanannya. Di usianya yang menginjak 30 tahun, namanya sudah dikenal sebagai salah satu pemain bulutangkis terbaik di dunia. Bahkan beberapa hari yang lalu, ia baru saja memenangkan kejuaraan dunia keempat dalam karirnya.

Orang-orang juga mungkin mengenalnya sebagai pemilik perusahaan kosmetik, Wonder Me Beauty. Perusahaan yang ia bangun sejak 6 tahun yang lalu ini sudah memiliki ratusan cabang, baik di Indonesia maupun negara-negara lain di Asia. Tak hanya itu, ia juga memiliki beberapa saham di perusahaan-perusahaan besar lainnya.

"Cil bocil, ini iced red velvet buat lo," ucap seorang pria yang tengah menyodorkan sebuah gelas plastik di hadapan gadis tersebut.

Perkenalkan, pria tersebut adalah Kavi Hendrawan. Seorang atlet ganda putra ranking satu dunia sekaligus sahabat Indi sejak belasan tahun yang lalu. Mereka berada dalam klub yang sama sejak kecil, masuk pelatihan nasional saat umur 14 tahun, dan bersama menekuni profesi atlet professional hingga detik ini.

Hampir sebagian besar cerita hidup Indi, ada Kavi disana. Begitupun sebaliknya. Banyak yang menduga bahwa keduanya memiliki hubungan yang spesial, padahal Indi hanya menganggap Kavi sebagai abangnya dan Kavi hanya menganggap Indi sebagai adiknya.

"Stop panggil gue bocil, gue udah 30 tahun kalo lo lupa," gerutu Indi sambil mengambil gelas minumannya dari genggaman Kavi.

"Nggak mau dipanggil bocil tapi kemana-mana masih bawa boneka buluk lo itu."

Refleks, Indi langsung memukul lengan laki-laki yang kini tengah duduk di sampingnya itu. Sebenarnya ucapan laki-laki itu benar adanya, namun Indi tak habis pikir mengapa laki-laki itu sangat membenci boneka kesayangannya itu. Padahal boneka doraemon yang berukuran sedang itu selalu memberinya kenyamanan saat tidur. Makanya selalu ia bawa kemanapun ia pergi.

Jangan remehkan boneka itu. Walau warnanya sudah kehitaman dan memang sedikit buluk, boneka itu sudah keliling dunia. Paris, Brimingham, Odense, Singapura, dan masih banyak lagi. Ia sudah pernah mengalungi medali Kejuaraan Dunia, Olimpiade, Asian Games dan puluhan medali lainnya. Ialah saksi bisu perjuangan Indi dari ia masih kecil hingga saat ini.

"Stop hujat Emon gemes gue ya, gue tampol lo," ancam Indi yang hanya dijawab dengan tawa dari Kavi.

"Udah ah lo ngeselin, gue mau ke toilet. Titip barang gue ya, awas sampe ada yang ilang," ucap Indi.

"Bayar ya, 100 USD."

"Dih World Number 1 kok minta duit gue, abis duit lo ha?"

"Ya depan gue World Champion 2x dan Olympic Gold Medalist, masa iya gabisa bayar gue 100 USD."

"Nyenyenyenye ya deh," Indi kini berbalik badan dan melangkahkan kaki menuju toilet.

"Sekalian minuman lo tadi 100 ribu ya," teriak Kavi.

"Pelit banget buset," balas Indi sambil berteriak.

Tak sampai dua menit kemudian, mata Kavi melirik ke arah sebuah handphone yang tergeletak begitu saja di sampingnya. Handphone tersebut menunjukkan beberapa notifikasi dari seseorang yang tak asing di hidup Indi. Kavi menghembuskan nafas kasar, mengapa orang itu kembali menghubungi Indi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

METANOIAWhere stories live. Discover now