Chapter 14 : Boyfriend?

16.9K 1K 24
                                    

CAROLYN POV'

"Tidak akan ada satu orang pun yang bisa menggantikan posisi Elena dihatiku.." Aku diam menatap matanya yang berubah gelap. Tatapannya berubah sendu.

Rasanya aku ingin menangis lebih kencang dihadapannya karena ada desiran darah yang cepat mengalir ditubuhku. Hatiku seperti diketuk oleh bogam besar saat Nick mengatakan itu.

Apa aku cemburu? Apa aku jatuh cinta kepada seorang pembunuh seperti Nick?

Bolehkah aku beranggapan seperti itu?

"Aku ingin kembali ke rumah sakit." Dia diam menatapku cukup lama kemudian mengangguk.

Aku mengalihkan pandanganku kedepan.

Ada sebuah dorongan besar pada diriku untuk memeluk Nick yang rapuh. Tapi, aku tidak bisa.. Aku takut membuatnya marah. Sudah cukup aku membuatnya marah karena ribuan pertanyaan yang selalu aku lontarkan padanya.

Ia benci orang cerewet. Dia benci padaku.

Apa dia benci padaku karena aku cerewet? Apa dia melempariku bola karena aku selalu banyak bicara dan bertanya pada guru didalam kelas pada saat itu? Apa itu benar? Apa semua anggapanku benar? Jika itu benar, maka aku tidak akan cerewet lagi. Aku akan berusaha menjadi Carolyn yang pendiam.

Nicolas.

Nicolas.

Aku suka warna bola matanya yang biru dan tajam. Aku suka rahangnya yang keras. Aku suka bibirnya yang merah. Aku suka rambutnya yang berantakkan.

Pria itu... Tampan.

Entah mengapa, aku selalu memujinya dan menyukai setiap inci wajahnya.

Dia.. Sempurna.

Rasanya hati begitu sakit saat mengetahui jika Nick sangat mencintai gadis yang bernama Elena. Ku akui, dia gadis yang hebat dan beruntung karena mampu membuat seorang Nicolas Roper bertekuk lutut dihadapannya.

"Apa yang kau pikirkan?" Aku tersentak kedalam dunia nyata saat Nick bertanya padaku.

"Tidak ada." Balasku cepat.

"Jangan berbohong." Oke, sepertinya dia memaksaku untuk berbicara padanya mengenai apa yang tengah aku pikirkan.

"Apa yang kau suka dari Elena?" Seketika iti pula. Tubuhku langsung terdorong kedepan saat Nick langsung mengerem mendadak. Untung saja aku sudah memakai sabuk pengamanku dengan benar. Kalau tidak, pasti tubuhku akan mencelat kedepan.

Ia memegang stir mobilnya dengan kuat sambil menundukkan kepalanya. Apa aku salah bertanya? Ku mohon, jangan keluarkan pisau lipatmu atau pun pistolmu jika aku salah bertanya.

Ia mendongakkan kepalanya lalu menoleh menatapku "Mengapa kau bertanya mengenai itu?" Aku menelan ludahku susah payah saat Nick menatapku tajam. Sepertinya ia sedang menahan amarahnya.

"Aku ingin tahu.." Bodoh. Mengapa mulut ini selalu lancang untuk menjawab pertanyaannya. Bukankah baru saja aku berkata akan menjadi Carolyn yang pendiam? Oke, aku melakukan kesalahan lagi.

"Jangan pernah bertanya mengenai Elena, Ms.Nelson.. Kau orang asing yang sok peduli padanya dengan cara menangis.." Sok peduli? Hey! Aku memang peduli, pria sialan.

Katakan aku bodoh karena sekarang aku memakinya, padahal baru beberapa menit yang lalu aku memujinya.

"Diam dan jangan banyak bicara ataupun berfikir.. Fokus dengan apa yang harus kau lakukan untuk esok." Aku diam menatapnya. Untuk esok? Memangnya apa yang akan terjadi esok?

"Esok?"

"Aku akan menjemputmu jam 8 pagi.." Sia berucap datar kemudian melajukan mobilnya kembali.

"Memangnya kau akan mengajakku kemana?" Tanyaku penasaran.

"Ke halaman belakang dibangunan tua yang aku tempati.. Disana aku akan mengajarimu cara menembak musuh dengan benar." Apa?

Mengapa ia harus repot-repot mengajariku untuk menembak musuhnya? Maksudku, untuk apa? Lagipula, itu tidak penting untukku.

__________________

Aku menggeliat kekanan dan kekiri saat mendengar suara tirai kamarku yang dipaksa terbuka. Aku membuka mataku dan menatap Gerald yang sedang berkacak pinggang "Bangun dan bersiaplah untuk sarapan.. Kami menunggumu dibawah.." Ucap Gerald sambil berjalan menghampiriku.

"Oh.. Dan lagi.. Jangan lupa gunakan lift untuk turun ke bawah karena paman Dalvin melarangmu untuk menggunakan tangga." Aku mengangguk. Mereka berlebihan. Gerald mengambil piring yang masih ada sepotong red velvet dan ia langsung memakannya dengan sekali lahap.

"Terimakasih, karena kau sudah menyisakan satu potong red velvet untukku.." Ia tertawa senang kemudian keluar dari kamarku.

Aku menghelakan nafas panjangku kemudian pikiranku berputar mengenai ucapan Nick kemarin siang bahwa ia akan menjemputku jam 8 untuk hari ini. Tatapanku beralih kearah jam digital diatas tempat tidurku karena memang aku selalu melakukan itu.

"Jam 7?!" Aku memekik.. Astaga.. Astaga.. Astaga.. Aku harus bagimana? Waktuku untuk bersiap hanya tinggal satu jam?

Mengapa aku begitu panik? Aku tidak pernah sepanik ini sebelumnya.

Aku menarik nafasku dalam-dalam kemudian mengeluarkannya perlahan.

Langkah pertama yang harus ku lakukan adalah sarapan.

Jadi,

"Let's go!" Aku langsung melompat dari ranjang kemudian keluar dari kamar dan berjalan menuju ke lift.

Setelah aku sampai dibawah. Aku menatap mom, dad, Arsell, dan Gerald yang sedang duduk diruang makan. Mereka menungguku.

Aku langsung duduk disebelah Gerald dan dihadapanku sekarang adalah Arsell, si kecil yang suka sekali memanggilku Cally.. Oh, aku merindukan pria kecil ini.

Mom memberikanku semangkuk bubur. Oke, mengapa bagianku adalah bubur? Memang tidak hanya aku yang memakan bubur, karena Arsell juga memakan bubur. Tapi bagaimana dengan mereka bertiga yang tengah memakan roti, omelet, dan bacon?

"Jangan terlalu banyak berfikir, Carry.. Makanlah buburmu dan setelah itu minum obatmu.." Oke aku benci bubur.

_________________

Aku menatap jam tanganku gelisah. Sekarang sudah jam setengah sembilan tapi Nick tak kunjung datang.

Tidak lama kemudian aku melihat Gerald yang berdiri diambang pintu "Pacarmu menunggumu dibawah.." Gerald mengedipkan satu matanya padaku. Pacar? Aku tidak punya pacar.

____________

TBC

Segini dulu yaa.. Besok lagi hehehe.. Aku ngantuukk... Eee...

Happy reading♥♥❤❤❤

Bonus.

Carolyn Nelson❤❤

You Are Mine Ms.NelsonWhere stories live. Discover now