Jean merasa sangat bersalah setelah mendengar cerita Karin. Dilihatnya Karin yang sangat lesu dan tidak bersemangat seperti biasanya, sungguh membuat Jean semakin menciut.
"Maafkan gue, Rin. Andai gue tidak banyak omong, tante tidak bakalan jodohin kamu." Ucapnya lirih.
"Nggak papa Jean. Semua juga sudah terjadi dan tidak ada yang bisa diubah. Gue juga sudah pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan."
Karin menenggelamkan wajahnya didalam tumpukan kedua lengannya diatas meja. Sambil memejamkan mata, Karin bisa mendengar suara Mike yang sedang berbincang dan tertawa dengan teman se-geng nya. Ia bisa membayangkan bagaimana wajah Mike saat itu, pasti sangat tampan dengan senyumnya saat bercanda gurau.
"Ah... Mike yang awalnya tidak bisa ku gapai, sekarang semakin tidak bisa tergapai karena adanya tembok penghalang yang sangat besar dan terbuat dari bahan yang tidak dapat dirobohkan."
Karin kemudian berdiri dan berjalan keluar kelas. Rasanya sedang tidak mood untuk belajar, jadi ia memilih untuk pergi ke tempat rahasianya yang tenang dan sangat nyaman untuk melupakan sejenak semua masalah yang sedang terjadi. Tempat itu adalah atap sekolahnya.
Sesampainya disana, Karin menata kembali selimut yang ia dan Jean letakkan dibagian sudut, kemudian merebahkan diri diatasnya. Guna selimut itu sebagai alas agar seragamnya tidak kotor.
Hari ini langit sangat biru, sama sekali tidak berawan. Angin sepoi sepoi meniup niup pelan poni Karin dan membuat Karin menjadi ngantuk. Kemarin malam ia memang tidur telat lantaran menangis sepanjang malam. Sehingga paginya, Karin harus bangun lebih pagi untuk mengompres matanya yang bengkak.
Baru saja Karin hampir larut dalam tidurnya, ia mendengar suara gesekan sol sepatu didekatnya. Karin terlonjak kaget dan langsung beranjak bangun, melihat siapa yang datang.
"Astaga... tidak bisakah sebentar saja gue diberikan ketenangan?"
Tampaklah Mikael berdiri disisi kirinya dengan kemeja putih yang kancing pertama dan keduanya tidak ditautkan, celana jeans hitam, dan sepatu pantofel hitam, sedang menatapnya.
"Kenapa disini?" Tanyanya setelah beberapa saat keheningan melanda karena Karin juga tidak mau bicara sebelum Mikael mulai duluan.
"Lagi mau."
"Kembali ke kelas."
"Tidak."
"Karin... jangan bersikap kurang ajar terhadap gurumu."
Karin mendengus sebal, "kenapa lo tau gue disini?" Tanyanya tanpa memedulikan perkataan Mikael tadi.
"Kebetulan saja saya menemukan tempat ini beberapa hari yang lalu dan sekarang mau menghirup udara segar disini. Tapi itu tidak penting. Yang penting sekarang kamu kembali ke kelas."
"Heh! Ini tempatku dan Jean ya! Lo jangan seenaknya datang dan merusak kedamaian disini." Tapi segera ia menyadari perkataannya sendiri. Inikan sekolah milik keluarga Mikael!
"Karin, ini disekolah, dan itu berarti saya masih menjadi gurumu. Sekali lagi saya peringatkan untuk kembali ke kelas."
Untunglah Mikael tidak membahas bahwa sekolah ini milik keluarganya. Karin malas berdebat lagi. Ia membuang muka lalu kembali rebahan dan menutup matanya.
"Karin."
Mendengar suara yang begitu dekat dan terdengar jelas membuat Karin membuka kembali matanya dan mendapatkan wajah Mikael yang ada dihadapannya dengan jarak yang cukup dekat.
Segera Karin berteriak sangat kencang saking kagetnya, "AAAA!" Sampai sampai gendang telinga Mikael seperti mau pecah dan hampir jadi budeg.
Dengan sedikit nada kesal, ia mulai memakai ancaman. "Saya tidak suka anak yang nakal. Kembali ke kelas atau saya cium."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARRANGED MARRIAGE
RomanceUPDATE SETIAP HARI ✅ Saat mengetahui putrinya menyukai anak dari rekan bisnisnya, sang ibu langsung mengusulkan untuk menjodohkan mereka berdua tanpa meminta persetujuan Karin terlebih dahulu. Saat tibalah hari H, dimana kedua keluarga bakal makan...