KONTROVERSI?

284K 10.4K 5.9K
                                    


DEAR NATHAN PLAGIASI?

"Dasar Dear Nathan plagiat Dilan!"
"Dear Nathan plagiat Jingga dan Senja!"

"Penulis best seller, ya? Tapi nggak mau nerima kritik! Best seller my ass."

"Penulis sombong!"

Dan sebagainya, macem-macem pesan yang masuk ke e-mail, Instagram, dan Wattpad. Beraneka ragam pro dan kontra, walaupun memang lebih banyak pro dan kasih semangat untuk nulis. Selama ini saya berusaha diam, nahan diri untuk nggak menggubris pesan – pesan begitu karena api dibalas api justru jadi kebakar. I'm trying to distract my self. Saya berusaha mengalihkan perhatian ke hal-hal positif, tapi yang akhirnya buat saya nggak tahan lagi adalah waktu readers saya ikut di-judge, dikatain bego, tolol, dan berbagai macam kata kotor lainnya. Nggak masalah kalian judge saya, kalian hina saya juga nggak apa tapi tolong ... don't judge my readers. Jangan katain pembaca saya tolol cuma karena selera mereka nggak sama dengan kalian, hanya karena mereka membaca teenlit, is that possible to called people 'stupid'? Of course no. Not at all. Don't judge my readers cuma karena mereka pembaca SMA dan SMP terus bilang, "Makanya cari bacaan yang bagus dikit, Dek. Baca tuh sastra! Jangan cuma teenlit doang!"

Saya bahkan mikir deh, "Ada ya manusia yang kasih komentar kayak begini di sosial media? Berusaha membela sesuatu yang dia kira benar bahkan sampai mengobral kata-kata kasar, menurunkan harga dirinya sendiri. Berusaha menjatuhkan orang lain sedemikian semangatnya."

Jadi, tolong berpikirlah dengan open minded. Kamu nggak bisa menyuruh, memaksa semua orang supaya seleranya sama dengan kamu.

Dulu saya adalah penulis fanfiction Justin Bieber which is gaya bahasa saya cenderung menjurus ke terjemahan, kebetulan Dear Nathan itu adalah cerita teenlit PERTAMA saya yang ternyata dapet respons jauh lebih bagus dibandingkan cerita-cerita yang pernah saya tulis di facebook, bahkan saya akui kalau Dear Nathan adalah cerita saya yang palingggg jelek. Karena itu tulisan pertama teenlit, nggak mungkin sebuah tulisan langsung bagus, ada tahapnya, ada proses. Begitu juga dengan pembaca, seseorang untuk mengenal baca dimulai dari hal ringan dulu. Dari sesuatu yang mereka suka, nanti akhirnya lanjut ke hobi dan kemudian mulai mengoleksi beragam macam buku dan akhirnya paham kalau sastra Indonesia tuh kaya banget. Apalagi minat baca remaja di Indonesia tuh rendah banget ... sangat-sangat rendah, makanya waktu tahu kalau banyak anak SMP dan SMA ikut baca DN dan kirim saya pesan kalau mereka akhirnya mulai suka baca novel itu buat saya bangga. Jadi kalian nggak bisa langsung judge selera orang lain, hanya karena selera mereka nggak sama dengan kalian. Pelan-pelan, ada tahapnya.

Oke lanjut.

Dear Nathan plagiat Dilan?

Ini juga banyak banget yang langsung judge. Karena Milea dan Salma itu sama-sama pindahan dari Bandung. The truth is, saya baru baca novel Dilan itu setelah Dear Nathan udah selesai ditulis dan kemudian waktu baca ternyata ada kemiripan latar belakang pindahan.

Dear Nathan plagiat Jingga dan Senja?

Dan soal ini yang udah menyebar. Seperti yang udah pernah Adolf Hitler bilang, "Kebohongan yang selalu diucapkan berulang-ulang, itu akan jadi sebuah kebenaran yang dipercayai orang-orang." Itu juga berlaku untuk kasus ini. Jadi dari satu orang, kemudian berlanjut ke satu orang, satu orang lagi, satu orang lagi dan boom! Orang bilang "Iya ya katanya tuh DN mirip tuh sama JDS, plagiat ih dasar! Penulisnya nggak mau ngaku lagi! Tapi gue sih belum baca tuh novel DN."

"Iya tuh katanya kan terinspirasi kok tiba-tiba bilang jadi kisah nyata? Dasar pembohong! Munafik!" they used that words "katanya" to spread the rumors.

DEAR NATHANWhere stories live. Discover now