het spel begint

66 11 0
                                    

Malam yang dingin terasa menusuk epidermis semua orang. Beberapa yang
masih berada diluar rumah bahkan ada yang sudah memakai sweater atau
jaket tebal yang bisa untuk menghangatkan tubuh mereka dari hawa dingin ini.

Seperti beberapa hari yang lalu, sepertinya akan ada badai lagi hari ini. Atau mungkin besok pagi.

Rafael hendak menutup restorannya
saat Lisa datang dengan oversized sweater yang menutupi hingga pahanya. Rambutnya ia biarkan tergerai kebelakang. Cewek itu tidak memakai bawahan apapun kecuali sepatu high knee bots berwarna putih.

Dia tampak benar-benar pop-style sekarang.

"Hai." Sapa Rafael sebentar dan melanjutkan kegiatannya membereskan restoran sebelum ia menutupnya.

"Pahamu nggak kedinginan?"

Lisa mendengus kesal dan memukul Rafael dengan tasnya.

"Talk to my dumb ass. Cewek itu lebih mementingkan fashion daripada kenyamanan! Bagaimana mungkin cowok bisa menyukai cewek yang tidak tahu cara menampilkan sisi cantik dan seksinya?" Rafael tertawa.

"Lo malah kayak orang yang nggak punya duit buat beli celana di malam yang dingin ini menurut gue."

Plakk! Sekarang Rafael ditimpuk Lisa
dengan tas kecilnya. "Rafael! Gue jauh jauh kesini bukan mau diskusiin sweater gue ya!"

Setelah selesai mengangkat beberapa
kursi ke atas meja, Rafael menoleh pada Lisa dengan ekspresi datar. "Lalu apa yang mau lu diskusiin ke gue."

"Rencana kita!" Potong Lisa tentu
saja. "Ada banyak kegagalan dalam
pelaksanaan misi gue, bagaimana lo?",

Rafael mencibir dan membersihkan
sisa-sisa saos yang di tempelkan oleh pelanggan iseng ke kursinya.

"Sama. Gue juga gagal."

Lisa langsung menatap Rafael dengan tatapan tidak percaya. Cewek itu bersidekap dada dan sesaat kemudian mengangkat tangannya. "Jesus, What? Lo gagal?"

"Iya. Gue gagal. Failed. Nggak berhasil.
Apapun itu bahasa lain dari gagal yang
mungkin lo ngerti." Jawab Rafael cuek dan berjalan menuju meja lainnya.

Lisa mendengus kesal dan mengikuti
Rafael di belakang.

"Dan lo nggak punya plan B untuk memisahkan Rayyen dan Jacob? Hah?

Rafael menghentikan langkahnya dan langsung menoleh pada Lisa.

"Gue bukan sutradara film yang bisa meneriakkan 'cut!' dan lalu semua orang bakal mengulang scene, gue juga bukan pelatih sepakbola yang punya sejuta strategi untuk memenangkan timnya, apa yang bisa Io lakukan buat memisahkan dua orang yang saling jatuh hati, Lisa?”

Lisa terdiam. Saat ini Rafael berada dalam jarak yang sangat dekat dengannya. Mungkin hanya beberapa inch saja. Cewek itu mendadak jadi
gugup. Pertahanan dirinya seakan-akan
hancur begitu saja. Tapi beberapa detik kemudian dia langsung mendongakkan kepala dengan anggunnya.

"Maksud lo-” Mulainya. "Jacob mengakui kalau dia punya rasa sama Rayyen?”

Rafael tidak menjawab dan lebih memilih untuk mendengus kesal dan bersidekap dada.

"Apa yang membuat Io sangat yakin kalau Jacob juga mempunyai rasa suka ke Rayyen?”

Rafael membersihkan tangannya dengan menggunakan celemek hitam yang ia gunakan dan kemudian menurunkan dua kursi yang sudah ia angkat ke atas meja. Satu untuknya, dan satu untuk lisa. Cewek itu tanpa mengucapkan terima kasih langsung duduk begitu saja dan melipat kakinya.

Membuat Rafael menghela nafas dan beberapa saat kemudian bergabung dengan Lisa.

"Dia selalu membicarakan hal tentang
Rayyen setiap saat.” Jawab Rafael sambil meremas tangannya. "Itu hal yang sama yang selalu dilakukan Jacob saat dia belum menyadari perasaannya dulu ke gue.”

you mine foreverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang