4

21 19 8
                                    

"Aku tak tau lagi bagaimana mendeskripsikan bentuk hati ini.Apakah masih utuh?"

_y.f.w_

***

Kini langkah kaki Yova berjalan menuju bangunan sekolah itu.Sudah lebih 3 minggu Yova menjadi murid baru disini.Setelah kejadian seminggu yang lalu Yova bersikap menjadi semakin dingin tidak lupa dengan wajah flat nya.Dan selama seminggu itu Yova tidak bersekolah,
meliburkan diri dengan alasan sedang sakit.Selama libur pun dirumah Yova hanya mengurung diri di kamar jika ingin makan,akan antar oleh mbok
Inem.

Yova tau dia pengecut.
Menghindar dari semua masalah.Lari dari kenyataan pahit ini.

Sakit.Memang.
Harus dengan apa Yova mendeskripsikan semuanya?Untuk berbicara pun rasa nya sangat sulit.

Selama kurang lebih sebulan ini pun tidak ada yang berubah.Rasa benci yang ada dihati sang ayah selalu meningkat disetiap hari nya.Tak jarang Yova merasakan tamparan bahkan makian dari Anton.Ia tidak marah ataupun benci dia hanya saja ia kecewa dengan sikap Anton yang telah berubah kepadanya.

"YOVA!"Teriak seseorang memangil nama gadis itu,sehingga membuat lamunnya buyar begitu saja.

Yova berbalik kebelakang melihat siapa yang telah berteriak.
"Kenapa?"Tanya Yova tak ingin berbasa-basi.

Alice.Ya seseorang yang berteriak tadi adalah Alice.
"Ke kelas bereng yuk"Ajak Alice kepada Yova.

Yova tidak menjawab ajakan Alice ,ia lebih fokus kepada jalannya agar segera sampai dikelas,dengan langkah cepat Yova berjalan meninggalkan Alice karena sebentar lagi bel berbunyi.
"Elah gue ditinggalin,woy Va" Teriak Alice mengema di koridor kelas, membuat para siswa yang lewat menatap nya tidak suka.
Alice tidak perduli yang penting sekarang adalah ia harus mengejar Yova ia ingin bertanya kemana dia selama seminggu ini tidak sekolah?
Langkah kaki Alice ia ayunkan dengan cepat hingga dengan nafas ngos-ngosan ia pun sampai dikelas.Dapat ia lihat disana Yova sudah duduk manis dengan novel yang menemani.Segera Alice pun mendudukan diri nya disebelah Yova.Dengan nafas masih tidak beraturan Alice menghadap Yova .
"Va"Panggil Alice dengan nafas masih tak beraturan.
Yova tidak menjawab,namun Alice yakin ia pasti dengar.Setelah menormalkan nafas nya Alice kembali berbicara kepada Yova.
"Lo seminggu ini kemana?Lo sakit?atau Lo ada masalah?kalau ada apa-apa tu cerita kek ke gue.Gue siap kok dengarin keluh kesah lo.Ya walaupun kita baru kenal sih Lo bisa kok percaya sama gue.Gue yakin kok dibalik sikap lo yang dingin-dingin ini sebenar nya lo itu baik kok masih perdulian orang nya"Sambung Alice tak lupa dengan senyum manis nya.

Sesaat Yova tertegun.Mengapa gadis disebelahnya ini seyakin itu dengan ucapannya?Jika Yova lihat gadis ini sebenarnya baik,selama 3 minggu ia bersekolah disini hanya Alice saja yang mau berinteraksi dengan nya jauh jika dibandingkan dengan teman sekelas Yova yang biasa saja bahkan acuh kepada Yova.Toh juga Yova tidak terlalu perduli tentang itu semua.

Fokus Yova kini iya fokuskan kepada gadis disebelah nya.Yova menatap mata Alice mencari kebohongan dari ucapan gadis itu,namun hasil nya nihil.Senyum tipis terbit dibibir Yova
"Thanks"Ujar Yova tulus.Ia akan berusaha membuka hati nya kepada Alice.

Senyum Alice semakin lebar,ia pun menghambur memeluk Yova.Ia senang bukan main, akhirnya Yova si gadis dingin ini bisa tersenyum dengan tulus kepada nya.Sedangkan Yova yang dipeluk tubuhnya mendadak menjadi kaku,ia tidak membalas pelukakan itu ia masih bingung harus melakukan apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang