01 - Awal

47 7 8
                                    

Shireen menurunkan koper berwarna putih tulang dari dalam bagasi mobil, menarik handlenya sebelum di bawa masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shireen menurunkan koper berwarna putih tulang dari dalam bagasi mobil, menarik handlenya sebelum di bawa masuk. Perempuan itu mengamati perumahan elit yang akan di tempatinya bersama sang ibunda.

"Bunda beneran ikut aku ke sini?" Shireen berbicara sambil mendorong koper miliknya dengan satu tangan. Sedangkan barang lainnya di angkut oleh beberapa pekerja yang di sewa oleh Viola.

"Kamu tenang aja, temen-temen bunda juga banyak kok, bunda pasti betah di sini" Katanya, meski sedikit memaksakan, padahal Shireen tidak bodoh, dapat terlihat dari rautnya, jika Viola melakukan semua ini demi anak perempuannya.

"Aku bisa jaga diri kok. Aku tahu bunda lebih betah di rumah eyang" Shireen ingin sekali hidup mandiri seperti orang lain. Merantau maksudnya.

Sengaja Shireen mendaftarkan diri di tempat kelahiran Viola, agar perempuan itu tidak khawatir. Tetapi di luar nalar, Viola malah ikut pergi dengannya.

"Shireen... " Langkah Viola terhenti, bersamaan dengan Shireen. Tangan kiri Viola perlahan terangkat, mengusap pelan surai anak perempuannya. "Bunda cuman punya kamu, jadi kemana pun kamu pergi, bunda bakal ikut." Lanjutnya.

Shireen membuang nafas. Iya, tapi apakah harus sampai seperti ini. Shireen bahkan memiliki pengasuh yang selalu menjaganya sampai se-dewasa ini.

"Katanya mbak juga bakal nyusul, tapi gak tahu kapan, kamu bakal sering sendiri. Gak apa-apa? atau mau bunda sewain pengasuh baru?" Ucap Viola, membuat Shireen mencengkram handle koper.

"Bun, please? aku bukan anak kecil, aku bisa sendiri di rumah. Stop, titipin aku sama orang lain. Aku bahkan udah bisa masak sendiri. Tapi kalo mama emang gak ada kerjaan lain, yaudah di tampung aja di rumah kita" Lirih Shireen. Perempuan itu meredam emosinya agar tidak keluar. Karena Viola benar-benar overprotective padanya.

Shireen tahu maksud Viola baik, karena Viola selalu memiliki banyak pekerjaan, jadi Shireen selalu sendiri. Padahal Shireen sudah berusia 18 tahun, dan di rumah mereka yang sebelumnya, banyak pelayan yang berkeliaran, tetap saja Viola khawatir.

"Yakin?"

"Iya bunda, kapan aku mandirinya kalo terus di batasin, aku bisa sendiri di rumah, buktinya selama dua belas tahun aku sekolah. Aku gak kenapa-napa kan?" Shireen meyakinkan sang ibunda, membuat perempuan paruh baya itu mengukir senyum.

Di sisi lain, di tempat Harsa di waktu yang sama.

"Besok ada ospek, ikutan ngospek gak?" Javiera menyenggol Harsa yang tengah fokus dengan televisi besar di hadapannya, menonton sepak bola dengan teriakan histeris.

"Ih, jawab dong" Javiera memukul tangan saudara laki-lakinya karena tidak di gubris sejak tadi.

"Diem atuh lah, ganggu mulu kamu" Harsa melirik kesal ke arah Javiera, yang tidak berhenti mengusiknya sejak tadi.

"Gimana sih? ospek serem gak?" Javiera terus gelisah, takut di bentak-bentak, seperti saat pertama kali masuk SMA.

"Enggak" Bohong Harsa, padahal mereka sudah siap meneriaki para mahasiswa baru besok pagi.

"Harsa, Javi, udah jam sebelas malem, tidur sana" Titah Marni, setelah mengambil segelas air. Marni menegur kedua anaknya sambil berjalan ke arah kamarnya.

Harsa berdecak. "Tuh, dengerin kata bunda, sana tidur" Lelaki itu melirik adik perempuannya dengan muka jutek.

"Orang sendirinya juga di suruh tidur" Javiera berdiri dari duduknya, menghentakkan kakinya pada laintai sambil mencibir, melewati Harsa dengan raut kesal.

Tidak lama setelahnya suara getaran ponsel membuat Harsa melirik. Lelaki itu menjawab panggilan, mendekatkan benda pipih di lengannya pada telinga. "Naon euy?"

Artinya: Apa euy?

"Gak ke rumah Naren? kita bertiga lagi kumpul" Katanya, membuat Harsa kembali melirik benda ponsel untuk melihat waktu.

"Udah jam sebelas anjing? besok gue ngospek maba. Besok malem aja deh abis ngospek, gue bawa Vodka dah" Tawar Harsa, sambil memakan kacang di dalam toples.

"EH IYA COK AING JUGA SAMA" Pekik Galan dari kejauhan.

Harsa menjauhkan ponselnya saat mendengar teriakan keras yang hampir merusak gendang telinganya. "Dikira suara lo gak mirip monyet gitu, keras banget tolol" Balas Harsa yang juga berteriak.

"Gob-"

Segera Harsa matikan panggilan saat di rasa pembicaraan mereka tidak penting.

༊·˚

Pagi ini matahari sudah menembus tirai putih milik Harsa. Lelaki itu tertidur dengan kolor polkadot merah, dan kaos putih polos yang melekat di tubuhnya.

"Bangun atuh a, liat matahari udah keluar! da di bilang juga apa kata bunda, jangan begadang, gak denger" Teriak seorang perempuan paruh baya dengan entengnya memukul pantat Harsa yang sedikit menungging.

Harsa menggerang "Iya, ini teh udah bangun, cuman matanya kelilipan" Jawabnya sambil menggeliat, tapi matanya masih tertutup rapat. Pagi-pagi sudah di omeli.

Marni atau sang ibunda, membuka gordeng kamar Harsa yang masih tertutup rapat, membuat pemilik kamar mengerutkan dahi, karena sinar matahari langsung menyorot wajahnya.

"Cepet ih" Ucap Marni sambil berjalan keluar kamar.

Perlahan Harsa terbangun, dengan rambut yang berantakan, lelaki itu menggaruk kepalanya sambil menguap, mengumpulkan nyawa yang belum terkumpul.

Belum selesai Harsa menguap, wajahnya sudah di lepari bantal. "Cepet atuh! ini udah jam setengah tujuh, kan harusnya aku jam enam udah sampe" Teriakan Javiera langsung membuat Harsa menutup kedua lubang telinganya.

"Kenapa gak di anter sama ayah aja atuh Ra?" Harsa melirik Javiera yang sedang menatapnya dengan emosi yang berapi-api.

"Orang ayah gak pulang, aku udah bangunin dari tadi, ngomong iya-iya mulu ternyata masih tidur!" Javiera berjalan keluar, menutup pintu hingga menciptakan suara dentuman keras.

Ingin sekali Javiera memasukan Harsa ke dalam kandang banteng, agar lelaki itu di seruduk habis-habisan.

༊·˚

aloo gais, sebelumnya maaf iklan dulu bentar, aku mau nitip sesuatu, tenang bukan nitip beli seblak kok..

kalian tolong jangan panggil aku thor😭👊
panggilan apa aja boleh, asal berhubungan sama namaku ifty, mau ty, mau if, mau iptii juga gapapa, udah segitu doang makasi, jangan lupa VOTEEE💋

My Butterfly is YouWhere stories live. Discover now