33. So, he's my older brother?

20.2K 1.3K 78
                                    

01/05/2024

Arthur memeluk kaki ibunya, dan menatap tajam Noah. Ia sudah marah-marah karena tadi Noah sempat memeluk ibunya. Untung saja Noah sudah paham seperti apa watak Arthur yang sangat menyebalkan. Jadi dia hanya diam dan kini hanya menatap malas pada anak itu.

"Ibu, kenapa kau mau di peluk oleh anak menyebalkan sepelti dia? Ibu tahu? dia ini sangat dingin sepelti balok es, dia juga tidak belpelasaan, intinya dia sangat membosankan. Jadi ibu jangan lagi dekat-dekat dengan dia!" Arthur mengomel dengan masih memeluk kaki ibunya.

"Arthur, aku ini kakak mu. Kau sangat tidak sopan padaku!" Dengkus Noah, dia sangat jengah melihat tingkah anak di depannya ini. Selalu saja banyak drama dan membuat suasanya jadi berisik.

"Heii, diam, bukankah kau tidak mau beltemu aku lagi? Jadi jangan mengaku-ngaju menjadi kakak ku, aku tidak mau. Kau sangat jelek dan membosankan, tidak cocok menjadi anak ibuku yang cantik, tidak cocok menjadi kakak ku juga, kalena aku sangat tampan. Kau juga tidak pantas menjadi kakak Issha, karena dia sangat baik sepelti tuan putli!" Cerocos Arthur, membuat Bella membuang nafasnya pelan. Arthur ini benar-benar banyak hicara, entah dia mendapatkan gen siapa.

"Berhenti berbicara, kau ini tidak bisa menyebut hurud 'R' dengan benar. Jadi jangan terlalu berisik, membuat telingaku sakit saja!" Cerca Noah.

Arthur mendelik mendengar perkataan tidak berperasaan dari Noah, ia hendak membuka mulutnya lagi. Namun Bella langsung mengangkatnya begitu saja. Membuat Arthur menatap ibunya dengan penuh protes.

"Ibu, jangan tinggalkan aku lagi," pinta Noah, membuat Bella yang hendak pergi, mengurungkan niatnya.

Melihat Noah berdiri dengan harapan dirinya kembali pada anak itu, sungguh membuat Bella ingin sekali menangis. Ia sangat tidak menyangka jika anak yang dulu dikabarkan meninggal, kini sudah tumbuh besar. Anak itu sangat tampan, dengan pertumbuhan yang terlihat begitu baik.

"Ibu harus bekerja, kau pulanglah bersama ayah." Kata Bella, berusaha menormalkan suaranya yang sedikit bergetar.

"Aku ingin ikut ibu, sama seperti Arthur." 

"Tidak boleh! Enak saja ingin ikut, kau itu tidak di ajak, wleee." Ejek Arthur, bocah itu dengan senang hati mengejek Noah.

Bella membekap mulut putranya yang sangat berisik, Arthur ini sangat suka mengejek orang dan suka memprofokasi. Membuat Bella ingin sekali menjahit mulutnya.

"Bagaimana jika kau ikut dengan ayah untuk jalan-jalan, dan aku yang membantu ibu bekerja?" Tawar Noah, dia tersenyum lebar berharap Arthur mau menerima tawarannya.

"Aku ini prla dewasa, aku tidak akan pelgi belsenang-senang jika ibu ku sedang bekelja." Kata-kata Arthur membuat Gabriel gemas, anak ini sangat pandai berbicara dan mudah sekali mematahkan semangat orang lain.

"Kita bertemu nanti saat jam makan siang, sekarang Noah pergi dengan ayah dulu, hm?" Bujuk Bella.

Sesungguhnya Bella tidak tega melihat wajah Noah yang berubah kecewa. Namun dia belum siap untuk bertemu kembali dengan Gabriel, apalagi secara mendadak seperti ini. Bayangan masa lalu masih terekam sangat jelas dikepalanya, akan berakibat buruk, jika dia tidak menenangkan diri terlebih dulu.

"Kita temui ibu saat jam makan siang saja, sekarang kita masuk hanya untuk sarapan saja, hm?" Bujuk Gabriel.

Dengan ragu, Noah menyetujui perkataan ayahnya, meskipun dalam hatinya dia takut tidak bisa kembali bertemu sang ibu. Tapi Noah tetap tidak bisa memaksa, karena takut ibunya akan merasa tidak nyaman. Apalagi dari cerita sang ayah, sang ibu pergi karena kesalahan ayahnya yang sangat besar. Jadi mungkin saja ibunya membutuhkan waktu untuk berpikir sebentar.

because of my stupidityWhere stories live. Discover now