1. SAYAP PELINDUNG YANG HILANG

127 9 5
                                    

Tangisan bayi menggema memenuhi ruang persalinan kala itu, sedetik setelah adzan dzuhur berkumandang.

Terlihat sepasang suami istri yang memancarkan aura bahagia , mengetahui putri kecil yang mereka nantikan selama ini telah hadir ke dunia, suatu kebahagiaan yang tak pernah bisa terucap oleh untaian kata.

Pria itu menggendong putri mungilnya dengan tangan bergetar, ia mengumandangkan adzan dengan bangga di telinga putrinya untuk pertama kali, satu tetes air mata berhasil lolos dari mata pria bertubuh tegap, nan tegas itu, tak ada yang menyangka dari sosok garang sepertinya mengeluarkan air mata, tentu air mata bahagia, sungguh sangat bahagia.

Pria itu tersenyum melihat putri mungilnya dalam gendongannya, mata yang jernih, bibir mungil, dan jemari kecilnya. Pria itu sungguh jatuh cinta pada putrinya, putri pertamanya. Dengan bangga ia menggendongnya dengan senyum yang terus terukir dibibirnya, dengan air mata yang terus menetes membasahi pipinya. Ia memperlihatkan pada semua orang bahwa putrinya , kebanggaannya telah lahir kedunia, memperlihatkan betapa bangga dirinya yang telah menjadi seorang ayah.

Pria itu berjalan perlahan kearah istrinya yang terkulai lemas. Ia menaruh putri kesayangannya dengan penuh hati -hati tepat disebelah istrinya, ia mencium kening istrinya , mencurahkan segala rasa haru, bahagia, bangga, cinta, dan segalanya.

"Kamu wanita terhebat, terima kasih telah menghadirkan malaikat kecil dihidupku, kebahagiaan terbesar sekaligus terindah, terima kasih sayang" ujar pria itu dan kembali mencium kening istrinya, dan beralih mencium putri kecilnya.

Disisi lain, ada seorang ibu yang mempertaruhkan nyawa demi buah hatinya, seluruh tenaga yang telah tercurah, air mata, rasa sakit semuanya telah sirna, tergantikan rasa haru saat melihat putri kecilnya , mendengar suara tangisan lantang putrinya untuk pertama kali , dan suaminya yang selalu mengenggam tangannya mengatakan berjuta kata cinta yang memberinya kekuatan, tak ada hal yang lebih membahagiakan dari itu.

Sepasang suami istri itu terlihat sangat bahagia, air mata tak lepas dari keduanya, memperhatikan setiap pahatan Tuhan yang sempurna di wajah buah hatinya, mereka tertawa saat melihat putri kecilnya memasukkan jempol mungilnya kedalam mulut dan memutar bola mata jernihnya menelusuri setiap inci ruangan, melihat dunia untuk pertama kalinya, kemudian putri kecilnya menatapnya dan tersenyum padanya. Satu tetes air mata kembali meluruh, disusul dengan tetesan selanjutnya. Rasa bahagia yang takkan pernah tergantikan apapun, rasa bahagia yang telah mendarah daging, membuat senyum tak pernah berhenti terukir, dan air mata tak berhenti menggenang.

Begitulah kata bunda, saat pertama kali aku terlahir ke dunia ini, sungguh aku tak menyangka ayah dan bunda sangat menyayangiku. Tak pernah kusangka ayah begitu mengharapkanku. Tak pernah kusangka ayah begitu bahagia karna kehadiranku. Namun, jika ayah menginginkanku , lantas mengapa ayah pergi meninggalkanku? Entah , aku tak menemukan jawaban dari pertanyaanku, bahkan bunda pun bungkam

Dimasa kecilku, sekalipun aku tak pernah melihat wujud asli ayah, aku hanya bisa melihatnya dari selembar foto, yang sengaja bunda simpan untukku.

Dulu, saat usiaku baru seumur jagung, bunda bilang ayah bekerja saat aku menanyakannya, tapi setelah aku beranjak dewasa satu hal yang aku tahu, ayah bukanlah pergi bekerja untuk kembali, tapi ayah benar benar pergi meninggalkanku.

***

Taman kanak - kanak kulalui dengan kebahagiaan yang diiringi tangisan. Awalnya aku bertanya pada bunda saat melihat temanku berjalan dengan mengenggam tangan kedua orang tuanya. Aku bertanya pada bunda.

"Bun, apakah aku punya ayah?" saat itu aku melihat raut wajah bunda berubah muram

"Tentu saja sayang"jawab bunda tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rangkaian AksarakuWhere stories live. Discover now