Sixteen

48.3K 2.2K 33
                                    

"Siap?? Satu.. Dua.. Tiga," ucap Cathalina memberi aba-aba. Ponselnya berbunyi menandakan bahwa sebuah foto sudah tersimpan sempurna dalam ponselnya.

"Akhirnya," ujar Arsenio sambil menghela napas lega. "Lain kali kalau mau foto jangan pas lagi naik bianglala, nanti kalau jatuh gimana?" Gerutu Arsenio.

"Hihihi iya maaf-maaf," jawab Cathalina sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Arsenio. "Aku senang sekali hari ini," ujar Cathalina.

"Benarkah?" Tanya Arsenio. Cathalina mengangguk mantap. "Aku senang bisa berjalan-jalan dengan pria yang aku cintai," ucap Cathalina sambil tersenyum bahagia.

"Maukah kita melakukan hal ini setiap hari?" Tanya Arsenio yang langsung dihadiahi cubitan oleh Cathalina. "Aku harus bekerja Mr. Michelo," dengus Cathalina.

"Apa kau yakin tidak mau berjalan-jalan denganku setiap saat? Aku ini orang sibuk, bagaimana kalau suatu saat nanti aku tidak memiliki waktu lagi?" Tanya Arsenio sambil tersenyum sendu.

"Aku akan memaksamu," jawab Cathalina sambil tersenyum lebar. "Bagaimana kalau urusanku tidak bisa ditunda?" Tanya Arsenio.

"Aku yang akan menundanya," balas Cathalina. "Lagipula aku yakin kalau kau pasti akan lebih memilihku daripada pekerjaanmu kan?" Lanjutnya.

Arsenio tersenyum. "Tentu.. Tapi bisakah kita menghabiskan waktu lebih lama lagi?" Tanya Arsenio.

Cathalina mengangguk. "Tetapi setelah jadwal praktekku, bagaimana?" Tanya Cathalina. Arsenio mengangguk menyetujui keputusan Cathalina.

"Lihat," ucap Cathalina sambil menunjuk langit malam yang begitu indah. "Aku tidak menyangka bisa berada sedekat ini dengan langit," gumamnya sambil tersenyum.

"Aku mau menghabiskan sisa malamku bersamamu," ujar Arsenio sambil menggenggam tangan Cathalina. "Aku mau menjadikanmu wanita paling beruntung di dunia ini.. Bisakah aku?" Tanya Arsenio membuat Cathalina terdiam sejenak.

"Kau tidak tahu Arsenio, aku juga ingin melakukan semua itu. Tapi aku tidak yakin kalau aku bisa mewujudkannya," batin Cathalina. "Sayang?" Tanya Arsenio sambil mengusap pipi Cathalina menyadarkan wanita itu dari lamunannya.

"Kau pasti bisa Arsenio.. Bukankah kau selalu mendapatkan apa yang kamu inginkan?" Tanya Cathalina. "Ya, dulu aku berpikir seperti itu Cathalina.. Tapi aku sadar, tidak semua yang aku inginkan dapat terwujud.. Semuanya tergantung pada Tuhan dan takdir kita," jawab Arsenio.

"Ya kau benar Arsenio.. Kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk mengikuti kehendak kita," balas Cathalina. "Tapi aku janji, Cathalina.. Aku akan melawan seluruh dunia ini untuk bersama kamu," ujar Arsenio.

"Aku juga Arsenio.. Aku akan melakukan apapun untuk dapat bersamamu selamanya," tutur Cathalina dengan mata berkaca-kaca. "Apakah selamanya mungkin bagiku?" Batinnya.

Arsenio menangkup wajah Cathalina dan menempelkan bibirnya pada wanita itu. "Kita akan bersama selamanya," ujar Arsenio sambil menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

Air mata keluar dari manik mereka berdua, namun mereka tidak saling mengetahui kesedihan satu sama lain. Namun tiba-tiba rasa sakit yang amat sangat menyerang kepala Arsenio, pria itu mengepalkan tangannya berusaha tidak membuat Cathalina curiga.

"Bisakah kita turun sekarang?" Tanya Arsenio yang sudah dibanjiri oleh keringat dingin. "Kau kenapa? Kenapa wajahmu bisa sepucat ini?" Tanya Cathalina panik sambil menyentuh wajah suaminya.

"Sepertinya aku masuk angin, aku harus turun," ujar Arsenio berbohong. Sebuah cairan kental berwarna merah keluar dari hidungnya. Cathalina segera mengeluarkan selembar tissue dari tasnya.

MY BREATH [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now