14 | Middle of Nowhere

272 107 30
                                    




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ 




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ 




Barulah sewaktu mentari hadir pada titik tertinggi, Lee (Y/n) kembali terjaga dari tidurnya. Siang ini terasa gerah dan mengakibatkan bulir-bulir keringat jatuh dari pelipisnya. Berbeda dengan hari-hari kemarin di mana air dari cakrawala menghujam bumi tanpa ampun, tidak peduli siang atau malam.

Telapak tangan gadis itu kemudian dibawa mendarat pada dahinya untuk mengecek apakah si demam sudah pergi atau belum.

Suhunya normal.

(Y/n) kembali menopang tubuhnya sebelum benar-benar bangkit dari permukaan sleeping bag yang terasa menciut. Wajahnya berpaling ke sekeliling untuk menemukan sosok Changbin. Hasilnya nihil, padahal dia berharap untuk mendapat sapaan semacam, "Selamat siang, Nona!" atau ditawari makan jajangmyeon.

Karena menyadari bahwa dia memang tidak tahu diri, gadis itu langsung membuang idenya jauh-jauh. Yang dia inginkan saat ini hanyalah presensi Changbin agar dirinya merasa aman. Menepis kenyataan bahwa dirinya sedang terdampar di tengah Seoraksan dan bertemu macan palsu yang mengatakan bahwa dia memiliki sejuta dosa. Atau minimal, supaya di dalam gua ini tidak sepi-sepi amat.

"Changbin mana, sih? Pakai hilang-hilang segala."

Putri semata wayang keluarga Lee itu menarik tas carrier miliknya dan mengambil botol minum di bagian samping. Untuk kesekian kali, harus menghampiri kerongkongan gadis itu. Tidak peduli seberapa banyak air yang tersedia.

(Y/n) lantas mengambil kantong berisi stok makanan yang selama ini disimpan. Memori singkat di rest area terulang kembali dalam benak gadis itu di kala tangannya bersinggungan dengan sebungkus roti. Bukan dia yang membayarnya, tetapi Felix. Adiknya itu dengan sigap menyodorkan beberapa lembar won kepada si petugas kasir.

Ah ... Felix, ya? Gue kangen.

Dengan mata berlinang-linang, (y/n) mengunyah roti tersebut. Sesekali dia melempar kepalanya ke belakang untuk mencegah lelehan air mata sebelum diseka dengan punggung tangan. Frekuensi menangisnya dalam satu tahun masih bisa dihitung jari. Kendati demikian, sekali waktu dia menangis ternyata disebabkan hal sepele; ingin bertemu Felix.

Untouched • Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang