Putri Hannah mengalungkan lengannya pada leher Pangeran Jimin. Sesaat setelah melakukan hal tersebut, kedua tangannya mengerat hingga mencengkeram kerah baju sang pewaris tahta yang tergapai oleh tangannya.
"Sakiiittt." rintih Putri Hannah.
Panik dengan pelukan Putri Hannah juga rintihannya, Pangeran Jimin mempercepat langkahnya, sedikit berlari menuju ruangan pribadi Putri Hannah.
"Ya... Yang Mulia, sa... kit..." Putri Hannah mulai menitikkan air mata karena rasa sakit yang tak tertahankan.
"Sabar ya." tak lama setelah mengatakan hal tersebut, keduanya tiba di kamar Putri Hannah. Pangeran Jimin segera membaringkan Putri Hannah di atas tempat tidur secara perlahan.
Dokter istana Wang segera bergerak, menghampiri dan melakukan pemeriksaan kepada Putri Hannah. Sementara Pangeran Jimin memperhatikan dari sisi Putri Hannah dengan penuh kekhawatiran.
Apakah hal mengenai kutukanku itu benar adanya? Kutukan dari Putri Naoko yang tidak akan mengizinkanku memiliki pendamping? Semua wanita yang menjadi pendampingku akan menderita sakit dan akhirnya meninggal?
Jika benar adanya, aku harus membatalkan pertunanganku dengan Putri Hannah. Aku lebih memilih melajang seumur hidup dan melepaskan Putri Hannah daripada menjaganya di sisiku hanya untuk kemudian melepaskannya pergi selamanya.
Setelah menanyakan beberapa hal pada Putri Hannah, tim dokter akhirnya menyelesaikan pemeriksaannya.
"Bagaimana, dokter?"
"Karena Putri Hannah baru kali ini mengalami nyeri haid, untuk saat ini saya bisa katakan kemungkinan besar Putri Hannah mengalami Dismenorea yang disebabkan hormon prostaglandin yang tinggi. Kondisi psikis Putri yang belum lama ini berduka dan kesibukan persiapan mendampingi Yang Mulia, mungkin tanpa disadari cukup berperan besar. Saya berniat memberikan obat penghilang rasa sakit tapi Putri Hannah menolaknya. Untuk berjaga-jaga, saya meletakkan beberapa obat tersebut di atas nakas." jelas dokter Kang sebagai dokter pribadi kerajaan Wangsan.
"Tapi, Putri baik-baik saja khan, dok?"
"Sejauh ini, Putri baik-baik saja. Butuh observasi lebih lanjut untuk memastikan jika rasa nyeri tersebut merupakan suatu hal serius yang harus diwaspadai. Karena pelantikan putra mahkota akan berlangsung minggu depan, coba diperhatikan pada siklus bulan berikutnya."
"Hhhh." Pangeran Jimin menghela napas lega mendengar penjelasan dokter Kang.
"Putri Hannah belum lama ini baru berusia 17 tahun, bukan? Kalau boleh mengambil istilah buah, Putri Hannah baru saja matang. Siklus bulanannya juga baru dimulai 4-5 tahun lalu. Tidak lagi anak-anak tapi belum bisa dikatakan dewasa juga. Dewasa Muda tepatnya. Tapi beliau sudah harus bersiap menjadi seorang istri sekaligus Ratu, tekanan psikologisnya pasti sangat terasa."
"Ah...." Pangeran Jimin tersadar ketika dokter Kang menjelaskan kenyataan Putri Hannah dengan gamblang.
Karena pola pikir dan kemandiriannya, Pangeran Jimin melupakan kenyataan bahwa Putri Hannah baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 17 beberapa bulan lalu. Segala sesuatu yang baru saja menimpa dirinya, terjadi berturut-turut seolah tidak memberi gadis tersebut kesempatan untuk bernapas dan merasa rileks.
Hhhh, syukurlah Putri Hannah sudah berusia 17 tahun. Seandainya 1 tahun terlambat, bisa-bisa aku dikira mengalami gangguan kejiwaan, pedofil, pikir Pangeran Jimin, menertawakan dirinya sendiri.
Pangeran Jimin memperhatikan Putri Hannah yang masih terlihat melawan rasa sakitnya sambil berbaring. Senyumnya muncul begitu saja melihat keberadaan calon istrinya yang masih berusia 17 tahun tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Commoner
FanfictionPutri bungsu dari Kerajaan Lindsor, Hannah Alejandra Lindsor tidak menyukai peraturan-peraturan kerajaannya yang mengikat dirinya dalam bersikap, bersosialisasi dan lainnya. Putri yang sangat suka mempelajari banyak hal, terus mengalami kesulitan da...