Kediaman Rama pada malam itu, membawa nya untuk menulis puisi.
Tanya ku!
Waktu dan ruang. Kita terpisah dari jarak yang jauh. Resapan malam membius otak sarap, pada lamunan akan tanya. Apa kah rasa ku akan mengubah dunia mu? Entah rindu mana lagi yang akan kau terima? Wahai rasa yang menyelimuti hati dan tanya ku. Resah ku adalah cinta. Rindu ku adalah bukti dari rasa yang terbentang jarak yang berbeda. Aku berjalan tanpa alas, berkehendak dengan yakini ku. Kemilauan indah ku tangah kan, hanya untuk menjawab rindu-rindu yang memangil nama mu. Apa masih ragu akan menguasi jiwa-jiwa ini? Tolong sang waktu, isi cerita ku dengan nama dan rasa nya. Tanya ku! Semoga kau akan terpuas kan oleh waktu yang di perjuang kan.
Selesai lah suatu curahan jiwa nya melalui puisi-puisi itu. Kini Rama mulai merasa reda, setelah rasa tentang tanya nya dia curah kan lewat puisi itu. 2 jam kemudian mata melek nya mulai terkalah kan oleh pekat malam yang sunyi itu. Tanpa terasa sedikit demi sedikit mata mulai meredup kan nya. Tak terasa Rama mulai terbaring dalam kasur kumel yang beralas kardus itu. Rebah lah tubuh itu di atas hamparan kasur yang tak pernah dia bayang kan itu.