49. Pernyataan Laksana Tombak

62 14 1
                                    

"Ada apa denganmu? Kau tidak terlihat selama hampir dua pekan ini." Dale berkacak pinggang, ia menatap Hansel yang tengah duduk di sudut salah satu gang Kota Astrilde dengan penampilan yang lebih kacau daripada biasanya.

Hansel melirik pelan ke arah Dale, ia lalu mengusap rambutnya kasar. Dinginnya Dellway kali ini nyatanya sama sekali tidak membuat Hansel berniat untuk memasuki ruangan atau sebatas menghangatkan diri.

Ia sudah seperti ini dalam waktu yang lama, dan Hansel benci akan hal ini.

"Kami bertengkar lagi. Tidak, ia menyalahkanku lagi," jawab Hansel, menghela napas lelah.

Dale melirik ke arah Hansel, gadis itu menahan diri untuk tidak  membaca emosi lelaki itu, alhasil Dale pun mesti mengalihkan pandangannya setelah beberapa detik.

"Ibumu?"

Hansel diam, tidak mengangguk ataupun menjawab. Tetapi diamnya itu cukup untuk membuat Dale mengerti bahwa tebakannya benar.

Hansel terlalu sering memiliki masalah dengan ibunya, Dale pikir mungkin itulah cara Julia menyayangi putranya, tetapi kasih sayang itu tidak sampai dengan layak pada Hansel.

Hansel terlalu banyak merasa salah dan kurang sebab hal itu.

"Ada apa lagi?"

Lelaki itu terdiam sejenak, ia menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, lalu menjawab, "Ia tahu bahwa Alice diculik ke Roseline. Seharusnya aku menjemputnya lebih cepat, tidak, seharusnya aku diam saja di Cartland sebab di Dellway pun aku tidak banyak melakukan hal—"

Ucapan itu terpotong ketika Dale tiba-tiba saja berjongkok di hadapan Hansel, mengangkat dagu lelaki itu agar berhenti menunduk. "Tidak banyak melakukan hal?"

"Aku bukan Ishvela. Mungkin ibuku berharap aku bisa melihat masa depan, atau melakukan sesuatu yang berguna untuk bisa membantu—"

"Ini lagi. Kau terus mempermasalahkan hal itu," decak Dale, ia masih berjongkok di hadapan Hansel.

Lelaki itu terdiam, ia menepiskan tangan Dale, "Jika kau datang kemari untuk berkata bahwa menjadi Ishvela tidak menyenangkan, aku bosan mendengarnya."

"Aku tidak akan berbicara seperti itu?"

"Lalu apa yang akan kau katakan?"

"Bahwa menjadi manusia biasa juga tidak masalah."

"Bagiku itu adalah masalah. Lihat saja, di negeri ini, kalian para Ishvela memiliki banyak tugas, banyak kegunaan."

"Kau berpikir bahwa kami berguna hanya karena kami Ishvela?"

"Tentu saja."

Dale terdiam, ia menunduk menatap sepatunya yang terkena butiran salju.

"Kau tahu aku sendiri benci menjadi Ishvela," gumam Dale, jemarinya menyentuh tanah yang diselimuti salju, mulai menggerak-gerakkannya sehingga membentuk hal abstrak.

"Kau pun tahu sendiri bahwa aku benci sebab tidak terlahir menjadi Ishvela." Hansel menjawab, ia ikut menunduk, melihat bagaimana jemari Dale bergerak dengan lihai dengan tanpa ritme ataupun bentuk yang jelas.

Keduanya terdiam, tidak lagi berbicara. Selain karena lelah dan tidak ingin terus berdebat, keduanya pun sama-sama mengerti bahwa perbincangan ini tidak ada gunanya.

"Dia pun marah karena aku memasuki kamarnya," ucap Hansel pelan, mulai memainkan salju di tanah.

Dale menengadah sekilas, "Ada apa?"

"Aku menemukan sesuatu tentang ayahku."

Kening gadis itu berkerut, "Tentang apa?"

Lelaki itu menengadah, tatapannya malas menatap Dale, ia pun memutar bola matanya, "Tentu saja kematiannya."

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя