CHAPTER 18 - [The Beginning]

6.4K 904 105
                                    



.

.

.

.


Memperjuangkan berarti berani berkorban, memperjuangkan berarti berani melawan dan memperjuangkan berarti berani memegang teguh keyakinan. Semula, Se-hun tak begitu mengerti apa arti berjuang demi seseorang, tapi hati dinginnya yang berhasil ditaklukan oleh seorang gadis dengan energi luar biasa itu akhirnya membuat Se-hun berdiri di sini. Dikelilingi lima pria berbadan besar yang siap membunuhnya kapan saja.

"Kukira telingaku salah dengar." Pria yang duduk di hadapan Se-hun bangkit, matanya melemparkan pandangan sengit seolah mengajak Se-hun berperang. "Tapi... ternyata semua ini memang salahmu, Oh Se-hun. Beraninya kau membatalkan pengeboman!"

"Scott, tahan emosimu!" ujar Bruce mengingatkan.

Tapi, pria yang dipanggil Scott barusan tidak begitu mengindahkan ucapan Bruce. Ia meraih pistol di atas meja dan mengarahkannya pada Se-hun, hanya butuh sekali tarikan untuk membunuh pria muda di hadapannya.

"Katakan, apa yang membuatmu menghancurkan segalanya atau peluruku akan menembus kepalamu?"

Mengatakan alasannya untuk melindungi Hee-ra pada Scott sama saja bunuh diri. Organisasi pasti akan mencari tahu tentang gadis itu bila Se-hun memberikan celah sedikit saja untuk membuka alasannya.

"Kemarin bukan waktu yang tepat."

Bukan waktu yang tepat? Scott sudah memperhitungkan segalanya. Semua orang akan mati hanya dengan menekan tombol satu kali.

"Tidak tepat katamu?" Scott tertawa renyah, menyindir kebodohan Se-hun untuk pertama kali. "Kau pikir kita bisa mendapatkan waktu yang lebih tepat? Oh Se-hun, kau adalah andalan organisasi, bahkan ketuapun selalu merekomendasikanmu!"

"Scott, jaga emosimu, kumohon!" Merasa tak diperhatikan, Bruce mendobrak meja dan berteriak. Ia tahu Se-hun telah melakukan kesalahan, tapi sebagai seorang penanggung jawab, Bruce harus melindunginya.

"Berhenti melindunginya, Waylon! Aku tahu dia adalah anak didikmu, tapi yang dilakukannya benar-benar merugikan organisasi!"

Semua orang terdiam, kemarahan Scott merupakan batu hantam yang paling menyeramkan akhir-akhir ini. Rahangnya mengeras, kesal karena Se-hun tak kunjung memberikan penjelasan, tapi percuma juga memaksa pria itu, Se-hun tak akan membuka mulutnya.

"Sekali lagi melakukannya, kau akan mati."

Mati?

Se-hun baru sadar, bagi organisasi, kata mati begitu mudah diucapkan. Ia baru sadar jika nyawa seseorang dihargai sangat murah di sini, begitu juga dengan nyawanya. Kenyataan memang kadang sangat menyedihkan.

Se-hun mengangkat muka, membalas tatapan Scott yang mulai menurunkan pistol ke meja. "Bila memang aku harus mati, maka aku akan menerimanya." Ia berhenti sebentar, meyakinkan diri untuk mengatakan semua ini. "Mungkin aku memang tidak cocok dengan organisasi ini, aku tidak dilahirkan untuk bergabung, mungkin Tuhan berkehendak lain."

"Mengoceh apa kau ini?" Scott tak habis pikir. Bagi seorang pembunuh berdarah dingin, membawa nama Tuhan dan bersikap seolah hidup dengan suci terdengar memalukan. Tapi Se-hun tak masalah, meski mungkin terlambat, perlahan Se-hun akan berusaha mengakhiri semuanya.

"Aku pergi. Kau selalu bisa menemukanku untuk membunuhku."

Selesai mengucap kalimat barusan, tanpa menunggu balasan dari Scott, Se-hun segera membalikkan badan dan melangkah pergi. Sementara Bruce yang dari tadi hanya menggeleng miris mendengar argumen Se-hun, akhirnya mengekori, ia harus berbicara dengan pria itu.

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Where stories live. Discover now