Hari kamis, Arisha menghembuskan nafas kasar. Gerbang sekolah sudah tertutup rapat, tidak ada tanda-tanda kehidupan yang akan melintas sekitaran gerbang. Ditambah satpam gerbang mengawasi.
Apa ini? Kenapa di hari pertamanya kembali ke sekolah jadi berantakan? Ini semua gara-gara Tae menyebalkan. Tuhkan! Tae itu memang menyebalkan, kenapa tadi ia menyembunyikan tas dan menghalanginya pergi ke sekolah? Ngomongin tentang Tae, ia jadi teringat percakapannya dengan Tae kemarin. Tentang kematian kedua orang tuanya.
Kedua tangannya terkepal kuat disisi kanan-kiri badan. Pandangan menusuk menghunus masuk ke dalam sekolah. Perasaan sedih, dongkol, marah bercampur menjadi satu di dalam dadanya. 'Arisha janji, Arisha akan membalas perbuatan mereka untuk Mommy sama Daddy, maafin Arisha karena belum sempat membalas kebaikan kalian. Justin, liat aja. Lo dan antek-antek lo akan hancur ditangan gue.'
Jika kembali mengingat kenangan manis dengan keluarga, rasanya ada ribuan panah yang menancap didada. Air matapun tak bisa ia sembunyikan lagi.
Seperti psikopat, raut sedih Arisha berubah menjadi ceria seolah menemukan objek pemuas hasrat. Senyum smirk terpatri di wajah ayunya. "Lihat tanggal mainnya. Oke."
Tiba-tiba ada yang menariknya menjauhi gerbang, membuat Arisha memberontak.
"EH, APA- mmmhmmmm." teriakannya terhenti karena tiba-tiba mulutnya dibungkam dengan tangan kokoh. Shit, tangannya bau terasi.
"Diem goblok, nanti ketahuan."
Arisha hanya diam, membiarkan pemuda ini menutup mulutnya sambil berjalan. Sesampainya di belakang sekolah mulutnya dibiarkan terbebas dari bau terasi. Mata bulat Arisha terbelalak, melihat siapa pelaku dari pembekapan mulutnya dengan cara yang tidak etis.
"KEVIN, LO-"
Teriakannya kembali terpedam, kali ini karena jari telunjuk Kevin menempel di mulut Arisha.
"Mulut lo bisa diem nggak sih? Teriak mulu dari tadi, suaranya itu udah kayak petasan ditahun baru tau nggak lo!?" ucap Kevin sinis, dan berhasil mendapatkan pukulan telak dari Arisha.
"Lo juga ngapain bolos sekolah!?" sewot Arisha.
"Syutttt, gue bilang diem." Kevin menempelkan jari telunjuk di mulutnya sendiri. "Naik buruan gih."
Arisha melotot tak percaya, yang benar saja dirinya memakai rok sekolah lho ini. Mana roknya hanya sebatas lutut.
"Buruan."
Arisha menatap Kevin sengit. "Lo pinter banget sih cari kesempatan dalam kesempitan? Gue pakai rok, anjing! Yang ada malah lo kesenengen liat daleman gue."
Kevin memutar bola mata jengah, "kalaupun ada kesempatan, gue juga pilih-pilih kali mau ngintipin punya siapa. Gue nggak tertarik tuh sama modelan kek punya lo, kecil. Nggak bakalan muasin punya gue juga."
"Anjing!!!" umpat Kevin, karena mendapat pukulan keras dibahu oleh tangan mulus Arisha.
"Kenapa malah bahas hal begituan!?" sengit Arisha.
"Lo yang mulai, asu!" timpal Kevin. "Buruan naik, nggak naik gue tinggal lo disini. Biar dimakan sama wewe gombel seberang jalan."
"Naiknya gimana?" Arisha menatap Kevin yang berjongkok. "Buruan naik pundak gue." suruh Kevin.
Dengan langkah ragu Arisha mendekati Kevin yang berjongkok, dan mulai menaiki pundak laki-laki itu. "Jangan ngintip lo."
"Iye, sewot bener." Kevin memalingkan wajah ke arah kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arisha [On Going]
Teen FictionWarning⚠️ -akan ada adegan kekerasan, bagi yang tidak suka nanti bisa diskip. -banyak mengandung kata-kata kasar, dan tidak untuk ditiru. -teruntuk adek-adek dibawah umur, mohon bijak dalam memilih bacaan. Sebelum baca diharuskan Follow, dan ketika...