Prolog

15.1K 1.1K 82
                                    

"Kenapa?"

"Tidak tahu."

Ya, benar. Dia juga tidak tahu. Dia sendiri tak pernah tahu mengapa dia melakukan hal itu selama ini. Dia punya pilihan lain, tapi malah memilih untuk mengurung dirinya sendiri di lingkaran setan itu.

"Tinggalkan dia. Kumohon. Bukan demi aku, tapi demi dia-demi masa depannya."

Dia diam, menatap wanita itu. Ada sedikit rasa iba yang merasuk ke dalam hatinya ketika melihat bagaimana sosok wanita anggun itu merendahkan dirinya sendiri sedemikian rupa dan memohon setengah mati padanya.

Tidak. Dia suka ini. Dia suka melihat wanita itu memohon kepadanya. Demi Tuhan, dia benci wanita itu! Sangat membencinya hingga bayangan akan kematian yang menghampiri wanita itu setelah bertahun-tahun penantian yang panjang hampir membuatnya merasakan kepuasan yang luar biasa.

Tapi entah kenapa, ada yang terasa salah. Seharusnya dia tersenyum bangga, puas ketika melihat harga diri wanita di depan sana terkikis habis dari tubuhnya yang indah. Alih-alih merasa bahagia, ada perasaan tak menyenangkan yang melandanya. Dan dia tak menyukai itu.

Dia diam, menunggu. Masih menunggu. Apa lagi yang wanita itu punya untuk meyakinkannya?

Lalu tiba-tiba saja wanita itu tertawa. Tawa histeris yang gila hingga dia sendiri merasa ngeri. Wanita itu terlihat geli, namun samar-samar ada air mata yang mengalir di wajahnya yang terpulas riasan sempurna.

"Dasar gila!" Wanita itu kembali histeris. "Dasar binatang gila! Kau dengar aku, sialan?! Aku akan mem-"

DOR!

Terdengar teriakan histeris yang menyayat keheningan malam itu. Suara itu membelah malam, paru-paru, gendang telinganya. Dia ingin menghentikan jeritan itu, tapi ia tak bisa. Sesuatu menyeruak dari dadanya dan indera pendengarannya berdenging. Ia ingin membentak siapa saja, menyuruh seseorang untuk menghentikan jeritan mengerikan itu. Ia tidak sanggup mendengarnya untuk satu detik yang lebih lama lagi.

Kemudian dia tertawa. Air mata mengalir di wajahnya. Isakan bercampur dengan derai tawa, membuatnya berpikir apakah dia akan sanggup bernapas lagi setelah ini. Namun, dia tidak merasakan apapun. Dia merasa melayang. Dia merasa jauh.

Ada tangan yang menyentaknya dengan keras dari belakang, menyeretnya dari sana sambil mengumpat marah. Dia tak punya tenaga untuk melawan, tanpa daya menatap ke arah tubuh yang tergeletak di ujung jembatan. Sosok itu tak bergerak lagi, dan bahkan lewat lampu mobil yang menyorot jauh, ia dapat melihat darah yang keluar dari tubuh itu. Seperti sungai yang mengalir dengan deras. Seperti balon air yang pecah. Dan mendadak, dia merinding ketika merasa seakan-akan ia dapat melihat sendiri bagaimana kehidupan dengan tiba-tiba direnggut begitu saja darinya.

Wanita itu sudah mati.


.
.
.
.

kamu udah baca pengumuman yg kubuat di the chemical romance? mengani keputusanku tentang kelanjutan kisah Gwen dan Rafe.

vote dan komen yg banyak ya🖤 part 1 bakal aku update setelah vote dan komen banyak. sumpah deh beneran, udah aku siapin chapter 1 nya. tinggal nunggu vote dan komen dari kalian aja🖤

bhay.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Strange Addiction [The Seazzurys #3]Where stories live. Discover now