GalAle : 51

39.5K 2.7K 1.6K
                                    


Happy reading ☆

Brukk

Argavi menjatuhkan dirinya dari pagar tinggi rumah Agnes, saat ini ia tidak memperdulikan sekolahnya. Tujuan Argavi adalah mencari tau apakah Agnes benar-benar sedang sakit.

Mana ada orang sakit mendadak, tadi pagi Agnes bilang sendiri kepadanya bahwa ia sudah rapi dengan seragamnya dan kenapa tiba-tiba pak Umar satpam penjaga itu mengatakan bahwa Agnes sedang sakit. Tidak manuk akal.

Argavi membiarkan motornya berada di luar pagar tembok lalu ia berjalan sedikit mengendap-endap mencari pintu untuk masuk.

Sudah seperti ninja, Argavi berjalan kearah sebuah bangunan yang sepertinya itu gudang, dan di samping gudang ada sebuah pintu yang sepertinya itu adalah pintu masuk untuk menuju dapur.

Argavi menatap sekeliling, hingga pintu yang menghubungkan dengan dapur itu terbuka. Seorang pelayan keluar dari pintu tersebut dengan membawa sebuah tong berisi sampah.

Argavi mengintipnya dari tembok sebelah.

Srakkk

Sungguh sial, sebuah tongkat tinggi di samping Argavi tersenggol membuat tongkat itu jatuh. Argavi mengumpat dalam hati lelaki itu kembali menatap  kearah pembantu tersebut.

Pembantu tersebut menatap Argavi dengan tatapan tidak percaya, "Masnya ngapain— " Argavi membungkap mulut wanita pelayan itu.

"Ehmm" gumam pelayan tersebut memberontak saat Argavi membawanya pergi sedikit menjauh dari tempatnya semula.

Ceklek..

"Rikaa..."

Sudah Argavi duga pasti ada pelayan lagi yang keluar akibat suara gaduh tadi. Argavi mendekap wanita yang memergokinya. Saat ini ia seperti penjahat yang ingin merampok rumah besar ini.

Argavi membawa wanita tersebut ke belakang bangunan yang terpisah dari rumah besar itu. Lelaki itu memojokkan wanita pelayan seakan-akan ingin menginterogasinya.

Wanita pelayan tersebut menatap Argavi dengan takut, ia takut di apa-apa oleh lelaki tampan yang ada di depannya.

"Dimana Agnes?" Tanya Argavi dengan tatapnnya yang sedikit menajam.

Wanita itu menggeleng ketakutan. Argavi tidak mudah percaya begitu saja, lelaki itu mengeluarkan bulpen kecilnya lalu membuka tutup bulpen tersebut.

"Dimana Agnes, atau ni bulpen nusuk dileher Lo?"

Sungguh mengerikan ancaman Argavi. Wanita yang ada didepannya itu semakin ketakutan, ia menggigit bibir bawahnya.

"Sekali lagi Lo gelengin kepala," Argavi tersenyum lalu mengarahkan ujung bulpen yang lancip itu kearah leher pelayan tersebut, "dimana Agnes?" Tanyanya kembali.

Ujung bulpen tersebut sudah menempel ke kulit leher dan seakan ingin menusuknya. Argavi menaikkan satu alisnya lalu ia terkekeh dan menunjukkan wajah seramnya hingga pelayan itu.

"N-NON AGNES DI GUDANGG..." Teriak wanita itu sedikit histeris karena ketakutan akibat ancaman Argavi.

Argavi menggerutkan keningnya, ia menjatuhkan bulpen kecil itu, "ngapain dia disana?" Tanya Argavi.

 ARGALADonde viven las historias. Descúbrelo ahora