34. Fariz Adipati

8.2K 710 83
                                    

Unknown: Bahkan lo gak tau apa-apa tentang cewek lo sendiri. Dia punya seribu satu rahasia di hidupnya

Unknown: Salah satunya dia adalah seorang musuh lo sendiri atau lebih tepatnya musuh dalam selimut

Siapa lo? Apa maksud semua ini?

Dirga menatap ponselnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Seribu satu rahasia? Apa yang ia tidak ketahui tentang kehidupan Kenzi? Dan siapa pengirim pesan ini, apa maunya.

Lelaki jakun itu meletakkan ponselnya dengan gestur kesal karena tak mendapatkan balasan apa-apa dari sang pengirim. Lama berdiam diri di kursi, tiba-tiba saja ponsel miliknya berdering hingga mengalihkan atensinya.

Bukannya jawaban yang ia dapatkan, dirinya malah semakin dibuat bingung oleh pengirim pesan tersebut, seolah-olah ada dua orang yang berbeda yang mengiriminya pesan.

Unknown: Jangan terlalu percaya dengan kata-kata orang lain, sebelum mengetahui dari yang bersangkutan. Belum tentu yang dia bicarakan semuanya berdasarkan pada fakta.

"Siapa orang ini? Kenapa pesan pertama sama pesan kedua beda?" monolognya, dirinya tak tahu harus berbuat apa.

Ia sudah bertanya pada seseorang yang mengiriminya pesan, tapi yang ia dapatkan bukanlah jawaban melainkan kata-kata yang membuat Dirga semakin bingung.

***

"Ya, udah selesai?"

Lya buru-buru menghapus semua percakapannya dengan seseorang melewati ponsel Vanda.

"Oh! Udah kok, lo udah dapet semua?" tanya Lya seraya memberikan ponsel milik Vanda. Vanda hanya mengangguk lalu membuka minumannya.

Matanya menatap wajah Vanda dengan tatapan yang sulit di artikan. Entahlah apa yang gadis itu pikiran. Kini ia menggelengkan kepalanya pelan, matanya terpejam sesaat, Lya tak menyangka akan yang dilihatnya pada room percakapan milik Vanda. Gadis itu, ia kira dia benar-benar baik. Namun, nyatanya semua itu hanya topeng semata.

Vanda meneguk minumannya hingga setengah, "Ayo balik ke kamar Fariz lagi, pasti semuanya udah nunggu ini," ujarnya seraya mengangkat dua kantong plastik di kedua tangannya.

Lya tersenyum tipis lalu mengangguk. Vanda berjalan terlebih dahulu meninggalkan kantin rumah sakit dan diikuti oleh Lya.

Lya memandang punggung mungil perempuan didepannya dengan pandangan sinis. Untung ia sempat meminjam ponsel Vanda untuk menelpon sang ibu, jika tidak mungkin ia tak akan mengetahui apa yang diperbuat oleh sahabatnya itu, ah ralat masih pantaskah ia disebut dengan istilah sahabat setelah apa yang ia lakukan?

Dia bahkan melakukan itu tanpa memberitahu dirinya, Kenzi, ataupun yang lainnya. Ia tersenyum sinis, ternyata licik juga– batin Lya seraya terkekeh sinis.

Tangan Lya yang memutar kenop pintu terhenti kala mendengar suara riuh dari dalam kamar Fariz. Ia memandang ke arah Vanda lalu dibalas gelengan olehnya.

"Buka gak nih?" tanya Lya ragu.

Vanda menggidikan bahunya, "Lah mana gue tau, keknya buka aja deh siapa tau ada yang rusuh didalam."

Lya menganggukkan kepalanya lalu memutar benda dingin itu dengan perlahan. Hal pertama yang mereka lihat adalah kedua orang tua Fariz yang sedang marah-marah di dalam ruangan tersebut.

Leader Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang