Sekotak Coklat

12 8 1
                                    

Pandangan nya sejak tadi tak lepas-lepas dari sekotak coklat yang ada di atas meja nya. Dari mana ini berasal? Hanya itu yang ada di pikirannya.

Ia sudah bertanya kepada teman yang berada di kelas, namun tak ada satu pun yang tau siapa yang memberikannya.

Mereka tidak tau atau berusaha menutup mulut?

"Aneh, siapa sih yang ngasih ini?" Lena membolak-balikan sang coklat demi mencari seinci informasi.

"Udah lah, gak usah dipikirin. Mending lo makan aja, sayang atuhh di anggurin." ucapan Putri benar juga.

"Ya tapi kan boleh asal makan juga, put. Kalau isinya ada racun gimana dong?"

"Pikiran lo kok jauh banget sih, gak mungkin lah itu na." sahut Jessica.

"Tetap aja gue gak berani main makan aja. Kalau ada racunnya, lo berdua mau tanggungjawab?"

Namun saat berbicara, tiba-tiba Matthew mematahkan sedikit coklat nya, dan memasukkan nya ke mulut.

Mereka bertiga langsung kaget.

Matthew mengekspresikan bingung. Coklat ini begitu enak, kenapa mereka terkejut?

"Kalian kenapa? Salah ya gue makan?" Dia cukup bingung.

Putri cemas, "Sayang, kalau misalnya di dalam ada racun gimana? Kamu kenapa sih suka banget asal comot." Putri cukup khawatir padanya.

"Mana ada racun, ini aku gak ada kenapa kenapa." Sambil meraba tubuhnya sendiri.

Lena menggaruk rambutnya, "Iya deh, aman aman aja tuh coklatnya. Gue juga mau makan ah, dah lama gak makan coklat."

"Perasaan lo tadi makan coklat." Suara berat yang entah dari mana asalnya.

Mereka langsung membalikkan tubuh ke arah sumber suara, dan merasa terkejut. Terdapat Raja yang berada di dekat pintu kelas.

Bagaimana dia bisa tau?

"Lo kok tau?"

"Ya tadi gue lihat." jawaban itu membuat Lena merasa senang. Dan ya, ia merasa di perhatikan oleh sang Raja.

"Perasaan tadi gue gak lihat lo di kantin deh." Jean menyahut dari arah samping.

Jean mendekat kan diri di samping Lena, dan Raja juga berada di sampingnya. Jantung Lena berdegup kencang saat ini.

"Ya Tuhan, kenapa harus ada dua cogan di samping gue?"

"Yaelah bro, kantin kan luas. Gak mungkin lo bisa perhatiin setiap sudut nya." jawabnya membuat Jean terdiam.

Raja berpaling memandang wajah Lena dan mengusap rambut gadis itu. Lena berusaha untuk tidak salting di hadapannya.

Sedangkan Jeandra, dia merasa panas melihat nya. Ingin rasanya ia menepis tangan itu dari rambut wanita yang dia cintai.

Tapi dia tidak memiliki hak.

"Nanti pulang sekolah mau jalan gak?" Kalimat itu membuat hati Lena bukan main senangnya.

Jean menepuk bahu gadis itu, "Lo gak lupa janji kita kan?"

"Emm, Jean. Janji kita bisa lusa aja tidak? Aku boleh kan jalan sama Raja?" Hati Lena sedikit bimbang.

"Yaudah, boleh kok. Aman dah." jawabnya dan Lena langsung melompat riang dan memeluk Jean bagai anak kecil.

"Lo jaga yang bener ya, ja. Jangan sampai nih anak pulang dengan keadaan lecet." ucapan itu langsung di iyakan oleh Raja.

Raja menjawab, "Santai, gue gak bakal buat Lena lecet sedikit pun."

"Cie cie, ada yang mau jalan nih." sindir Jessica dan membuat Lena tersenyum seperti orang gila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surat Untuk, RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang