[🌊🌊🌊]
Malam sudah hampir larut, sementara aku masih bekerja keras untuk menyortir barang dagangan milik majikanku yang akan dijual di bazar esok hari. Ngomong-omong memang di dekat pelabuhan ini akan diadakan bazar dalam merayakan panen besar-besaran wilayah barat. Karena itulah aku yang biasanya bekerja di wilayah timur, menjadi 'pulang kampung' karena majikanku ingin berjualan di bazar yang disenggelarakan di sini. Padahal aku sendiri pernah berjanji tidak akan kembali lagi ke wilayah barat setelah menyaksikan kematian ayahku yang sangat tidak adil itu.
Tapi apa boleh buat? Kalau saja bukan untuk membiayai pengobatan adikku, kakiku pun tidak sudi berjalan di tanah ini. Untung saja selama seharian ini, tidak ada sesorang yang tiba-tiba datang menyapaku atau sekadar menunjuk-nunjuk ke arahku, tandanya orang-orang di barat sebagian besar sudah melupakan keberadaan keluargaku, atau tampangku yang kucel ini membuatku tidak dikenali. Pokoknya hal itu berkah karena sejak awal aku tidak ingin berinteraksi lagi dengan orang-orang wilayah ini walau wilayah barat dapat dikatakan sebagai wilayah kelahiranku.
Aku menghela napas selagi mengatur kain tekstil satu per satu, memastikan semua barang itu masih layak dan berkualitas untuk dijual esok pagi. Jumlahnya lumayan banyak yang membuatku kewalahan, apalagi aku hanya bekerja seorang diri sebab Akito diberi tugas lain oleh majikanku. Dipikir-pikir perkataan Akito ada benarnya juga, majikan kami sangat sinting ketika memberikan kami tugas.
Dalam keheningan ini, hanya suara laut lah yang menemaniku bekerja. Membuat sebagian fokusku diambil oleh bayang-bayang nostalgia sewaktu aku masih remaja dulu.
Setiap mendengar suara gelombamg laut, pikiranku pasti tertuju kepada kejadian yang kualami beberapa tahun yang lalu. Aku ingat saat itu aku berumur 15 tahun dan aku nyaris tenggelam karena terseret ombak sewaktu aku tengah bermain dengan kawan-kawanku di pinggir laut. Kukira aku akan mati, tetapi nyatanya aku masih diberi kesempatan untuk membuka mata dan merasakan kehangatan pelukan ibuku begitu aku siuman.
Aku sendiri tidak ingat sepenuhnya bagaimana cara aku selamat dari peristiwa maut tersebut, memori yang tersimpan di dalam benakku terasa samar-samar dalam hal itu. Aku hanya mengingat ras sesak ketika air berhasil menerobos dalam paru-paruku, rasa panik ketika tubuhku makin terseret jauh ke dalam laut, dan putus asa tatkala pandanganku makin menjadi hitam dan mengabur.
Namun ditengah-tengah kesadaranku yang nyaris tenggelam menuju kegelapan, aku merasa ada orang yang menarikku waktu itu, mendekapku erat-erat, dan sayup-sayup aku mendengar senandung melanlokois yang merdu. Ingatanku berhenti sampai di sana. Sampai sekarang aku tidak tahu dalam potongan memori tersebut sebenarnya aku mengalami apa, tetapi satu hal yang kuyakini ada seseorang atau bahkan sesuatu yang menyelamatkanku dan membawaku ke tepi pantai sembari bernyanyi dengan merdu. Ketika aku mencoba bertanya kepada orang tuaku, mereka semua mengangkat bahu dan kompak mengatakan bahwa mereka menemukanku tergeletak begitu saja di pinggir pantai tanpa ada seorang pun di sana. Aneh.
أنت تقرأ
ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑨𝒏𝒕𝒂𝒓 𝑨𝒕𝒎𝒂┊ NENEKASA ˎˊ-
قصص الهواة≡;- ꒰ ° ☕ F A P R O J E C T 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ ;; "𝑺𝒊𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒈𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌 𝒔𝒖𝒂𝒓𝒂 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒊𝒕𝒖?" ───────────────────────── 「 Project Sekai - Nenekasa Fanfiction by @Callamelatte Disclaimer Colorful Palette & Se...