Choi San

858 54 7
                                    

Choi San namanya. Merokok hobinya. Bisa dibilang Choi San cinta dengan benda nikotin tersebut. Tapi belum sampai di tahap candu. Hanya untuk penghilang stres saja baginya. Orang tua San berpisah saat San duduk dikelas 2 SMP. Belum terlalu siap, bahkan memang San tidak akan pernah siap untuk itu. Namun nasi sudah menjadi bubur. Kedua orang tuanya sudah terlanjur berpisah, disaat San baru bisa merasakan dampak negatifnya sekarang. San hilang kendali. Hidupnya tak beraturan. Pergaulan bebas menuntun San ke jalan yang salah. Namun, tidak selamanya hal negatif berarti negatif, bukan? Ada satu hal yang San dapatkan selain merokok dan kelayapan di club. Si manis yang menjadi candu bagi San. Si manis yang menarik seluruh pusat atmosfer Choi San malam itu. San tidak tahu pasti apa yang lelaki manis itu punya. Yang San tahu, si dia bisa mampu membuat mata San tak pernah lepas tatap padanya. Dia terlalu manis untuk diabaikan. Bahkan San hampir tidak berkedip saat memandangi makhluk indah yang duduk di depan meja bartender sana.

"Eyy, lagi liatin apa sih? Serius amat dari tadi"

Sebuah suara menginterupsi kegiatan memandangi si manis. San menoleh ke sebelah kiri, di sana duduk pria jangkung bermata sipit. Song Mingi namanya. Mingi ini sahabatnya San. Kenapa dibilang sahabat? Karena dari sekian banyak manusia yang kenal dengan Choi San, hanya Mingi yang tahu betul seluk beluk kisah kehidupan San. Mereka berteman sejak SD. Wajar jika San sepercaya itu pada Mingi. Mereka bersekolah di tempat yang sama hingga lulus SMA. Dan kini, keduanya tengah menjalani kuliah semester 3 di Fakultas Ilmu Budaya. San mengambil prodi Sastra Inggris, sedangkan Mingi mengambil Prodi Sastra Indonesia. Mana bisa Mingi masuk Sastra Inggris. Ngomong 'English' saja jadinya 'inggilishi'.

'gak bakalan sanggup gue hidup kalo tiap hari disuguhi bahasa planet mulu kayak lo San' Begitu kalau kata Mingi.

"Gak lagi liatin apa-apa" Jawab San datar.

Dan mana bisa Mingi percaya begitu saja. San ini orangnya cuek. Sangat cuek. Dan suatu momen yang langka jika Choi San terdiam, termanggu, tak bergerak memandang satu objek di depan sana. Maka dari itu pikiran aneh mulai bermunculan di pikiran sang sahabat.

"Hilih, Lo pikir gue gak liat arah pandang Lo kemana?" Mingi memberikan pandangan remeh ke San.

"Udah tau ngapain nanya"

Choi San ini. Beruntung Mingi kenal San sudah sejak lama. Kalau tidak, mungkin muka tampan San sudah ada warna biru-keunguannya sedari tadi. Jawabannya selalu memancing amarah orang. Mana bisa orang seperti San luput dari tonjokan. Sedikit mustahil. Karena dari setiap percakapannya dengan orang lain, pasti akan berakhir dengan adu mulut dan adu jotos.

"Gue mastiin aja anying"

"Lo kok ngatain?!"

"Ya, Lo sih, jawabnya gitu amat. Biasa aja kek"

"Bacot."

Kan, ditinggal pergi Mingi sendiri.

San berjalan menghampiri si manis yang ada di depan meja bartender.

"Hey sweety, can I seat here?" San berdiri di samping si manis. Memandang mata berbinar milik lelaki dihadapannya. Hey, matanya seperti puppy, sangat menggoda kalau dipikiran San.

"Sure" Si manis menjawab singkat, dan mengalihkan arah pandang pada bartender.

"More, please.."

"Sendirian?" San memulai pembicaraan. Si manis menoleh ke arah San lagi.

"Lo liat gue sama siapa emang?" Jawabnya seraya memandang San, tepat pada netra tajam San.

Ah, si manis ini rupanya tak sama seperti ekspetasi Choi San. Yang ada dipikiran San, lelaki dihadapannya ini lembut, dengan tatapan sayu, semanis wajahnya. Namun, realitanya wajah tak bisa menjelaskan segalanya. Yang dilihat manis di luar, bukan berarti manis beserta sikapnya juga.

"This is for you. My treat.." Dengan begitu si manis beranjak pergi, meninggalkan San di tempat duduknya. San memandang minuman di hadapannya kini. Arti si manis memberikan minuman kepadanya itu..

"Yeahh, at least, you give me a chance"

San mengambil secarik kertas yang terselip di bawah gelas minuman tersebut.

'08**********
If u need something more to talk, don't mind to call me'

•••

Hayooo.. tau gak? Ini lagi mau jam 11 malam di sini. Hujan, kamar gue remang-remang, pake headshet dengerin lagunya Troye Sivan - Strawberries and Cigarettes.
Dan muncul cerita ini dikepala gue.
Gue tau gue labil. Tapi mana bisa gue lewatin ide segila ini dikepala gue. Harus gue realisasikan dong ya, wkwk

 Harus gue realisasikan dong ya, wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam, mimpi indah~

Strawberries & Cigarettes | WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang