Naruto berdiri di depan apartemen tempat dia akan tinggal selama menjalankan tugasnya saat ini. Dia menghela nafas, entah untuk yang keberapa kalinya hari ini.
Kembali ke Jepang adalah hal yang selalu dia impikan, tetapi tetap saja membuatnya ragu dan gelisah.
Kau sudah berubah.
Kau sudah tidak seperti dulu.
Sekarang, kau sudah pantas.
Kalimat itu terus-terusan diulang dalam kepalanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Saat ini, Naruto Uzumaki bukanlah seorang anak yatim piatu yang tidak punya apa-apa. Dia juga bukan seseorang yang bertahan hanya karena anak angkat profesor mereka. Dia juga bukan seseorang yang hebat karena memiliki pacar seorang anak dari Direktur Rumah Sakit Pendidikan tempat mereka belajar.
Dia menarik nafas dalam. Iya, dia sudah berusaha sejauh ini. Sekarang, tidak ada lagi yang memandangnya sebelah mata dan tidak pantas.
Naruto melangkahkan kakinya ke dalam apartemen itu. Sederhana, namun tetap terlihat mewah.
Laki-laki berambut pirang itu tersenyum di dalam masekernya. Sekarang, dia bisa tinggal apartemen seperti ini dengan usahanya sendiri, bukan karena dia adalah anak angkat dari Profesor Jiraiya.
"Atas nama Naruto Uzumaki. Aku baru pindah hari ini," ucapnya pada resepsionis yang berjaga.
"Selamat datang dr. Uzumaki. Ini kuncinya, di lantai 4 kamar nomor 401," resepsionis itu berucap sambil menyerahkan kunci.
"Terima kasih, kalau boleh tahu, siapa saja dokter yang tinggal di lantai 4?" balas Naruto.
"Lantai 4 cukup sepi karena baru beberapa pindah kemarin," ucapnya sambil tersenyum, "Kalau saya tidak salah ingat, yang tersisa di lantai empat sekarang hanya ada dr. Haruno, dr. Uchiha, dan dr. Hyuga."
Yap, Naruto terdiam mendengar nama terakhir....
"Ah, tapi dr. Haruno lebih sering ada di lantai 5 bersama dr. Uchiha Sasuke, mereka tidak suka di lantai 4 karena ada kakaknya dr. Sasuke. Padahal dr. Uchiha Itachi jarang berada di tempat."
Naruto tidak peduli dengan temannya yang itu, Sakura memang sudah memberitahunya kalau mereka akan berada di lantai yang sama. "Dokter Hyuga yang kau maksud, Hyuga Neji?" tanyanya berusaha menolak kenyataan yang dihindarinya.
"Dokter Neji awalnya memang berada di lantai 4, tetapi dia memutuskan untuk pindah dan tinggal di rumah sakit," resepsionis itu mendekatkan dirinya pada Naruto dan berbisik, "Aku dengar, dr. Neji akan segera menggantikan pamannya dan menjadi direktur RS."
"Jadi, dr. Hyuga yang mana yang tinggal di lantai 4?"
"Ah, malaikat anastesi, dr. Hyuga Hinata," ucapnya.
Hyuga Hinata.
Hyuga
Hinata.
Mantan kekasihnya.
Salah satu alasan dia pergi dan belajar ke luar negeri.
Naruto bersyukur karena dia menggunakan masker sehingga tidak perlu berekspresi lebih, "Terima kasih," ucapnya lalu beranjak pergi.
Helaan napas terdengar lagi saat masuk ke dalam lift. Sekarang, dia bingung. Bertemu Hinata dan mendekati gadis itu memang masuk ke dalam salah satu rencananya saat kembali ke tanah lahirnya ini. Namun, dia tidak pernah menyangka kalau mereka akan bertemu secepat ini.
Sekarang dia mulai merasa pusing karena tidak menyiapkan apa-apa. Tahu begini, dia akan membeli beberapa kue dan memberikannya pada gadis itu sebagai tanda terima kasih karena sudah menerimanya sebagai tetangga. Atau apa pun, bunga? Coklat? Kucing? Hinata suka kucing, kan?
Kebiasaan berpikir terlalu lama memang masih ada dalam dirinya. Naruto adalah seseorang yang lebih bisa bertindak daripada berpikir karena dia membutuhkan waktu yang lama kalau harus menggunakan otaknya.
Entah berapa lama dia berdiri di depan pintu kamarnya untuk memutuskan apakah sebaiknya dia turun dan membeli sesuatu, membeli online, atau masuk saja dan lakukan pemberian tetangga baru besok?
Kalau tetangganya Hinata, dia akan senang diberikan makanan manis dan kopi. Latte, dengan ekstra shot kopi dan tanpa gula ditambah espresso brownies yang dipanggang sedikit lebih lama daripada seharusnya.
Ugh, bahkan Naruto masih mengingat kopi favorit mantan pacarnya itu.
Masih berdiri di depan kamarnya, Naruto memutuskan untuk masuk dan berpikir di dalam.
Namun, selain lama berpikir, terlambat adalah teman dekat Naruto.
Hinata sudah ada di ujung lorong yang tidak terlalu panjang ini dan menatapnya dengan mata terbuka lebar.
Tadi apa julukan gadis itu?
Malaikat anastesi?
Mungkin makna yang berada di dalam pikiran Naruto dan dokter-dokter lain berbeda. Dia memang sudah mendengar tentang seseorang yang akan dijadikan kepala bidang anastesi yang baik hati dan sangat hebat dalam bidangnya. Oleh karena itu, sosok itu disebut malaikat.
Siapa sangka kalau ternyata perawakannya memang seperti malaikat?
Atau Naruto bisa bilang bahwa perawakan perempuan dihadapannya masih seperti malaikat?
"Hinata, kan?" ucapnya sambil tersenyum lebar secara otomatis.
Bodoh. Pura-pura memastikan seakan-akan lupa adalah hal yang super-cupu. "Aku Naruto, kalau kau lupa," tambahnya sambil memajukan tangannya, berusaha untuk menjadi akrab dengan berjabat tangan.
Gadis dengan rambut panjang di depannya itu masih diam dan menatap wajahnya lalu beralih ke tangannya.
Canggung adalah definisi yang bagus untuk situasi ini.
Naruto menarik kembali tangannya, "Ah, menghindari kontak, maaf aku masih suka lupa."
Thanks, Corona. Naruto jadi punya alasan untuk menarik tangannya.
"Bagaimana kabarmu?" Hinata berucap sambil mendongakkan kepalanya sedikit karena perbedaan tinggi mereka. Wajah gadis itu memang tidak terlihat, tetapi bagi Naruto, gadis di hadapannya ini sangat cantik.
Dan pria berambut pirang itu memejamkan matanya, berusaha untuk meresapi suara gadis cantik yang masih ada di dalam bayang-bayang selama tujuh tahun terakhir.
"Aku baik, tentu saja," Naruto tersenyum selebar mungkin. Seingatnya, dulu, Hinata suka Naruto karena dia tersenyum sangat lebar. "Bagaimana denganmu?"
Kebodohan lagi. Mau Naruto tersenyum selebar apa pun, masker yang ada di wajahnya ini akan menutupinya.
"Aku juga baik," balas Hinata.
BRAK!
Suara itu tidak begitu kencang, tetapi menarik perhatian mereka berdua. Barang Naruto jatuh dan dia membenci itu.
"Ah, maaf. Seharusnya aku tidak mengganggumu," Hinata memiringkan badannya untuk melihat barang yang terjatuh. "Mau aku bantu bersih-bersih?"
MAU BANGET! Naruto berteriak dalam hati.
"Ah, tidak perlu. Barangku sedikit, kok."
"Baik...," Hinata tersenyum canggung, "kalau begitu, aku masuk dulu. Selamat malam," ucapnya lalu langsung masuk ke dalam kamar.
Naruto menghela napasnya lagi.
Selamat Naruto Uzumaki. Kau adalah orang yang paling bisa untuk merusak suasana.

YOU ARE READING
Reason
FanfictionAlasan Alas.an/n/ dasar bukti (keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkalan, perkiraan, dan sebagainya)