Chapter 2 (END)

22 2 0
                                    

Chap (2/2)

*** Momoi POV ***

Aku tidak tahu kapan dan bagaimana tepatnya hubunganku dengan Muk-kun menjadi sangat baik. Tidak hanya ke kantin bersama, kami juga berangkat dan pulang sekolah bersama karena jalur kereta searah.

Sore itu, kami pulang sekolah bersama. Di tengah perjalanan, Muk-kun mengajakku makan es krim.

"Hari ini biar aku traktir."

"Eeh? A-ano gpp. Biar bagianku, aku sendiri yang bayar."

"Aku kan belum pernah traktir Sa-chin, jadi biar kali ini kutraktir."

"Arigatou, Muk-kun."

Setiap hari selalu begitu, berangkat bersama, ke kantin dan terakhir pulang bersama. Selalu seperti itu, tapi tidak pernah membuatku bosan.

"Sa-chin, besok aku akan beli es krim lagi. Besok coklat. Besoknya lagi vanilla. Besoknya besoknya besoknya lagi kita juga akan beli es krim. Aku juga akan berbagi keripik kentang kesukaanku denganmu. Asalkan kamu selalu menjadi temanku."

Berbanding terbalik dengan tubuhnya yang tinggi dan besar, Muk-kun terkadang menjadi sangat kekanakkan terutama ketika membahas makanan. Meski wajahnya menyeramkan, Muk-kun sebenarnya sangat polos. Bahkan ia akan mengatakan apapun tanpa tahu akibatnya untuk hatiku.

"Sa-chin,"

Aku berhenti dan berbalik menatap wajah Muk-kun. Semakin kuperhatikan tinggi kita terpaut sangat jauh. Ketika berjalan berdua seperti ini, malah terlihat seorang ayah sedang berjalan dengan anak perempuannya.

"Ketika melihatmu makan es krim," ujarnya serius. "Aku merasa tidak bisa membedakan antara es krim dengan dirimu."

"Kok bisa?"

"Soalnya sama-sama manis jadi bingung bedainnya hehe."

"Aihh..."

Rasanya baru betemu kemarin tapi sekarang sudah akrab begini. Itu cukup membuatku bahagia.

*** Author VOP ***

Malam itu, semua anggota Kiseki no Sedai sibuk latihan untuk pertandingan dengan Tim basket jalanan Amerika, Jabberwock. Tim tersebut terkenal sering  mempermainkan lawan mainnya. Ketika lawannya kalah, bukannya diberikan motivasi Jabberwock malah mengolok-olok  dengan mengatakan bahwa mereka seperti monyet yang bermain basket. Kiseki no Sedai akan membuktikan bahwa cara bermain Jabberwock itu salah.

"Mine-chin, aku sudah tidak sanggup." Rengek pemain berambut ungu yang memiliki badan paling tinggi diantara semua anggota.

"Aku lapar," lanjutnya sambil cemberut.

"Kita harus tetap latihan, kau ingin dipanggil monyet?" Pemain berambut biru dengan kulit yang lebih gelap tersebut menjawab.

"Tentu saja tidak," balas Murasakibara. "Kalaupun iya, harusnya kingkong bukan monyet."

"Kuro-chin, bisakah kita istirahat sebentar?"

Gilirian pemain berambut biru cerah yang ditanyai olehnya.

"Sebentar lagi saja." Pemain dengan rambut biru cerah tersebut kembali melakukan latihannya.

"Abaikan saja-ssu." Pemain berambut kuning kini ikut berbicara. "Murasakibaracchi memang pemalas, -ssu."

"Hobinya hanya makan, semangat sedikit nandayo." Pemain berambut hijau dengan kacamata ikut memojokkan Murasakibara.

"E-EEH? Itu Sa-chin,"

Semua anggota Kiseki no Sedai melihat ke arah pintu masuk gym basket. Seorang siswi berambut pink datang membawakan dua buah kantung plastik.

"A-aano," ujarnya gugup. " Aku membawakan makanan untuk kalian. Aku juga membawakan snack dan manisan untuk Muk-kun."

"Eeeh? Tidak adil -ssu." Kise menatap bergantian kantung plastik berisi makanan untuk semua anggota Kiseki no Sedai dengan kantung plastik khusus Murasakibara.

"Kenapa hanya murasakibaracchi? Aku juga ingin manisan -ssu."

Sebelum tangan Kise menggapai kantung plastik berisi manisan, dengan cepat Murasakibara mengambilnya.

"Ini hanya milikku ." Ujarnya sambil memeluk kantung plastik tersebut. "Ayo Sa-chin kita makan ini disana."

Murasakibara menggandeng tangan Momoi menuju kursi penonton. Setiap anggota kiseki no sedai lainnya mendapatkan sebuah kotak berisi makanan lalu mereka mulai memakan makanannya.

"Sa-chin, waktumu datang tepat sekali. Aku sudah lapar daritadi tapi mereka terus saja memaksaku berlatih. Membosankan." Rengeknya seperti anak kecil.

"Syukurlah kalau begitu Muk-kun. Aku kira tadi kehadiranku mengganggu kalian."

"Eeeeh? Tentu saja tidak Sa-chin."

"Baiklah baiklah makan sampai habis ya."

"Sa-chin, manisan ini enak sekalii. Kau ingin mencobanya juga?" Murasakibara menyodorkan potongan manisan bekas gigitannya ke depan Momoi.

"I-i-iitu kan---."

"Apa kau tidak suka karena ada bekas gigitanku?"

"Bu-bukan begitu. Aku---"

"Sa-chin, bolehkah aku mencicipi bibirmu? Sepertinya, lebih manis dari manisan ini."

"EHHHH???" Seketika wajah Momoi menjadi merah.

"A-aku harus ke toilet." Momoi menutupi wajahnya lalu berlari keluar dari tempat tersebut. Semua anggota kiseki no sedai lain tidak ada yang menyadarinya.

*** Momoi POV ***

"Apa-apaan kemarin itu? Kenapa Muk-kun tiba-tiba bersikap seperti itu? Mengingatnya saja membuat jantungku ingin meledak."

Hari ini, aku berangkat lebih pagi agar tidak bertemu Muk-kun. Kejadian kemarin membuatku tak bisa bila harus berangkat sekolah berdua dengannya. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri.

Setelah sampai di depan kelas, aku melihat seorang murid perempuan menunggu dengan gugup. Sudah beberapa hari ini aku melihat dia sering datang ke depan kelasku.  Aku berniat menanyakan siapa seseorang yang selama ini ingin dia temui. Sampai cewek itu tiba-tiba memanggil sebuah nama.

"Atsushi-kun!" Cewek itu berlari ke arah orang yang dia panggil. Seseorang yang aku hindari pagi ini.

"Remi-chan? Ada apa?" Dilihat dari cara Muk-kun memanggil cewek itu, sepertinya dia tidak dekat dengannya.

"A-a-aku selama ini hanya bisa menatapmu dari jauh. Sekarang aku punya keberanian untuk berbicara denganmu. AKU MENYUKAIMU ATSUSHI-KUN." Ucapnya dengan lantang seperti guntur yang menghantam keras hatiku. Rasanya terkejut bukan main. Selama ini yang dia tunggu adalah Muk-kun.

"Hmm. Sa-chin? Apa aku harus menerimanya?"

"Ehh? I-i-itukan keputusanmu, Muk-kun." Tentu saja dalam hati aku ingin menjawab tidak usah diterima. Aku tidak tau mengapa pertanyaan nya membuat sekujur tubuhku tiba-tiba lemas.

"Sepertinya mempunyai seseorang yang setiap hari membawakanmu makanan akan menyenangkan."

Tiba-tiba dadaku terasa sesak. Rasanya sebuah sekat menghambat transportasi oksigen ke dalam dadaku.

"Terimakasih Remi-chan karena menyukaiku," Muk-kun mendekati cewek itu lalu mengusap halus kepalanya. "Tapi sekarang aku telah menyukai orang lain."

Tangan besar Muk-kun kini menggenggam erat tanganku. "Orangnya sangat manis." Ujarnya seraya tersenyum.

"Jadi Sa-chin, maukah kau jadi sesuatu yang lebih manis dari semua makanan manis yang pernah kumakan?"

END

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sweets EffectWhere stories live. Discover now