NinaMusIn

"Bagaimana rasanya ditikam oleh darah dagingmu sendiri?" tawa lepas lolos dari Merlin, "terima kasih karena kau konsisten dengan keserakahan dan juga kesombonganmu. Aku tidak perlu repot-repot memikirkan cara membalasmu. Kejahatan yang kau lakukan berbalik padamu, dan aku akan memperhatikannya dengan penuh suka cita. Hanya tinggal menunggu waktu sampai apa yang menjadi milikku kembali padaku."
          	
          	---**---
          	
          	Check it out ==>> https://my.w.tt/yOILid5njab

NinaMusIn

"Bagaimana rasanya ditikam oleh darah dagingmu sendiri?" tawa lepas lolos dari Merlin, "terima kasih karena kau konsisten dengan keserakahan dan juga kesombonganmu. Aku tidak perlu repot-repot memikirkan cara membalasmu. Kejahatan yang kau lakukan berbalik padamu, dan aku akan memperhatikannya dengan penuh suka cita. Hanya tinggal menunggu waktu sampai apa yang menjadi milikku kembali padaku."
          
          ---**---
          
          Check it out ==>> https://my.w.tt/yOILid5njab

NinaMusIn

"Sekali saja," gumam Ryu.
          
          Ekspresi Keir tampak cemas menunggu Ryu melanjutkan perkataannya. Begitu juga dengan Lee dan Merlin yang tetap memasang poker face.
          
          Ryu menyisir rambutnya ke belakang. "Sekali saja biarkan aku menghajar kalian sampai hatiku lega."
          
          Ia berjalan perlahan mendekati mereka.
          
          ---**---
          
          Check it out https://my.w.tt/0S3F2FifK6
          
          
          Happy Eid Mubarak Everyone ƪ(‾.‾“)┐

NinaMusIn

Vonis kematian mereka telah diputuskan. Bersamaan dengan berakhirnya peringatan itu, para pembunuh bayaran itu merasakan tubuhnya terkoyak.
          
          Satu-satunya yang bisa mereka lakukan adalah berteriak layaknya hewan sekarat yang disiksa dengan keji. Penderitaan itu berakhir ketika mereka kehilangan kesadaran akibat tidak mampu menahan rasa sakit yang tidak tertahankan itu.
          
          
          ===>>> https://my.w.tt/8kEf5KMU65

NinaMusIn

Freya menangis.
          
          Alih-alih bersuara dan mengeluarkan pendapat dengan rasional, airmata berjatuhan dari sudut matanya.
          
          Penyesalan, pengkhianatan, amarah, kepedihan, ketulusan dan cinta yang tercermin di dalam netra biru langit itu menghancurkan rantai logika yang mengikat perasaannya.
          
          Logika yang terus ia tanamkan layaknya bernapas, akhirnya tak mampu menahan suara hati yang telah dibungkamnya selama ini. Hatinya telah berusaha tegar untuk waktu yang lama. Tercabik-cabik dalam setiap pecutan logika yang membuatnya sekarat. 
          
          ---**---
          
          Check it out https://my.w.tt/YrwNWY1yG1. (~‾▿‾)~