SATU

10K 239 14
                                    

Langkah kaki seseorang menyita banyak perhatian. Dengan wajah yang tampan tetapi selalu datar. Lelaki itu sudah biasa mendapati situasi seperti ini semasa SMA, ternyata sekarang ia kuliah pun masih tetap sama. Sebenarnya ia malas menjadi pusat perhatian seperti ini, bukan kemauannya sendiri.

"Danial!"

Danial berhenti dan membalikkan badannya, terlihat seorang gadis tengah berlari ke arahnya. Senyum Danial pun terlihat melihat tingkah gadis itu.

"Kok lo ninggalin gue sih,"cibir gadis itu ketika ia sudah berhadapan dengan Danial.

"Sorry."balas Danial.

"Sebagai gantinya, lo harus traktir gue di kantin. Buruan gue laper," gadis itu pun menarik paksa lengan Danial menuju kantin.

Banyak yang memperhatikan dua remaja itu. Terutama kaum hawa, banyak yang mencibir gadis yang beraninya mendekati Danial tetapi ada juga yang biasa-biasa saja.

Akhirnya kedua remaja itu pun telah sampai di kantin, keadaan kantin cukup sepi. Mungkin ada yang telah memulai pembelajaran.

"Pokoknya gue mau makan apapun, lo yang bayarin."

Danial menghembuskan nafasnya kasar mendengar kebawelan gadis di sampingnya ini. "Iya bawel."

Senyum di bibir gadia itu pun terbit. Ia lantas segera memeluk Danial erat seperti anak kecil. "Makasih, Danial. Kalo gitu gue mau pesen makanan dulu ya. Lo mau pesen apa?"

"Lo aja. Gue udah makan tadi di rumah."

Gadis itu pun melepas pelukannya dan menghampiri warung nasi goreng yang tidak terlalu ramai.

Danial menarik nafasnya kemudian menghembuskan perlahan. Gara-gara gadis itu, Danial jadi banyak bicara sekarang. Karena jika Danial diam saja, gadis itu akan terus berbicara.

Beberapa menit kemudian, gadis itu kembali dengan membawa nampan yang berisi nasi goreng dan ia letakkan di atas meja. Segera gadis itu memakan makanannya.

"Reva, lo bisa gak sih makannya pelan-pelan."ucap Danial ketika melihat gadis yang bersamanya itu makan dengan terburu-buru.

Gadis yang di panggil Reva itu menyengir. "Ya maaf, soalnya gue laper banget. Lagipula ini nasi gorengnya enak banget lohh, bumbunya pas, terus telornya--"

"Ya, ya, ya, serah lo."potong Danial cepat karena malas mendengar ocehan tak penting itu.

Tak memerlukan waktu cukup lama, akhirnya Reva telah menghabiskan semua makanannya tanpa tersisa sedikitpun. Bahkan Reva sampai mengusap perutnya karena sekarang sangat kenyang.

Danial menggeleng melihat tingkah Reva. Porsi makanan Reva memang banyak, tapi anehnya badan Reva tetap kecil.

"Kenyang banget gue,"ucap Reva dan tiba-tiba ia bersendawa. Memang, gadis itu tak tahu malu. Reva bukan seperti gadis diluaran sama yang so jaim atau jaga image, bahkan di hadapan Danial pun Reva merasa bodoamat.

"Bu Yati"panggil Reva kepada penjual nasi goreng dan wanita tua yang di panggil bu Yati pun menghampiri meja Danial dan Reva.

"Iya neng, udah selesai makannya?"tanya bu Yati.

Reva pun mengangguk antusias. "Udah bu, nasi goreng bu Yati emang top deh."ucap Reva memberikan dua jempol lengannya kepada bu Yati.

Bu Yati menjadi tersenyum malu mendenger pujian dari Reva. "Ah neng bisa aja."

Reva tertawa melihat tingkah bu Yati yang menurutnya lucu. "Jadi berapa bu semuanya?"

"Semuanya jadi 20 ribu neng,"jawab bu Yati.

Danial 2Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora