Cinta Seorang Pramuka

116 4 0
                                    

Bukan hanya tentang organisasi, tapi juga kisah dan cinta didalamnya. Tinggi moral, kuat mental, pantang menyerah. Sebuah pengorbanan tanpa penghabisan, karena aku adalah seorang Pramuka!

Hari ini aku ditunjuk sebagai relawan kesehatan, ada sebuah desa yang terkena bencana gunung meletus di pulau Kalimantan. Keberangkatan kami menuju pulau Kalimantan akan dilangsungkan sebentar lagi.

Bandara Soekarno-Hatta, 10.15 am. "Alentaaaa Bodooooohhh!" Terdengar teriakan nyaring yang terasa seperti memecahkan gendang telingaku. Dengan segera ku hampiri pusat suara itu. Ternyata benar dugaanku bahwa itu suara cempreng milik temanku, Maharani. "Apasih Kampret. Kamu gak tau apa ini tempat umum??. Teriakanmu itu bisa bikin bandara ini roboh tau!". Dengan tidak sabaran, aku nyeroscos memarahinya.

"Aduh jangan ngegas napasih neneng, aku kan manggil kamu dengan panggilan sayang." Jawab maharani dengan nada memelas lengkap dengan puppy eyesnya. Aku hanya bisa mendesah menahan kesal, kalau dilawan debat bisa jadi perang dunia ketiga.

"Yaa Tuhan, kamu mau ninggalin aku ke Kalimantan tanpa pamitan yaaa, kejam banget sih huhuhuuu." Maharani merengek-rengek layaknya anak kecil. "Astagaaaa, Maharani ku tersayang. Kamu harusnya bangga sahabatmu ini dikirim ke luar daerah untuk menjadi relawan kesehatan. Tidak semua anggota pramuka punya kesempatan untuk mengabdi kepada masyarakat. Aku ini kan orang terpilih karena skill ku di Saka Bakti Husada sayang." Ujarku penuh bangga sambil memeluk sahabatku, Rani.

"Satu jam telah berlalu, kini aku berada di dalam perut Malaysia Airlines yang akan membawaku ke pulau Kalimantan.

Pulau Kalimantan, semua tim medis dan relawan sibuk menangani tugasnya masing-masing. Aku tengah menangani beberapa pasien yang mengalami cedera ringan, hal itu mungkin terjadi karena mereka panik dan buru-buru berlari ke tenda pengungsian.

Banyak warga yang mengalami flu di tempat ini, hal itu mungkin terjadi karena mereka secara tidak sengaja menghirup udara yang mengandung abu vulkanik di daerah tempat tinggal mereka pasca bencana gunung meletus terjadi. Memang kita sebaiknya menggunakan masker ketika menghadapi kondisi seperti ini, bahkan jika stok masker sangat langka, kita hendaknya membuat masker yang layak pakai dari kain-kain bekas atau apa saja.

"Biasanya di tempat pengungsian seperti ini kebersihan dan kesehatan akan sangat kurang terjamin, jadi kita harus benar-benar menjaga stamina atau ketahanan tubuh kita. Minimal dengan tidak bergadang, mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh kita, jangan panik agar imunitas tubuh tidak menurun, mencukupi kebutuhan istirahat, dan segera memeriksakan diri ke tim medis ketika tubuh sudah mulai merasakan gejala-gejala penyakit. Di tempat seperti ini kita rawan tertular penyakit bila ada warga yang sakit, jadi kita harus benar-benar memperhatikan kebersihan tubuh kita." Itu adalah pelajaran yang aku dapat selama menjadi relawan kesehatan di tempat ini.

Tiga hari menjadi relawan medis di pulau Kalimantan, banyak pengalaman dan pelajaran tentang kesehatan ku dapatkan. Aku juga mendapat banyak teman baru di Kalimantan, aku berkenalan dengan banyak dokter atau perawat, dan selain itu aku juga menjadi lebih bisa mengendalikan sifatku yang mudah panik. Seorang tenaga medis tidak boleh terlihat panik karena hal itu dapat menyebabkan pasien yang ditangani juga ikut panik.

Minggu, 20 April 2012. Hari ini aku dipulangkan ke Jakarta. Terbayang kembali bagaimana saat pertama di Kalimantan aku menangani seorang anak kecil yang mengalami cedera, aku yang merasa benar-benar panik hanya bisa menyembunyikan kepanikanku dibalik senyumanku. Iyaahhh mau bagaimana lagi??. Aku tidak ingin membuat pasien yang sedang aku tangani menjadi ikut panik. Dan akhirnya anak tersebut mengaku puas dengan penanganan yang aku lakukan, dia merasa cederanya cepat membaik dan dia tidak merasa sakit atau panik ketika aku mengobati lututnya yang cedera. Dari sana aku merasa kepercayaan diriku benar-benar meningkat drastis, aku yang sebelumnya selalu ragu saat melakukan pertolongan pertama karena takut salah penanganan kini yakin bahwa diriku bisa, yakin bahwa aku bisa memberi pertolongan dengan baik.

Aku berhasil kembali ke Jakarta dengan sehat tanpa kurang apapun, dengan kata lain aku berhasil menjaga kesehatanku dengan baik. Senang rasanya aku bisa mematahkan omongan temanku, Maharani. Yang selalu mengatakan bahwa sepulang dari bertugas, tenaga medis itu pasti selalu sakit.

Dari sejuta pengalamanku menjadi relawan kesehatan di Kalimantan, dapat aku simpulkan bahwa "Sesibuk apapun diri kita, jika kita tidak stress, berhasil memenuhi kebutuhan istirahat dan kebutuhan nutrisi. Maka kita tidak akan mudah sakit." Nah, menjaga kesehatan itu sebenarnya tidaklah sulit. Berarti sebenarnya tidak ada alasan untuk kita melalaikan kesehatan, ingatlah dengan sehat hidup itu akan terasa lebih indah.

Jaga kesehatanmu, mengabdilah kepada Nusa dan Bangsa. Salam Pramuka!

Cinta Seorang PramukaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora