09

11.6K 2.2K 159
                                    

Nggakpapa ya gengs pendek, yang penting tiap hari.




oOo

Guanlin menelan ludahnya kasar, kedua matanya mencuri pandang kearah Xerim yang sibuk memasukkan buku kedalam tas. Setelah kelas sepi, hanya ada dirinya dan Xerim, Guanlin berinisiatif menghampiri gadis itu lebih dulu.

"jadi kerumah, Rim?"

Xerim mendongak sembari memakai tas nya, kemudian mengangguk. "ayo."

Xerim berjalan lebih dulu, sedangkan Guanlin mengikutinya dari belakang tanpa ada obrolan sedikitpun, sampai Xerim lebih dulu bersuara ketika mereka di parkiran sekolah.

"Sepedanya dimana? Nggak bawa sepeda?" tanya Xerim.

"gue bawa mobil, soalnya tadi pagi kan gerimis. Itu warna merah." Guanlin menunjuk sebuah mobil berwarna merah yang terparkir tak jauh dari tempatnya saat ini.

Ekspresi Xerim sedikit terkejut, "Guanlin bisa bawa mobil?"

Guanlin menganggukkan kepalanya. Lalu sedikit menoleh saat mendengar Xerim menggumam.

"wah, banyak ya yang Xerim nggaktau tentang Guanlin."

"ayo, Rim." ajak yang laki-laki.

Dan terjadi lagi. Dua remaja itu terlalu menikmati perjalanan yang singkat sehingga tak mengeluarkan sepatah katapun. Mereka terlalu canggung untuk dikatakan teman yang dekat.

"Xerim nggak bisa lama-lama ya, Lin. Mama sendirian di rumah." ujar Xerim setelah keluar dari mobil tersebut.

"iya nggak lama-lama kok."

"Bun." panggil Guanlin sedikit keras saat memasuki rumahnya, diikuti Xerim. "Bunda mana mbak?" tanyanya pada pembantu rumah tangga yang Xerim tebak umurnya sekitar 30an.

"tadi keluar ke mini market katanya, udah dari tadi kok mas, paling bentar lagi pulang." jawab wanita itu.

"tolong buatin minum ya, mbak." ucap Guanlin lalu beralih ke Xerim. "duduk dulu, Rim."

Xerim mengangguk, kemudian mendaratkan bokongnya di sofa rumah yang cukup mewah itu. Pandangannya mengedar, dan secara tak sengaja mata Xerim menangkap sebuah foto dua anak laki-laki yang tengah berpose dengan jari membentuk V.

"itu kakaknya Guanlin?"

Guanlin melihat arah pandang Xerim, "iya. Kak Sehun."

"Rim." panggil Guanlin pelan, membuat Xerim menoleh dengan tatapan tanya.

"maaf untuk kemarin. Waktu itu Beby lagi ada sedikit masalah, jadi gue bantuin, nggak tau kalo bakal makan waktu lama."

Xerim mengangguk mengerti, "enggapapa, Xerim ngerti. Tapi lain kali hubungin Xerim ya, biar Xerim gak nunggu tanpa kepastian."

Guanlin mengangguk dengan tatapan menyesal. "sekali lagi maaf Rim."

"oh iya, emangnya Guanlin kemarin mau ngomong apa?" pertanyaan Xerim barusan sanggup membuat Guanlin gugup.

"Eh, udah dateng." ucap seseorang tiba-tiba datang dengan senyum sumringah. "ini pasti Xerim?" tunjuknya.

"Halo tante" Xerim beranjak untuk menyalami wanita paruh baya yang tak tampak tua.

"lebih cantik dari yang di Youtube nih, Lin."

"Youtube?" ulang Xerim menatap Guanlin dan ibunya bergantian.

"iya di Youtube. Yang sering di tonton sama Guanlin, itu Xerim kan?"

Xerim terkatup. Wajahnya memerah malu. Tak terkecuali Guanlin yang mulai memalingkan wajahnya malu karena sang ibu membuka kartunya.

"itu tuh si Guanlin, kalo gak nontonin video kamu sehari aja kayaknya bakal despresi." ucapnya di akhiri tawa menggoda.

"oiya Xerim udah makan?" tanya ibu Guanlin.

"belom, Bun. Xerim belum makan." potong Guanlin saat Xerim ingin berucap.

"yaudah ayok, makan dulu." ajaknya.

"Guanlin ganti baju dulu Bun."

"jangan lama-lama ya, nanti mentang-mentang ada Xerim harus keliatan ganteng lagi terus lama."

"engga, Buuun." nada Guanlin terdengar seperti merajuk. Secara tak langsung memberitahu bundanya agar tidak menggodanya terus menerus.

Wanita paruh baya itu tertawa saat berhasil menggoda putranya.

"Xerim suka makeup ya?" tanya bunda Guanlin sambil menyiapkan alat makan bersama Xerim, dibantu PRT.

"suka tante, tapi lebih suka ngerawat wajah. Ngomong-ngomong tante cantik banget, nggak keliatan punya anak yang udah besar."

"oh ya?" balas wanita itu sambil tersenyum malu. "Xerim juga cantik."

"pantes kemarin-kemarin Guanlin minta tolong beliin makeup. Ternyata buat kamu." lanjut sang bunda.

"hng? Makeup?"

"loh? Guanlin belom ngasih ya?"

Xerim menggeleng kemudian tersenyum.

Secret ¦ Lai GuanlinWhere stories live. Discover now