8. Menikah

13.7K 708 10
                                    

___________♡___________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

___________♡___________

"Syah"

"Syahhhh." Sahut mereka serempak.

"Alhamdulillah." Rama mengecup kening gue, gue sungguh terharu. Gue bahagia meskipun pernikahan ini digelar sangat keliwat sederhana hanya ijab kabul tanpa adanya resepsi. Keluarga Rama dan bokap gue aja yang hadir menjadi saksi pernikahan kami. Gue cukup tau diri, ini adalah pernikahan paksa atas tuntutan gue.

Jadi...gue hanya menurut aturan yang diputuskan nyokapnya Rama bahwa pernikahan ini menjadi rahasia bersama, nggak ada orang lain yang boleh mengetahuinya. Gue tau keluarga mereka mempunyai gengsi yang sangat tinggi, orang terpandang di kota ini.

Mereka akan malu jika orang-orang tau bahwa anaknya telah menghamili gadis diluar nikah apalagi gadis itu derajatnya jauh dibawah mereka. Nyokapnya Rama ingin anaknya terus bersekolah tanpa mendengar gunjingan yang tak sedap dari orang sekitar bahwa Rama kini sudah menjadi seorang suami, bapak dari bayi yang gue kandung agar Rama bisa menggapai cita-citanya. Masa depannya masih panjang.

Setelah menikah gue diboyong untuk tinggal bersama keluarga Mahesa. Gue cukup senang karena bisa menikmati fasilitas mewah tinggal di rumah gedongan, tapi gue harus sabar mengelus dada setiap hari untuk semua perlakuan pedas anggota keluarga Rama yang nggak sepenuhnya nerima gue menjadi bagian hidup mereka.

"Yuhuuuuu." Gue langsung ambruk ke kasur king size empuk di kamar Rama, gue lompat-lompat seolah-olah bermain trampolin. Emang kasur orang kaya is the best pokoknya, beda banget sama kasur keras di rumah gue bikin punggung encok.

Gue mengedarkan pandangan mata gue ke penjuru kamar ini yang bernuansa maskulin khas pria, dipojokan kanan dekat nakas terdapat gitar akustik. Disetiap dinding kamar terdapat poster pria asing membawa bola basket, di atas poster tertera nama Michael jordan dan Kobe Bryant. Dari banyaknya poster berderet di kamar ini cuma satu poster yang tampang artisnya pernah gue liat di tv yaitu tampang Denny sumargo tengah mendribble bola basket, posternya berada di pojok sebelah pintu kamar pas.

Di atas meja belajar yang jaraknya tak jauh dari kasur terdapat figura poto Rama yang tengah merangkul ular kadut dengan senyuman lebar, ingin sekali aku membuangnya kelaut tapi pikiran gue masih waras. Gue nggak mau membuat Rama marah di malam pertama pernikahan ini.

Haahhh, gue merebahkan tubuh gue dikasur seraya memejamkan mata merasakan kenyamanan dan kantuk yang mulai mendera berharap malam ini gue bisa tidur dengan mimpi yang indah.

"Woi bangun!"

"Hmm." Baru aja gue masuk ke alam mimpi ada aja yang ganggu, pakek nepuk-nepuk pipi gue dengan kasar lagi.

"Bangun! Nggak bangun gue tampol juga lo!"

"Apaan sih, gue ngantuk." Gue menyipitkan mata melihat sekilas Rama yang terlihat kesal. Bodo amat! Gue malah bergelung menyusrukkan wajah gue ke dalam bantal dan menyelimuti seluruh tubuh gue sampai kepala.

"Bangun!" Dia menyibakkan selimut gue nggak sabaran. "Sini lo!" Dia menarik tangan gue kasar sampai gue terbangun tepat menatap wajahnya yang berkilat marah, gue meneguk ludah dengan susah payah. Serem banget Rama kalau lagi marah gini.

"Lo nggak boleh tidur di kasur gue." Titahnya.

"Trus gue tidur dimana?"

"Terserah! Lo bisa tidur di lantai atau di kolong kasur." Buset, punya laki satu jahat amat sama bini lagi bunting.

"Apa susahnya sih Ram kita tidur berdua kan bisa. Gue juga nggak akan makan banyak tempat kok, lagipula kasur lo kan gedhe, buat 6 orang aja muat. Kenapa ribet banget sih?"

"Najis tidur sama lo! Buruan pindah." Dia menarik kasar tangan gue hingga gue hampir terjungkal kepentok tiang kasur.

"Aw-awww sakit." Gue meringis memeganggi perut gue.

"Lo kenapa? Lo nggak usah drama."

"Perut gue sakit. Sakit banget ram." Gue mencengkram tangan Rama kuat.

Dia seketika terlihat pucat dan ketakutan melihatku kesakitan. Tapi detik kemudian dia memasang ekspresi tenang. "Lo boleh tidur di kasur gue." Putusnya

Yes! Berhasil, berkat kartu As ini gue bisa tidur di kasur empuk malam ini.

"I-iya Ram." Gue pura-pura memasang wajah kesakitan. "Gue tidur sekarang, selamat malam. Aww-aw" Nyatanya gue emang berbakat jadi artis, bagus banget acting gue.

Segera gue memposisikan tidur senyaman mungkin dan menutup mata, takut-takut nanti Rama berubah pikiran. Meskipun gue udah menghitung banyaknya domba dalam pikiran gue tetep aja gue nggak bisa tidur. Gue penasaran Rama tidur dimana ya? Gue membalikkan badan dan melihat Rama tidur di sofa panjang, nampak gurat kelelahan diwajahnya. Gue beranjak dari kasur mendekatinya. Mengamati wajah tampannya mulai dari matanya yang tengah terpejam, hidungnya yang mancung dan jatuh pada bibirnya yang hobi sekali mengeluarkan umpatan kasar ke gue.

Sebenarnya gue kasian dengan Rama, dia harus terperangkap dalam pernikahan ini. Berulang kali dia bilang bahwa gue dengan licik menjebaknya malam itu, tapi gue berani bersumpah gue nggak pernah punya rencana kotor seperti itu. Semuannya murni karena faktor ketidak sengajaan.

Gue nggak pernah menjebak Rama, tapi gue cuma mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kalau bisa gue akan pergi melupakan apa yang telah terjadi, tapi gue terlalu egois. Gue ingin memiliki segalanya seperti apa yang lo punya, yang nggak pernah gue rasain selama ini. Mungkin gue bisa dapetin segalanya dengan kelicikan gue. Tapi untuk cinta, gue akan berusaha meskipun kemungkinannya kecil.

Gue mengelus pipi Rama pelan, lalu beranjak mengambil selimut dari kasur menyelimuti tubuh Rama yang nampak kedinginan.

"Good sleep my husband, have a nice dream." Bisikku, kemudian mengecup kening Rama.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Hoaaammm." Gue terbangun dan merentangkan kedua tangan. Gue kucek-kucek mata gue untuk menetralkan pandangan mata yang masih burem. Melihat jam weker di atas nakas seketika gue terlonjak kaget. Jam tersebut menunjukkan pukul 9 pagi. Astaga! Gue tidur apa kalap sih...

Kondisi sofa tempat Rama tidur semalam sudah kosong. Gue yakin dia sudah berangkat sekolah dari tadi. Istri macam apa sih gue? Menurut artikel yang gue baca dari internet, istri harus bisa bangun pagi lebih dulu daripada suaminya untuk menyiapkan keperluan suami, termasuk membuatkan sarapan itu yang paling penting. Halah, bodo amat! Mending sekarang gue mandi.

Setelah selesai gue siap-siap, keluar dari kamar menuju lantai bawah.

"Punya mantu nggak ada bedanya sama kebo. Enak banget ya tidur di kasur mahal, sampek jam segini baru nongol. Dasar orang miskin!" Baru aja gue nyampek di ruang makan, gue udah kena omelan nyokapnya Rama. Sekarang gue tau mulut pedas Rama itu keturunan dari nyokapnya yang judes.

"Ratna, sudah. Jangan seperti itu." Bela Oma. "Risa, kemarilah. Kamu pasti lapar kan? Oma ambilkan makan dulu, kamu duduk sini." Gue menuruti perintah Oma duduk di meja makan.

Oma meletakkan sepiring nasi beserta lauk ayam goreng dan sayur sop. "Risa makan yang banyak ya biar sehat. Cicit Oma juga biar tumbuh kuat." Oma mengangkat tangannya meniru binaragawan. Gue tersenyum melihat tingkah lucu Oma. Di rumah ini cuma omalah yang bisa menerima kehadiran gue. Sungguh gue sayang banget sama Oma...

"Oma kupasin buah, nanti kamu harus makan buah ini untuk pencuci mulut."

"Siap komandan."

Hmmm, setidaknya ada yang peduli sama gue dirumah laknat ini...

--------------------------
Don't be silent readers. Vote dan comment kalian penyemangat author.
Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin😊🙏

MY BABYWhere stories live. Discover now