Bagian 14

1.1K 96 3
                                    

Mata Galin menyipit saat cahaya terang menyelinap begitu saja. Perlahan kedua mata itu terbuka sempurna. Yang pertama kali ia lihat ada seorang pria yang tersenyum hangat sambil menopang kepalanya dengan tangan kiri persis seorang ibu yang menyusui anaknya.

"Pagi tuan putri..."ucap Zeno lembut.

Galin menggisik matanya yang masih terasa berat.

"Kok belum pulang? Sekolah loh."tanya Galin setelah jiwanya sudah terkumpul.

"Kamu lupa? Sekarang tanggal merah. Mending disini, meluk kamu."Zeno mendekap tubuh Galin erat.

"Ishhh... awas ah gue mau cuci muka."ucap Galin kesal.

Zeno mengeratkan pelukannya dan menatap Galin tajam.

"Mmm...maksudnya, aku mau cuci muka dulu."ulang Galin lembut.

Zeno tersenyum senang.

"Morning kiss..." ucap Zeno sambil memajukan bibirnya.

"Gak... pasti mulut lo... eh pasti mulut kamu bau."ucap Galin.

"Bau apa coba?"protes Zeno.

"Bau jigong,ckk..."Galin terkekeh saat mengucapkan itu.

"Hmm gak ada. Bau cinta loh ini. Coba dulu makanya..."Zeno memajukan bibirnya lagi.

"Gak mau ah..."Galin memelas.

"Galin Aditya..."bisik Zeno.

"Yaudah oke. Dipipi aja!"ucap Galin tegas.

Zeno menggeleng sambil mengerucutkan bibirnya. Entah kenapa. Tapi Galin tersenyum sekarang.

"Ciee senyum cieee..."goda Zeno.

Galin merapatkan bibirnya kembali.

"Enggak ah."elaknya.

"Kiss nya mana ni?" ucap Zeno sambil menarik turunkan alisnya.

Dengan cepat Galin menutup mulut Zeno dan mengecup pipinya.

'Degh'

Pasti pipi Galin memerah... ini terasa hangat...

Zeno tersenyum lebar...

"Satu lagi..."bisik Zeno dengan suara seraknya.

Galin sedikit mendongkak dan mendekatkan bibirnya kearah pipi Zeno.

Dengan cepat Zeno menoleh sampai-sampai bibir mereka bertemu.

Galin melepas ciumannya.

'Plak'

"Curang!" Galin menggeplak tangan Zeno.

'Cklek'

Pintu terbuka... menampilkan seorang wanita yang membulatkan matanya dan menutup mulutnya...

"Aduh maap... mama ganggu ya." ucap Mama Galin sambil menutup pintu kembali.

Galin dan Zeno saling tatap tanpa sepatah kata pun.

***

Dery sedang berada disebuah toko kue sekarang. Niatnya ingin membeli kue coklat kacang untuk Galin.

"Kue coklat kacang satu!"ucap Dery bersamaan dengan seseorang yang akan membeli kue coklat kacang juga.

Dery menoleh...

"Loh, Novan? Beli kue juga."seru Dery saat mengetahui siapa orang yang disebelahnya.

"Eh Dery, iya nih."jawab Novan sambil tersenyum.

"Maap mas... kue coklat kacangnya tinggal satu."ucap seorang pelayan toko.

"Yah... yaudah deh. Lo aja Der."ucap Novan tulus.

"Hah,enggak kok. Lo aja. Nanti gue nyari lagi."jawab Dery cepat.

"Enggak. Lagian gue belinya buat gue sendiri. Lo buat siapa?"tanya Novan.

Dery menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sebenernya buat seseorang sih..."jawab Dery.

"Pacar lo?"tanya Novan kembali.

"Mmm... bukan sih. Baru gebetan doang."ucap Dery nyengir.

"Ouh... kue nya buat lo aja. Santai gue bisa nyemil apapun."ucap Novan sambil menepuk punggung Dery.

"Thank Van..."ucap Dery.

"Siap... gue duluan ya. Jangan lupa kalo udah jadian traktirin gue ya."ucap Novan sambil berjalan keluar toko.

"Pastinya..."jawab Dery sambil mengangkat jempolnya.

Novan tersenyum dan melajukan motornya...

***

Bersambung...

Musuhku Bucinku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang