Lima

69 14 0
                                    

My Playlist:
Crying In The Club - Camila Cabello

You think that you'll die without him. You know thats a lie that you tell yourself.

Crying In The Club.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Author pov

Ara menutup wajahnya dengan selimut saat matahari pagi menyilaukan matanya.

Ah, ini kan hari Minggu. Siapa sih yang mengganggu waktu tidurnya yang panjang di hari minggu?

"Bangun Queen."

Queen. Ia memang senang di panggil Queen. Dan satu-satunya orang yang memanggilnya begitu adalah...

Rasya.

Seketika Ara terduduk dan melihat jam di hpnya. Angka menunjukan pukul 11.30.

"FUCK!"

Plakk.

Kening Ara sukses menjadi sentilan Rasya. Pria itu menatapnya dengan tajam. Sedari dulu, ia memang tidak suka jika Ara mengucapkan kata kasar meskipun itu hanyalah sekedar anjir.

Seketika Ara menyadari sesuatu.

Rasya disini.

Ia baru bangun.

Dan dengan terburu-buru Ara mengambil pakaian bersih dari koper dan memasuki kamar mandi.

Shit!

Pria itu pasti melihat betapa kacau wajahnya saat bangun tidur. Terlebih lagi ia habis menangis hingga pukul 3 pagi.

"RA! MUKA LO BELER BANGET SUMPAH. AHAHAHA."

Double shit!!

"JANGAN LUPA INI KASUR BERESIN. LO TIDUR UDAH KAYAK KENA ANGIN TWISTER. AHAHAHAHA."

Triple shit!!!

"SARUNG BANTAL GUA CUCI NTAR WOY. LU BIKIN PULAU NIH."

Maniac!!!!

"LU CEWE TAPI TIDURNYA KAYAK ORANG MATI. DIBANGUNIN DARI JAM 8 GA BANGUN-BANGUN."

Savage!!!!!

Ara tidak tau lagi harus menaruh wajahnya dimana.

°°°°°°°°°°

"PAGIII MAMA RENATAKU SAYANGGG!!!!"

Ara berteriak sambil berjalan menghampiri Renata di sofa lalu mengecup pipinya.

"Udah siang."

Ara hanya terkekeh saat mendengar sindiran dari wanita itu.

"Maaaa. Nanti temenin Ara mau beli coklat yaaaa. Plis plis plissss."

Renata menatap anak lelakinya yang menggeleng dengan cepat membuatnya terkekeh.

"Gabisa. Nanti mama mau diem dirumah aja. Capek. Sama Rasya aja sana."

"Mah, kan abang mau ke kampus."

Renata berdecak, halah anak ini berpura-pura.

"Sekalian aja ajak Ara keliling kampus kamu."

Ara menyenderkan tubuhnya di sofa lalu teringat tentang semalam dan semburat merah muncul di pipinya.

"Kenapa, Ra? Lo sakit?"

Ara buru-buru menggelengkan kepalanya sebelum mereka menyadari apa yang Ara pikirkan.

"Yaudah kalo gitu abang siap-siap dulu ya ma."

Lalu pria itu berlari ke kamarnya untuk bersiap.

"Dia semalem nyium kamu ya?"

Dan pertanyaan itu sukses membuat Ara tersedak ludahnya sendiri.

"Mama semalem liat."

"Ma, Ara mau sarapan dulu ya."

Dan Ara bergegas bangkit dan menuju ke dapur untuk sarapan sementara Renata tertawa di ruang tamu.

Diam-diam Renata mendoakan yang terbaik untuk mereka berdua.

°°°°°°°°°°

Ara memasuki gedung kampus Rasya dengan terkagum-kagum. Sial. Kampusnya, luar biasa.

Tanpa bisa dicegah, Ara berlari kesana-kemari dengan lincahnya. Ia mengagumi interior kampus ini.

Ara lalu berselfie ria dan memotret interior kampus ini dengan hebohnya membuat Rasya tertawa atas tingkahnya. Mengapa gadis ini begitu menggemaskan sial.

"Ra, gua ketemu dosen dulu ya buat ambil skripsi. Lo disini aja."

Ara hanya mengangguk saat mendengar ucapannya.

Dengan ragu, pria itu meninggalkan Ara.

Ara pasti tidak akan menuruti ucapannya kan?

°°°°°°°°°°

Rasya berlari memasuki ruangan berlatih dance dan menghela nafas lega saat Ara ada di sini, persis seperti dugaannya.

Ara sedang menatap seorang soloist yang tengah berlatih dance di tengah ruangan. Sepertinya mereka sedang ekskul.

Ara mengeryit ketika merasakan gerakan kaku dari wanita itu. Seharusnya ia lebih melepaskan tubuhnya. Seharusnya ia merasa sangat ringan. Seharusnya ia merasa seperti angin membawa tubuhnya.

Ara melangkah maju ke tengah ruangam membuat semua yang ada di panggung dan dibawah panggung menoleh ke arahnya.

"It shouldn't like that."

Rasya mengumpat dalam hati. Sial! Kenapa Ara berani mengoreksi team dance di kampusnya? Team dance disini adalah team yang sudah memasuki ajang internasional. Jika begini namanya gadis itu mencari mati.

"Lalu? Bagaimana seharusnya?" Ujar penari tadi sambil tersenyum sinis. Gadis di depannya ini tau apa tentang dance mereka.

Ara dengan percaya dirinya meminta penari tadi untuk ke pinggir lalu meminta mereka menyetel kembali lagu tersebut.

Ara, gadis yang cepat hafal meskipun hanya sekali melihat gerakan dancenya.

Saat musik mulai, Ara mulai menggerakan tubuhnya seperti yang perempuan tadi menggerakan tubuhnya. Ia merasakan tubuhnya sangatlah ringan.

Rasya dan semua dancer di ruangan itu hanya bisa ternganga ketika melihat dance Ara. Gadis itu terlihat panas namun juga sedih di saat bersamaan. Sesuai dengan lagu saat ini.

Ara bangkit saat mendengar suara tepukan tangan dari semua yang ada disini. Ara tersenyum dengan lebar dan membungkukan tubuhnya 90° lalu kembali berdiri tegak.

Tanpa sengaja, matanya bertemu tatap dengan Rasya yang tengah bersandar di pintu masuk ruangan ini.

Jadi sedari tadi pria itu melihatnya?

LowkeyOnde histórias criam vida. Descubra agora