Bab 56

17.5K 1.4K 315
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM. AYIIIII.
*
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمد

*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Orang tua itu ibaratnya rumah, sedangkan anak ibaratkan pilarnya, kuatnya pilar, kuatnya sebuah rumah”

~Arsyadayyan.

_________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_________________

"Ini tangan kamu kenapa ay?" Arsyad meraih kedua tangan Azalea yang kini terlihat memerah.

Azalea segera menarik tangannya, lalu menyembunyikan di balik badannya. Tidak harus memberi tau Arsyad bahwa dari kemarin, dirinya di hukum mengambil lima bak air dari sumur memindahkannya ke kamar mandi santri putri.

Ini juga kesalahannya, jika dua hari yang lalu Azalea tidak berniat mengerjai Cahya dengan melepaskan seekor tikus agar Cahya ketakutan, ini semua tidak akan terjadi.

"Gak papa Gus."

"Ay, kenapa?"

"Gak papa Gus, lagian perubahan kulit di tangan itu pasti ada."

"Yang ini berbeda Ay."

"Yaudah kalo gak percaya," Azalea berjalan ke kasur, mengambil Al-Qur'an lalu menyandar kan tubuhnya pada lipan kasur. "Aku lelah Gus, ini juga udah malam, jangan bertanya jika itu tidak penting."

Arsyad terdiam, sedikitpun Arsyad tidak beranjak dari tempat berdirinya, melihat bagaimana Azalea sesekali meniup tangan ketika mulai membuka satu lembar Al-Qur'an.

"Itu bukan hanya memerah, tapi juga luka, apa yang sebenarnya terjadi Ay?"

Azalea hanya melihat Arsyad sekilas lalu kembali menghafal, sekeras apapun Arsyad bertanya Azalea tidak akan menjawab.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Arsyad melangkah menghampiri Azalea, mengambil Al-Qur'an itu lalu menaruh di atas meja.

"Ini luka Ay," Satu tangan Arsyad kini mencoba meraih kotak obat yang ada di laci meja.

Melihat Arsyad yang kini sudah duduk di dekatnya lalu meraih kedua tangannya untuk di berikan salep, Azalea hanya bisa meringis, perih.

"Perih," ucapan Azalea terdengar bergetar, bahkan tidak tanggung-tanggung Azalea kini menangis.

"Aku tanya sekali lagi, ini kenapa?"

Azalea menghela nafas panjang, menarik tangannya dengan perlahan. "Semua yang terjadi tidak harus di jelaskan, Gus."

"Kata siapa? Kita sudah menjadi suami istri, maka semua yang terjadi, kamu harus menjelaskannya, sekecil apapun itu."

"Aku salah, maka dari itu aku di hukum oleh Ning Cahya."

ARSYAD DAYYANWhere stories live. Discover now