CHP 1: KEMBALINYA 'SI MANIS'

71 2 0
                                    

Livia baru saja menginjakkan kakinya kembali di tanah kelahirannya setelah delapan bulan hiatus dari dunia akting yang telah ia geluti selama hampir dua puluh tahun sejak pertama ia mengambil peran di sebuah iklan susu.

Tempat pertama yang ia datangi bukanlah rumahnya, melainkan Gladiolus House. Sebuah rumah ternyaman ketiga selama dia aktif berkarir di dunia akting. Banyak orang seperti dirinya yang datang ke Gladiolus House dan dengan alasan yang mirip semua.

Dengan mengenakan hoodie kebesaran yang menutupi kepalanya dan hampir seluruh penampilannya, Livia berjalan keluar setelah urusannya selesai. Seperti biasa, dia selalu menggunakan taksi jika akan pergi dan setelah selesai dari Gladiolus House.

"Kak Livia." Kakinya langsung berhenti bergerak setelah mendengar namanya dipanggil. Livia perlahan menoleh ke belakang, ke arah dimana dia mendengar datangnya suara tersebut.

"Jesse?" Itu terdengar seperti sebuah pertanyaan. Tentu, karena Livia tidak berharap untuk bertemu dengannya.

"Kak Livia sudah kembali?" Jesse adalah teman barunya yang langsung menjadi teman dekatnya setelah mereka berbagi cerita satu sama lain. Mereka berteman belum lama, baru beberapa bulan sebelum kepergiannya dari Seoul.

"Baru saja sampai dan baru akan pulang ke rumah setelah ini," jawabnya, tapi dia langsung menyadari kalau mereka menghalangi jalan keluar. Jadi, Livia menarik Jesse untuk minggir agar mereka bisa melanjutkan percakapan. "Kau baru selesai kuliah?"

"Iya, baru selesai ngerjain tugas di perpus bareng teman yang lain. Kita lagi kumpul di kafe dekat sini, Kak Livia mau join?" Jesse mengajak Livia atas dasar formalitas. Karena tidak mungkin setelah mengatakan itu dia tidak menawarkannya untuk bergabung.

"Aku tidak mau mengganggu kalian. Aku juga rasanya ingin cepat pulang dan beristirahat," Livia menolak ajakan Jesse untuk hangout bareng. Bukannya apa, Livia harus mempersiapkan diri dan juga mentalnya untuk kembali melanjutkan aktifitasnya setelah ini.

"Aku senang kau sudah kembali, Kak. Lain kali aku akan mengajakmu mampir ke perusahaan. Rooftop mereka sangat indah," ujarnya seperti sedang mempromosikan perusahaan tempat dia bernaung.

"Baiklah, kali ini aku akan datang," Livia terkekeh kecil. Bukan pertama kalinya Jesse mengundang dirinya untuk datang berkunjung. Tapi karena selalu bentrok dengan jadwalnya, jadi dia belum ada waktu untuk mewujudkannya.

"Aku pegang janjimu, Kak." Livia menganggukkan kepalanya, berjanji dengan sungguh-sungguh. "Ayo."

Jesse menyudahi percakapan mereka karena merasa telah mencegat Livia terlalu lama, takut wanita itu kelelahan.

Mereka memutuskan untuk jalan bareng keluar gedung. Jesse akan menemani Livia sampai dapat taksi dan masuk dengan aman.

"Apa Kak Liv tidak kangen dengan kimbab di toko bibi Eunhae?" Restoran kecil yang berada di pertigaan itu sangat terkenal dari puluhan tahun yang lalu. Bibi Eunhae juga terkenal di kalangan para trainee karena menjual makanan rumahan yang enak dan juga murah.

"Tentu saja. Bibi Eunhae pasti sangat merindukanku, kan?" Livia bergurau.

"Pasti, Kak Liv adalah pelanggan kesayangan bibi Eunhae," jawab Jesse. Mereka masih berjalan untuk sampai ke pinggir jalan dimana Livia bisa mencari taksi dengan mudah.

Di tengah perjalanan, mereka melihat sedikit kerumunan berkumpul di depan mini market. Bukannya ikut penasaran, keduanya justru menghindar dan memilih mengambil jalan ke pinggir agar tidak bentrok dengan orang lain. Mereka tahu dan awam dengan hal semacam itu. Pasti ada artis atau orang terkenal jika sudah ada kerumunan seperti itu.

"Apa kau tahu, Justin sekarang tengah menjadi trainee untuk menjadi model di perusahaan yang sama denganku," ujar Jesse, memberitahu informasi terbaru yang perlu Livia ketahui.

Si Manis; LiviaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora