hei, kamu.

112 13 15
                                    

halo, remian harsaya-atau yang biasa dipanggil remi.

apa kau mengenalku? apa kau mengetahuiku-yang menuliskan ini?

aku, perempuan yang duduk didepanmu. yang setiap saat selalu menyandarkan diri di bangku hanya untuk mendengar suaramu.

aku, yang paling senang bila ada seseorang yang memanggilku dari belakang-agar aku dapat melihat wajahmu, tapi aku lebih senang lagi kalau kau sendiri yang memanggilku.

aku, yang selalu tersenyum setiap berbicara denganmu.

aku, yang selalu semangat jika mendengar namamu.

aku ... yang mulai menyukaimu setelah sebelumnya mengagumimu.

yah ... belum ada sebulan kita berada dalam kelas yang sama, bahkan seminggu pun belum. tapi aku sudah memiliki rasa itu. hebat, kan?

oh ya, apa kau ingat saat pertama kali kita berbicara?

saat aku meminjam penamu beberapa hari lalu. yah, suatu kecerobohan bagiku. kecerobohan yang indah, yang mengantarkanku untuk berbicara padamu dan sebagai awal perasaanku yang kian bertumbuh.

hai remi,
kau tahu apa yang kusuka darimu?

aku sangat suka senyumanmu. caramu tertawa bahkan kekehanmu. terasa nyaman ditelingaku, seolah-olah aku ingin mendengarnya lagi.

aku suka tulisanmu. sangat rapi. padahal kau laki-laki, tapi kenapa tulisanmu sedemikian indahnya? bahkan melebihi tulisanku, dan aku terpaksa mengakuinya. tulisanmu seperti diketik dari komputer menggunakan font-font indahnya.

aku suka caramu bertutur. begitu bagus. suaramu juga merdu ditelingaku. bahkan setiap kau berbicara telingaku haus untuk mendengarnya lagi.

aku suka candaanmu. tidak berlebihan, namun begitu menghibur.

aku mengagumi kemahiranmu dalam pelajaran matematika. ah, kalau saja aku ini tidak bisa matematika, aku pasti akan memintamu menjadi mentorku. yah, gara-gara kau aku jadi kurang bersyukur, rem.

atau bolehkah aku berpura-pura bodoh, agar bisa belajar denganmu?

hahaha...kurasa tidak perlu. kita bisa belajar bersama, saling berdiskusi, kan?

oh ya, aku suka alunan pianomu. maaf, kemarin sore aku mengikuti dirimu yang berjalan ke ruang seni. aku melihatmu-dan mendengarmu-memainkan piano itu. membiarkan jarimu menari diatas tuts putih itu. kau menyanyikan lagu romantis.

kau tahu? itu adalah salah satu lagu yang paling kubenci. aku selalu mengumpat setiap mendengarnya. entah kenapa, pokoknya aku benci lagu itu.

tapi,
gara-gara kau memainkan lagu itu, aku jadi suka. sungguh. tadi malam aku langsung mendengarkan dengan streaming dan mengunduhnya. mendengarnya sepanjang malam, menjadi lagu tidurku. biarlah dibilang munafik, tapi aku tak peduli. aku membayangkan seolah-olah kau yang bernyanyi, membuatku jadi kecanduan.

dan terakhir,
aku suka lesung dipipi kananmu. benar-benar manis.

hai remi,
aku baru tahu rumahmu berada di dekat sini-daerah sekolah kita. kapan-kapan aku boleh mampir, kan? untuk mengajakmu mengobrol, agar kita semakin akrab. bagaimana?

remi,
kata wali kelas, tempat duduk kita akan diacak lagi. aku ingin protes. aku tidak terima. benar-benar tidak terima.

kalau begitu, bisa saja aku duduk berjauhan denganmu, kan?

kalau kau...mungkin biasa saja.

atau mungkin kau ingin duduk di bangku paling belakang-disamping jendela?

mungkin untuk melihat seseorang yang ternyata kau sukai, dikelas sebelah. benar, kan?

aku iri dengannya. kenapa harus dia yang kau suka?

aku ada didepanmu. didekatmu. lantas, kenapa kau memilih yang berada jauh darimu? bahkan dibelakang.

remi, aku cemburu.

ya sudah.

remi,

jika aku memberikan surat ini padamu, kau tidak marah, kan?

jika kau sudah membacanya, terserah mau kau apakan surat ini. mau kau buang pun tidak masalah.

tapi tolong,

jangan katakan pada siapapun.

berjanjilah padaku.

hmm ... baiklah. terimakasih sudah mau menjadi sosok yang kukagumi. semoga perasaanmu berbalas, ya?

terimakasih.

aku,
yang menyukaimu.

hey you!Where stories live. Discover now