28

12.8K 979 71
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.













"Abang, nanti abang pulang duluan," ucap Rafa pada Vano yang duduk di sebelahnya. Saat ini mereka sedang berada di dalam kelas dan waktu akan menunjukkan jam pulang.

Alis Vano terangkat sebelah, "Kenapa?" tanya Vano dengan suara beratnya. Terdengar nadanya seperti tidak senang.

"Rafa mau ke mansion Ganendra, nanti mau pulang bareng abang Refan," jawab Rafa dengan santai tanpa mengetahui jika Vano kini mengepalkan tangannya. Kemarin abangnya sendiri yang pulang bersama adiknya, sekarang Refan? Vano merasa seperti kalah telak dengan mereka. Vano tak terima!

"Kenapa harus ke sana? ke mansion ku saja," jawab Vano penuh keirian. Tangannya sibuk bermain game dengan tatapan datarnya. Jika dilihat baik-baik, Vano bermain dengan penuh tekanan. Seperti menyalurkan rasa emosi? Marah? Ya, Vano orangnya gampang tersulut emosi.

Rafa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dari nada yang terdengar, abangnya seperti sedang merajuk. Kenapa?

"Besoknya lagi Rafa mampir ke mansion abang, Rafa juga kangen mommy, kangen abang-abang yang lain juga hehehe," ucap Rafa dengan niat menghibur abangnya. Vano dengan mood yang buruk benar-benar mengerikan.

"Hm," balas Vano acuh tak acuh. Vano meletakkan kembali handphonenya ketika guru telah masuk ke dalam kelas. Tatapannya memang menuju ke arah guru yang sedang mengajar, tapi pikirannya melayang ke rencana ia dan abang-abang yang lain. Rencana kemarin malam, tak sabar rasanya. Apalagi kali ini mereka akan melibatkan Rafa. Setidaknya Rafa bisa melampiaskan emosinya dan tak perlu merasa takut lagi. Karena ia dan lainnya tepat berada di belakang Rafa. Kata abang sulungnya, Dean. Jangan terburu-buru untuk melakukan pembalasan, tunggu waktu yang tepat. Vano rasanya ingin menyela perkataan abangnya itu, ia benar-benar tak sabar menantikannya.

Bel pulang telah berbunyi dan kini Rafa, Vano dan tiga temannya menuju ke parkiran.

"Bang Refan," panggil Rafa ketika melihat abangnya sudah berada di parkiran dan sudah menaiki motor sportnya.

"Ayo," ajak Refan pada Rafa untuk segera menaiki sepeda motornya. Refan telah diberitahu Rafa lewat chat jika Rafa akan mampir ke mansion Ganendra. Dalam hati Refan bersorak senang, ia tak sabar melihat
raut muka Vano saat Rafa memilih pulang bersamanya. Kapan lagi ia menang melawan Vano.

Dengan susah payah, Rafa menaiki jok belakang motor Refan yang tinggi. Untuk ia yang memiliki postur tubuh pendek, pasti akan kesusahan. Untung ada tangan Refan yang terulur padanya. Membantu ia
Menaiki sepeda motor itu. Setelah menyamankan dirinya. Baru Rafa melambaikan tangannya pada Vano  dan teman-temannya.

"Bye abang," pamit Rafa dengan lambaian tangannya.

Zidan, Brian dan Wildan membalas lambaian tangan Rafa. Kecuali Vano. Vano lebih memilih
Menyembunyikan kepalan tangannya dari dalam saku. Dengan tatapan datar biasanya, Vano melihat Rafa yang mulai keluar dari kawasan sekolah.

Rafa (Hiatus🤎) Where stories live. Discover now