Pingsan

40 9 0
                                    

Tiba saat mengerti
Jerit suara hati
Letih meski mencoba
Menaklukan rasa yang ada

Mohon tinggal sejenak
Lupakanlah waktu
Temani air mataku
Teteskan lara
Merajut asa menjalin mimpi
Endapkan sepi–sepi

Saat dusta mnegalir
Jujurkanlah hati
Genangkan batin jiwamu
Genangkan cinta
Seperti dulu saat bersama
Tidak ada keraguan

  Sasha merasa sedih, lagi lagi dia mengalami kejadian yang menyakitkan hati.

  Isi kepalanya penuh dengan pertanyaan–pertanyaan yang dia sendiri tidak tau jawabannya. Badan Sasha terkulai lemas dan perlahan–lahan pandangan matanya kabur. Langkah kaki Sasha gontai sehingga berjalan limbung. Gelap dan Sasha tidak tau apa–apa lagi. Disaat itulah Sasha merasakan ada seseorang yang merengkuh dan membopong tubuhnya.

                             ••••••••

  Perlahan–lahan kedua mata Sasha terbuka dan memandang langit–langit plafon bercat putih. Sayup–sayup dia mendengar suara detikkan jarum pada jam dinding disebuah ruangan ber–AC. Kedua telapak tangannya terasa hangat dan tercium aroma minyak kayu putih.

  "Sasha, kamu udah sadar" Yuda menghampiri Sasha yang terbaring disofa berselimutkan sarung bermotif batik.

  "Mas Yuda" Sasha terduduk sambil memijit–mijit kening.

  "Sasha kenapa mas dan Sasha ada dimana?"

  "Kamu tadi pingsan jadi saya bawa kamu keruangan mas" jelas Yuda.

  "Apa kamu sakit, Sha?" tanya Yuda duduk didekat Sasha.

  Sasha menggelengkan kepala. "Enggak"

  Andaikan saja Yuda tau kalau Sasha lagi sakit hati karena Dylan pastilah Yuda akan menertawakan kepolosan Sasha yang Yuda kenal selama ini.

  "Kamu mungkin hanya kecapean aja, ini minum Sha" ucap Yuda menyodorkan segelas air putih hangat.

  Sedikit demi sedikit Sasha meneguk minuman itu sampai habis.

  "Kemarin Sasha ulang tahun ya" ujar Yuda tersenyum.

  "Gak apakan mas terlambat ngucapin selamatnya"

  Sasha mengangguk tersenyum.
 
  "Met ulang tahun Sasha"

  Cup!

  Tak disangka dan diduga Yuda mendaratkan kecupan di pipi Sasha.

  Sontak nafas Sasha terasa berhenti. Wajahnya memerah dengan mata membelalak. Wajah dan pandangan mereka berdua beradu dan hanya berjarak sejengkal.

  Pikiran buruk timbul dikepala Sasha yang masih puyeng karena Dylan.

  Sasha membantin, "Ya Tuhan. Tidak.... Tidak"

  "Gue ama mas Yuda hanya berdua saja diruangan ini"

  Ketakutan menyelimuti Sasha, mengingat akan mimpinya tentang Yuda.

  Refleks Sasha mendorong Yuda,  bergegas merapikan jaket dan menyandang tas kainnya. Tanpa babibu atau sepatah kata Sasha keluar meninggalkan tatapan Yuda ke punggung gadis yang sepertinya marah besar kepadanya.

                         •••••••••

  Beno menunggu antrean nasi goreng kaki lima yang letaknya disebrang jalan dekat studio The D'Star.

  Pedagang nasi goreng Brebes disini setiap malam selalu ramai oleh para pembeli karena rasanya enak dengan harga yang ringan dikantong.

  "Busyet lamanya, kalau bukan karena Ibu udah langganan, malas banget gue beli disini" gerutu Beno menenteng dua bungkus nasi goreng ditangannya.

  Ketika Beno duduk diatas motor, pandangan matanya tiba tiba tertuju pada seseorang yang melintas tidak jauh dari tempat dia memarkir motornya.

  "Loh bukannya itu Sasha. Kenapa jam segini dia baru pulang" ucap Beno terus memantau seseorang itu.

  "Atau dia lagi bersama Dylan? Tapi gue gak ngeliat ada Dylan. Atau jangan jangan Dylan tidak menjemput Sasha?"

  Mengetahui Sasha tidak bersama Dylan, Beno ingin sekali memanggil Sasha tapi nyatanya cewek pujaan hatinya sudah tak nampak lagi dari pandangannya.

  "Tuh kan Sashanya udah pergi. Apa gue telepon aja ya"

  Dengan kebimbangannya hati kecil Beno berkata:

  "Ben sekarang udah ada Dylan disisi Sasha, jadi elo mesti tau diri"

  "Ben... Ben elo jangan mengharap lebih. Hanya pertemanan dan persahabatan saja itu lebih dari cukup"

  Beno mengusap mukanya. "Sha demi kebahagiaan elo gue ikhlas. Tapi gue gak akan pernah bisa merubah perasaan gue ke elo sampai kapan pun karena hanya kamulah satu–satunya. Never say never"

                         ••••••••••

  Ojek yang dinaiki Sasha terhenti di depan rumah.

  "Makasih bang" ujar Sasha memberikan selembar uang sepuluh ribuan.

  "Sama–sama neng" ucap abang tukang ojek.

  Sasha melihat tidak ada mobil kakak di garasi.

  "Syukurlah kak Tiara belum pulang" gumam Sasha melirik jam dihpnya sudah pukul 20.00 WIB.

  "Hai, Sha" sapa Dylan mengejutkan Sasha yang ternyata Dylan telah menunggu diteras rumah.

  Sasha berusaha bersikap tenang menghadapi Dylan. Kasihan Sasha hari ini dia kesal gara–gara ulah kedua cowok sekaligus, tapi dia berpura–pura tidak terjadi apa–apa.

  "Kak Dylan" ucap Sasha dingin.

  "Baru pulang, darimana?" tanya Dylan.

  "Sasha selesai latihan kak" jawab Sasha datar.

  "Kak Dylan kok disini"

  "Aku nunggu kamu Sha, tadi ditelepon gak diangkat" jelas Dylan. Dasar modus.

  "Gak kedengaran kali kak" jawab Sasha bohong.

  Rupanya Dylan menelepon Sasha sewaktu dia pingsan di studio.

  "Tadi aku mo jemput kamu tapi—"

  Sasha memotong ucapan Dylan,"Udahlah kak. Makasih untuk perhatiannya tapi aku biasa pergi dan pulang sendiri"

  Sasha membalikkan badan dan berjalan menuju pintu rumah.

  "Sha, aku mau bicara sama kamu" ujar Dylan.

  "Maaf kak, ini udah malam. Sasha capek dan udah ngantuk" cetuk Sasha tanpa menoleh ke arah Dylan sedikit pun.

  "Please, Sha"

  Mendengar suara Dylan yang memohon Sasha menatap cowok yang selama ini namanya terukir di hatinya.

  Dylan membalas tatapan Sasha dan seolah–olah mata mereka berdua saling bicara. Empat mata bicara padamu.

  "Kak jangan tatap aku seperti itu" kata Sasha dalam hati.

  "Ya Tuhan kenapa Kau pertemukan lagi aku dengan dia"

      
         EPISODE SELANJUTNYA👀👀


SASHA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang