BAB 10

2.6K 191 6
                                    

Haechan masih berbaring di bawahnya dan mencoba untuk tidak membiarkan rasa takut menyerang inderanya. Ia tidak bisa berpura-pura menjadi korban di sini, atau menangis karena pemerkosaan, karena sudah jelas bagi Jeno, bahwa mereka sudah melakukannya bersama sepanjang proses. Seratus persen, bersama dengannya.

Ya Tuhan, Haechan bahkan tidak bisa menyalahkan Jeno atas semua ini. Sejak hari pertama, Haechan sudah tergila-gila. pria itu begitu menarik, begitu memikat, pria yang begitu maskulin. Ia melakukan sesuatu padanya, menekan sesuatu kedalam dirinya, dan ia tidak bisa mengontrolnya. Haechan sudah bersumpah pada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan membuat hal ini mudah bagi pria itu, dan disinilah ia, telanjang dibawahnya lagi.

Kenyataan itu mengguncang dirinya. Ia mulai mendorong tubuh Jeno sebagai upaya melepaskan dirinya sendiri. Ia butuh ruang. Ruang untuk berpikir. Kebingungan mencengkram dirinya, dan ia mendorong lebih keras lagi tubuh itu.

Jeno merasa sikap Haechan berubah, dari tenang kemudian mendorong panik tubuhnya. “Hei, diamlah sebentar. Kau sudah memberiku kesulitan membuatku harus memakai kondom ini, aku tahu kau tak ingin ada kecelakaan di sini,”

Haechan menegang. “Apa maksudnya itu?”

Jeno merasa dirinya mulai membesar lagi karena gerakan pria itu. “Bukan apa-apa. Bukan sesuatu yang buruk. Tapi diamlah.” Perlahan-lahan ia menarik diri darinya, menarik kondom itu keluar bersamanya. Ia memutar tubuh besarnya, dan meraih tisu dari meja samping tempat tidur, dan melepaskannya.

“Selesai. Senang sekarang?” Pertanyaan singkat Jeno mengikis perasaannya. Haechan tersentak menjauh darinya.

“Ya. Bagus,” ia menarik ujung selimut keatas tubuhnya, menutupi tubuh telanjangnya dari pandangan Jeno.

Jeno memandangnya dengan tatapan gelap yang sulit dipahami. “Kau membuang-buang waktumu. Aku sudah melihat semuanya,” suaranya datar, tanpa emosi.

Sebuah ketegangan yang baru menyerang tubuhnya ketika Jeno terus mengawasinya. Kupu-kupu dalam perutnya beterbangan ketika Jeno mengulurkan tangannya dan mencengkram selimut diantara dadanya, dan menariknya.

Haechan memegangnya erat-erat.

“Lepaskan,” Jeno bisa saja dengan mudah menarik selimut itu darinya, tapi ia ingin Haechan sendiri yang menyerah, dan melepaskannya.

Haechan menggelengkan kepalanya dan terus bertahan. “Haechan. Sweetheart. Kau tidak berpikir bahwa keadaan ini bisa ditarik mundur, kan?” Ia melepaskan cengkramannya dan menyentuh tulang selangkanya yang terbuka. Jarinya bergerak maju mundur. “Ini sudah terjadi. Dan ini akan terus terjadi. Kau harus memahami hal itu.” Tangannya bergerak kebelakang lehernya dan membawa mulut Haechan untuk bertemu miliknya sendiri.

Ia menciumnya dengan lembut, begitu tak terduga. Begitu berbeda dengan apa yang sudah ia tunjukan pada Haechan malam tadi. Pikiran Haechan melayang ketika Jeno menyentuhnya. Sebuah kelemahan yang berbahaya menyerang sistemnya. Matanya tertutup dan tubuhnya bergetar ketika ia merasa tegukan ringan tersedot dari mulutnya. Bibirnya bergerak ke pipi Haechan, naik ke dahinya, kemudian ketelinganya.

Nafasnya tersenggal. Perlahan-lahan tangannya melepaskan cengkramannya pada selimut itu, dan bergerak melingkari kepala Jeno.

*****

Jeno tahu saat ini Haechan sudah menyerahkan dirinya, dan darahnya mengalir deras ke pangkal pahanya, mengeraskan miliknya sepenuhnya lagi. Matanya terbuka, dan mulutnya bergerak turun kedadanya, Haechan masih memakai kaos berendanya yang menggiurkan, dan kilatan nafsu yang murni menghantamnya.

Jeno meletakan kepalanya di dada Haechan, dan menghisap putingnya dengan mulutnya. Ia menusukan lidahnya. Rasa manis tubuhnya menjalar ke kepala Jeno seperti wiski. Ia memindahkan mulutnya ke dada Haechan yang penuh dan lembut dan mulai menghisap, bemaksud untuk memberi tanda kepemilikan pada dirinya. Ia terus menerus menghisap dengan kuat sampai tubuh Haechan mulai bergetar dibawahnya.

✓ Bedded By the boss | nohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang