AlwaySonia

Bismillah~
          	
          	Semoga hari ini, kita dapat tersenyum dalam kebahagiaan orang lain.
          	Tanpa iri, tanpa dengki, tanpa tanya kapan kesempatan yang sama datang pada kita.
          	Semoga hati kita dilebih luaskan, pikiran kita dilurus benarkan, dan langkah kita diaman bebaskan.
          	
          	Beberapa orang yang hadir dalam hidup, beberapa untai 'halo' bahkan 'senang bertemu kamu', suatu ketika akan menjelma, 'selamat tinggal' atau 'semoga kita bertemu lagi'.
          	
          	Tapi, tidak segala selamat datang justru mengalami selamat tinggal. Karena orang-orang terpilih, akan menetap selamanya untuk kemudian melangkah bersama.
          	
          	Dan kepergian, tak selamanya harus dikenang dengan air mata atau bahkan luka yang menganga. Beberapa kata 'sampai sini saja' justru sebenarnya menjanjikan sesuatu bernama rentang jalan kembali. Ya, beberapa orang hanya pergi untuk menguji nyali, lalu datang lagi.
          	
          	Tugas kita hanya memastikan bahwa kita siap untuk dijadikan rumah dan mengakrabkan hidup dengan istilah pulang.
          	
          	Hari ini, di titik ini, kilas balik tentang temu dan masa lalu melintas hebat dalam benak. Apa benar, saya sedang kehilangan?
          	
          	Bila di pikir-pikir, saya memang telah banyak menerima pelukan dan senyum sampai jumpa itu. Bahkan ungkapan 'tak ingin berpisah' juga beberapa kali mampir dan berubah jadi dilema.
          	
          	Tapi, kebahagiaan dan masa depan selalu kait mengait, hingga tak pantas bagi saya untuk menahan kepergian banyak orang, demi kata menetap. Mereka punya hak untuk melanjutkan hidup, dan saya jelas punya banyak prioritas yang harus diselesaikan.
          	
          	Jadi, daripada meratapi kepergian dan berlarut dalam kesedihan, ada baiknya tetap tenang dan berjalan akrab dengan takdir, bukan?
          	
          	Selamat malam.

nisafztna

Assalamualaykum.. maaf mau promosi ya kak hehe
          Baca cerita saya, yuk! Judulnya "Afterlight"
          ***
          
          Bagaimana perasaanmu kalau siswa paling bandel di sekolahmu, ternyata adalah suamimu?
          
          Nadina, umur 17 tahun, tahu jawabannya.
          
          Bukan dijodohkan, apalagi married by accident. Ia sadar se sadar-sadarnya, dan menerima permintaan orang yang amat berjasa dalam hidupnya untuk menjaga anak semata wayangnya, Rayhan. Sebagai seorang istri.
          
          Padahal ia belum tahu, bertahan di sisi Rayhan, adalah hal tersulit yang pernah ia lakukan.
          ***
          Baca yaa, cek di works saya
          Jazakumullah khayran katsir..
          
          https://my.w.tt/UiNb/3VUpiS0J0N

AlwaySonia

Bismillah~
          
          Semoga hari ini, kita dapat tersenyum dalam kebahagiaan orang lain.
          Tanpa iri, tanpa dengki, tanpa tanya kapan kesempatan yang sama datang pada kita.
          Semoga hati kita dilebih luaskan, pikiran kita dilurus benarkan, dan langkah kita diaman bebaskan.
          
          Beberapa orang yang hadir dalam hidup, beberapa untai 'halo' bahkan 'senang bertemu kamu', suatu ketika akan menjelma, 'selamat tinggal' atau 'semoga kita bertemu lagi'.
          
          Tapi, tidak segala selamat datang justru mengalami selamat tinggal. Karena orang-orang terpilih, akan menetap selamanya untuk kemudian melangkah bersama.
          
          Dan kepergian, tak selamanya harus dikenang dengan air mata atau bahkan luka yang menganga. Beberapa kata 'sampai sini saja' justru sebenarnya menjanjikan sesuatu bernama rentang jalan kembali. Ya, beberapa orang hanya pergi untuk menguji nyali, lalu datang lagi.
          
          Tugas kita hanya memastikan bahwa kita siap untuk dijadikan rumah dan mengakrabkan hidup dengan istilah pulang.
          
          Hari ini, di titik ini, kilas balik tentang temu dan masa lalu melintas hebat dalam benak. Apa benar, saya sedang kehilangan?
          
          Bila di pikir-pikir, saya memang telah banyak menerima pelukan dan senyum sampai jumpa itu. Bahkan ungkapan 'tak ingin berpisah' juga beberapa kali mampir dan berubah jadi dilema.
          
          Tapi, kebahagiaan dan masa depan selalu kait mengait, hingga tak pantas bagi saya untuk menahan kepergian banyak orang, demi kata menetap. Mereka punya hak untuk melanjutkan hidup, dan saya jelas punya banyak prioritas yang harus diselesaikan.
          
          Jadi, daripada meratapi kepergian dan berlarut dalam kesedihan, ada baiknya tetap tenang dan berjalan akrab dengan takdir, bukan?
          
          Selamat malam.